Mengenal Bacaan Ratib al-Athos dan Keutamaannya
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, hati manusia seringkali merindukan ketenangan dan kedekatan dengan Sang Pencipta. Salah satu amalan yang telah teruji oleh waktu sebagai penyejuk jiwa dan benteng pelindung diri adalah dzikir. Rangkaian dzikir yang disusun oleh para ulama salafus shalih menjadi warisan berharga bagi umat Islam. Di antara rangkaian dzikir tersebut, Ratib al-Athos memiliki tempat yang istimewa. Dikenal dengan bacaannya yang ringkas namun sarat makna, Ratib ini menjadi amalan harian bagi jutaan muslim di seluruh dunia, dari Hadhramaut di Yaman hingga ke pelosok Nusantara.
Artikel ini akan mengajak Anda untuk menyelami lebih dalam mengenai Ratib al-Athos. Kita akan menjelajahi sejarah penyusunnya, keutamaan-keutamaan yang terkandung di dalamnya, serta menyajikan bacaan lengkapnya dalam format Arab, Latin, dan terjemahan Indonesia, disertai dengan penjelasan mendalam agar kita tidak hanya membaca, tetapi juga meresapi setiap lafal dzikir yang kita panjatkan kepada Allah SWT.
Sejarah dan Penyusun Ratib al-Athos
Untuk memahami kedalaman sebuah amalan, penting bagi kita untuk mengenal sosok di baliknya. Ratib al-Athos disusun oleh seorang waliyullah agung, Al-Imam Al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athos. Beliau lahir di kota Lisk, dekat Inat, Hadhramaut, Yaman. Habib Umar bin Abdurrahman al-Athos adalah seorang ulama besar yang nasabnya bersambung langsung kepada Rasulullah SAW. Beliau hidup dalam lingkungan yang penuh dengan ilmu dan ketakwaan, yang membentuknya menjadi pribadi yang alim, zuhud, dan memiliki kedekatan luar biasa dengan Allah SWT.
Nama "al-Athos" sendiri merupakan sebuah julukan yang berarti "orang yang bersin". Terdapat riwayat yang menyebutkan bahwa suatu ketika salah seorang leluhur beliau bersin, lalu terdengar ucapan "Yarhamukallah" dari seorang wali yang telah wafat. Peristiwa karamah ini kemudian melekat menjadi nama keluarga yang mulia.
Habib Umar dikenal sebagai seorang yang sangat tekun dalam beribadah dan menyebarkan dakwah. Beliau adalah guru dari banyak ulama besar, termasuk Al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad, penyusun Ratib al-Haddad yang juga sangat masyhur. Hubungan guru dan murid ini menunjukkan betapa tinggi kedudukan ilmu dan spiritualitas Habib Umar al-Athos.
Penyusunan Ratib al-Athos dilatarbelakangi oleh sebuah permintaan dari penduduk sebuah desa di Hadhramaut. Mereka mengeluhkan banyaknya gangguan, baik yang bersifat fisik maupun gaib, yang menimpa desa mereka. Sebagai seorang ulama yang penuh kasih sayang terhadap umat, Habib Umar kemudian menyusun rangkaian dzikir dan doa yang diambil dari Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Rangkaian inilah yang kemudian dikenal sebagai Ratib al-Athos. Dengan izin Allah, setelah penduduk desa tersebut mengamalkannya secara rutin, desa mereka menjadi aman, tentram, dan penuh berkah. Sejak saat itulah, Ratib ini menyebar luas ke berbagai penjuru dunia sebagai wasilah untuk memohon perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT.
Keutamaan dan Manfaat Mengamalkan Ratib al-Athos
Setiap dzikir dan doa yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah pasti mengandung keutamaan yang luar biasa. Ratib al-Athos, sebagai kompilasi dari sumber-sumber mulia tersebut, diyakini memiliki banyak sekali manfaat bagi siapa saja yang mengamalkannya dengan istiqamah dan keyakinan penuh. Para ulama telah menjelaskan berbagai fadhilah dari amalan ini, di antaranya:
1. Benteng Perlindungan Diri dan Keluarga: Ini adalah salah satu keutamaan utama dari Ratib al-Athos. Bacaan-bacaan di dalamnya, seperti Ayat Kursi, tiga surat Qul (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas), serta doa perlindungan lainnya, berfungsi sebagai perisai gaib yang melindungi pembacanya, keluarganya, dan bahkan rumahnya dari segala macam keburukan, termasuk sihir, 'ain (pandangan mata jahat), gangguan jin, dan niat jahat manusia.
2. Mendatangkan Ketenangan Jiwa: Dzikir adalah cara paling efektif untuk menenangkan hati yang gundah. Sebagaimana firman Allah, "...Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28). Mengamalkan Ratib al-Athos secara rutin akan membantu membersihkan hati dari kegelisahan, kekhawatiran, dan stres, menggantikannya dengan rasa damai dan pasrah kepada Allah.
3. Memperkuat Iman dan Tauhid: Inti dari Ratib al-Athos adalah pengagungan terhadap keesaan Allah (tauhid). Kalimat-kalimat seperti "Laa ilaaha illallaah" yang diulang-ulang akan senantiasa memperbarui dan mengokohkan fondasi iman di dalam hati. Setiap kalimatnya adalah penegasan atas kebesaran, kekuasaan, dan kemurahan Allah SWT.
4. Membuka Pintu Rezeki: Dzikir dan istighfar adalah kunci pembuka pintu rezeki. Dengan senantiasa membasahi lisan dengan nama-nama Allah dan memohon ampunan-Nya, seorang hamba sedang mengetuk pintu rahmat-Nya. Banyak kesaksian menyebutkan bahwa dengan istiqamah membaca Ratib, Allah memberikan kemudahan dalam urusan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
5. Menjaga dari Kematian yang Buruk (Su'ul Khatimah): Salah satu doa yang paling diharapkan oleh setiap muslim adalah wafat dalam keadaan husnul khatimah. Dikatakan bahwa orang yang membiasakan diri membaca Ratib al-Athos, insya Allah akan dijaga oleh Allah dari kematian yang buruk dan diwafatkan dalam keadaan beriman.
6. Memberkahi Rumah dan Lingkungan: Energi positif dari lantunan dzikir tidak hanya berdampak pada pembacanya, tetapi juga pada tempat di mana dzikir itu dibacakan. Rumah yang rutin dibacakan Ratib akan terasa lebih sejuk, damai, dan dijauhkan dari perselisihan. Keberkahannya bahkan diyakini dapat meluas hingga ke rumah-rumah tetangga di sekitarnya.
7. Mempermudah Urusan Dunia dan Akhirat: Ratib ini berisi permohonan yang komprehensif, mencakup permohonan ampunan, rahmat, perlindungan, dan kebaikan di dunia maupun di akhirat. Dengan memanjatkan doa-doa ini, kita menyerahkan segala urusan kita kepada Allah, Dzat Yang Maha Kuasa untuk memberikan jalan keluar dan kemudahan.
Teks Lengkap Bacaan Ratib al-Athos
Berikut adalah bacaan lengkap Ratib al-Athos, disajikan dalam tulisan Arab, transliterasi Latin untuk membantu pelafalan, serta terjemahan dalam Bahasa Indonesia untuk memahami maknanya. Disarankan untuk membacanya setelah shalat Maghrib atau Isya.
Muqaddimah (Pembukaan)
الْفَاتِحَةَ إِلَى حَضْرَةِ سَيِّدِنَا وَشَفِيْعِنَا وَنَبِيِّنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَإِلَى رُوْحِ سَيِّدِنَا الْفَقِيْهِ الْمُقَدَّمِ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيّ بَاعَلَوِيّ وَأُصُوْلِهِ وَفُرُوْعِهِمْ، وَجَمِيْعِ سَادَاتِنَا آلِ أَبِي عَلَوِيّ، أَنَّ اللهَ يُعْلِيْ دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيُكَثِّرُ مَثُوْبَاتِهِمْ وَيُضَاعِفُ حَسَنَاتِهِمْ وَيَحْفَظُنَا بِجَاهِهِمْ وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَيُعِيْدُ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِهِمْ وَأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِهِمْ وَعُلُوْمِهِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، الفاتحة...
Al-faatihah ilaa hadhrati sayyidinaa wa syafii'inaa wa nabiyyinaa wa mawlaanaa Muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallam, wa ilaa ruuhi sayyidina al-faqiihil muqaddam Muhammad bin 'Ali Baa 'Alawii wa ushuulihii wa furuu'ihim, wa jamii'i saadaatinaa aali Abii 'Alawii, annallaaha yu'lii darajaatihim fil jannati wa yukatstsiiru matsuubaatihim wa yudhaa'ifu hasanaatihim wa yahfazhunaa bijaahihim wa yanfa'unaa bihim wa yu'iidu 'alaynaa min barakaatihim wa asraarihim wa anwaarihim wa 'uluumihim fiddiini waddun-yaa wal aakhirah, Al-Faatihah...
(Membaca Al-Fatihah)
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Ayat-ayat Al-Qur'an
أَعُوذُ بِاللهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (٣x)
A'uudzu billaahis samii'il 'aliimi minasy syaithaanir rajiim. (3x)
Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk. (3x)
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ. هُوَ اللهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ. هُوَ اللهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ. هُوَ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ.
Lau anzalnaa haadzal qur'aana 'alaa jabalin lara'aitahu khaasyi'an mutashaddi'an min khasy-yatillaah, wa tilkal amtsaalu nadhribuhaa linnaasi la'allahum yatafakkaruun. Huwallaahulladzii laa ilaaha illaa huwa 'aalimul ghaibi wasy syahaadah, huwar rahmaanur rahiim. Huwallaahulladzii laa ilaaha illaa huwal malikul qudduusus salaamul mu'minul muhaiminul 'aziizul jabbaarul mutakabbir, subhaanallaahi 'ammaa yusyrikuun. Huwallaahul khaaliqul baari'ul mushawwiru lahul asmaa'ul husnaa, yusabbihu lahuu maa fis samaawaati wal ardh, wa huwal 'aziizul hakiim.
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
أَعُوذُ بِاللهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (٣x)
A'uudzu billaahis samii'il 'aliimi minasy syaithaanir rajiim. (3x)
Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk. (3x)
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (٣x)
A'uudzu bikalimaatillaahit taammaati min syarri maa khalaq. (3x)
Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang Dia ciptakan. (3x)
Dzikir dan Doa Perlindungan
بِسْمِ اللهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (٣x)
Bismillaahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syai'un fil ardhi wa laa fis samaa'i wa huwas samii'ul 'aliim. (3x)
Dengan nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun di bumi maupun di langit yang dapat membahayakan, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (3x)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ (١٠x)
Bismillaahir rahmaanir rahiim, wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'azhiim. (10x)
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. (10x)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٣x)
Bismillaahir rahmaanir rahiim. (3x)
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (3x)
بِسْمِ اللهِ تَحَصَّنَّا بِاللهِ، بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْنَا عَلَى اللهِ (٣x)
Bismillaahi tahashshannaa billaah, bismillaahi tawakkalnaa 'alallaah. (3x)
Dengan nama Allah kami berlindung kepada Allah, dengan nama Allah kami bertawakal kepada Allah. (3x)
بِسْمِ اللهِ آمَنَّا بِاللهِ، وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِ (٣x)
Bismillaahi aamannaa billaah, wa man yu'min billaahi laa khaufun 'alaih. (3x)
Dengan nama Allah kami beriman kepada Allah, dan barangsiapa beriman kepada Allah maka tidak ada rasa takut padanya. (3x)
سُبْحَانَ اللهِ عَزَّ اللهِ، سُبْحَانَ اللهِ جَلَّ اللهِ (٣x)
Subhaanallaahi 'azzallaah, subhaanallaahi jallallaah. (3x)
Maha Suci Allah, Maha Mulia Allah. Maha Suci Allah, Maha Agung Allah. (3x)
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيمِ (٣x)
Subhaanallaahi wa bihamdih, subhaanallaahil 'azhiim. (3x)
Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung. (3x)
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ (٤x)
Subhaanallaahi wal hamdulillaahi wa laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. (4x)
Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar. (4x)
Dzikir Pengagungan dan Permohonan
يَا لَطِيفًا بِخَلْقِهِ، يَا عَلِيمًا بِخَلْقِهِ، يَا خَبِيرًا بِخَلْقِهِ، الْطُفْ بِنَا يَا لَطِيفُ يَا عَلِيمُ يَا خَبِيرُ (٣x)
Yaa lathiifan bikhalqih, yaa 'aliiman bikhalqih, yaa khabiiran bikhalqih, ulthuf binaa yaa lathiifu yaa 'aliimu yaa khabiir. (3x)
Wahai Yang Maha Lembut terhadap makhluk-Nya, wahai Yang Maha Mengetahui terhadap makhluk-Nya, wahai Yang Maha Waspada terhadap makhluk-Nya, berlemah lembutlah kepada kami, wahai Yang Maha Lembut, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Waspada. (3x)
يَا لَطِيفًا لَمْ يَزَلْ، الْطُفْ بِنَا فِيمَا نَزَلَ، إِنَّكَ لَطِيفٌ لَمْ تَزَلْ، الْطُفْ بِنَا وَالْمُسْلِمِينَ (٣x)
Yaa lathiifan lam yazal, ulthuf binaa fiimaa nazal, innaka lathiifun lam tazal, ulthuf binaa wal muslimiin. (3x)
Wahai Yang Maha Lembut yang tiada pernah berhenti, berlemah lembutlah kepada kami dalam apa yang telah turun (takdir), sesungguhnya Engkau Maha Lembut yang tiada henti, berlemah lembutlah kepada kami dan kaum muslimin. (3x)
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ (٤٠x)
Laa ilaaha illallaah. (40x)
Tiada Tuhan selain Allah. (40x)
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ
Muhammadur rasuulullaahi shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam.
Muhammad adalah utusan Allah, semoga shalawat dan salam Allah tercurah kepadanya dan keluarganya.
Istighfar dan Shalawat
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (٧x)
Hasbunallaahu wa ni'mal wakiil. (7x)
Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung. (7x)
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ (١٠x)
Allaahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad, allaahumma shalli 'alaihi wa sallim. (10x)
Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, ya Allah limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepadanya. (10x)
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، يَا رَبِّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
Allaahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad, yaa rabbi shalli 'alaihi wa sallim.
Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, wahai Tuhanku limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepadanya.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ (١١x)
Astaghfirullaah. (11x)
Aku memohon ampun kepada Allah. (11x)
تَائِبُونَ إِلَى اللهِ (٣x)
Taa'ibuuna ilallaah. (3x)
Kami bertaubat kepada Allah. (3x)
يَا اللهُ بِهَا، يَا اللهُ بِهَا، يَا اللهُ بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ (٣x)
Yaa Allaahu bihaa, yaa Allaahu bihaa, yaa Allaahu bihusnil khaatimah. (3x)
Ya Allah, dengan kalimat itu (tauhid), Ya Allah, dengan kalimat itu, Ya Allah, (anugerahkanlah) akhir yang baik. (3x)
Doa Penutup
غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ، لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا، لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ، رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا، أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.
Ghufraanaka rabbanaa wa ilaikal mashiir. Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus'ahaa, lahaa maa kasabat wa 'alaihaa maktasabat. Rabbanaa laa tu'aakhidznaa in nasiinaa au akhtha'naa. Rabbanaa wa laa tahmil 'alainaa ishran kamaa hamaltahuu 'alalladziina min qablinaa. Rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bih, wa'fu 'annaa waghfir lanaa warhamnaa, anta maulaanaa fanshurnaa 'alal qaumil kaafiriin.
Kami memohon ampunan-Mu, wahai Tuhan kami, dan kepada-Mulah tempat kembali. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
---
Dilanjutkan dengan pembacaan Al-Fatihah sekali lagi dan doa pribadi.
Penjelasan Mendalam Beberapa Dzikir dalam Ratib al-Athos
Untuk lebih meresapi makna dan kekuatan spiritual dari Ratib al-Athos, marilah kita bedah beberapa bacaan kunci yang terkandung di dalamnya. Memahami makna akan mengubah bacaan dari sekadar gerakan lisan menjadi getaran hati yang terhubung langsung dengan Sang Khalik.
1. "A'uudzu bikalimaatillaahit taammaati min syarri maa khalaq"
Doa ini adalah salah satu doa perlindungan paling kuat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. "Kalimat-kalimat Allah yang sempurna" (kalimaatillaahit taammaat) memiliki makna yang sangat luas. Para ulama menafsirkannya sebagai Al-Qur'an, Asmaul Husna, atau sifat-sifat Allah yang sempurna, yang tidak memiliki cacat atau kekurangan sedikit pun. Dengan berlindung menggunakan kalimat-kalimat ini, kita sedang memohon perlindungan dengan sesuatu yang paling agung dan paling kuat, yaitu firman dan sifat Allah sendiri.
Adapun "kejahatan makhluk yang Dia ciptakan" (syarri maa khalaq) mencakup segala bentuk keburukan, baik yang terlihat maupun tidak terlihat. Ini termasuk kejahatan manusia, gigitan hewan berbisa, sengatan serangga, gangguan jin dan setan, wabah penyakit, bencana alam, dan segala hal yang dapat mendatangkan mudharat. Ketika kita membaca doa ini dengan penuh keyakinan, kita seolah-olah sedang membangun sebuah benteng yang tidak bisa ditembus di sekeliling kita, karena kita menyerahkan perlindungan diri kita kepada Dzat Yang Menciptakan segala sesuatu.
2. "Bismillaahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syai'un..."
Kalimat ini adalah deklarasi tawakal dan keyakinan yang luar biasa. Kita memulai dengan "Bismillah" (Dengan Nama Allah), mengakui bahwa segala sesuatu terjadi atas izin-Nya. Kemudian kita menegaskan bahwa dengan menyebut nama-Nya yang agung, tidak ada satu pun di bumi maupun di langit yang dapat memberikan bahaya. Ini adalah penegasan tauhid yang kuat, bahwa tidak ada kekuatan hakiki yang bisa memberi manfaat atau mudharat selain Allah SWT.
Makhluk, baik itu racun, senjata, sihir, atau penyakit, hanyalah sebab. Kekuatan sesungguhnya yang membuat sebab itu berfungsi ada di tangan Allah. Dengan membaca doa ini, kita memohon kepada Allah untuk menonaktifkan potensi bahaya dari segala sesuatu di sekitar kita. Di akhir doa, kita menyebut dua sifat-Nya: "As-Samii'" (Maha Mendengar) doa dan permohonan kita, dan "Al-'Aliim" (Maha Mengetahui) segala keadaan, ketakutan, dan kebutuhan kita.
3. "Yaa Lathiifan bikhalqih..."
Ini adalah munajat yang sangat indah, memanggil Allah dengan sifat-Nya "Al-Lathif". Sifat ini memiliki dua makna utama: Yang Maha Halus dan Yang Maha Lembut. Maha Halus berarti pengetahuan-Nya menembus hal-hal yang paling tersembunyi, yang tidak bisa dijangkau oleh panca indera. Maha Lembut berarti kasih sayang-Nya sampai kepada hamba-Nya dengan cara-cara yang tidak terduga dan penuh kelembutan.
Dalam doa ini, kita mengakui bahwa Allah Maha Lembut, Maha Mengetahui, dan Maha Waspada terhadap seluruh makhluk-Nya. Kemudian kita memohon, "ulthuf binaa" (berlemah lembutlah kepada kami). Ini adalah permohonan agar Allah memperlakukan kita dengan kasih sayang-Nya, memberikan jalan keluar dari masalah dengan cara yang terbaik, melindungi kita dari takdir buruk dengan cara yang halus, dan membimbing kita menuju kebaikan dengan penuh kelembutan.
4. Pengulangan "Laa ilaaha illallaah"
Kalimat tahlil ini adalah ruh dari seluruh ajaran Islam. Ia adalah kalimat tauhid, kunci surga, dan dzikir yang paling utama. Pengulangannya sebanyak 40 kali dalam Ratib al-Athos memiliki tujuan untuk menancapkan maknanya sedalam-dalamnya ke dalam jiwa. Setiap kali kita mengucapkannya, kita sedang melakukan:
- Nafyu (peniadaan): "Laa ilaaha" meniadakan segala bentuk tuhan, sesembahan, sandaran, dan sumber kekuatan selain Allah. Kita membersihkan hati dari ketergantungan kepada makhluk.
- Itsbat (penetapan): "illallaah" menetapkan bahwa hanya Allah satu-satunya Dzat yang berhak disembah, menjadi tujuan, dan sumber segala-galanya.
Dengan mengulang-ulangnya, kita melatih jiwa untuk senantiasa bergantung hanya kepada Allah, melepaskan diri dari belenggu duniawi, dan memperbarui ikrar keimanan kita setiap saat. Ia adalah sumber kekuatan, ketenangan, dan kebahagiaan sejati.
Adab dan Waktu Terbaik Membaca Ratib
Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari amalan ini, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan:
- Niat yang Ikhlas: Lakukan semata-mata untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan karena tujuan duniawi semata.
- Dalam Keadaan Suci: Usahakan untuk memiliki wudhu saat membacanya, karena kita akan melafalkan ayat-ayat Al-Qur'an dan Asmaul Husna.
- Menghadap Kiblat: Ini adalah sunnah yang dianjurkan saat berdoa dan berdzikir untuk menambah kekhusyuan.
- Memahami Makna: Bacalah dengan tartil (perlahan dan jelas) sambil berusaha merenungkan arti dari setiap kalimat yang diucapkan.
- Istiqamah: Konsistensi adalah kunci. Mengamalkannya setiap hari akan memberikan dampak yang jauh lebih besar daripada membacanya sesekali dalam jumlah banyak.
Waktu yang paling utama untuk membaca Ratib al-Athos adalah setelah shalat Maghrib atau setelah shalat Isya. Waktu petang adalah saat di mana kita memohon perlindungan dari kegelapan malam. Namun, Ratib ini juga sangat baik dibaca pada waktu pagi setelah shalat Subuh sebagai benteng untuk memulai aktivitas sepanjang hari. Pada intinya, ia boleh dibaca kapan saja, namun waktu pagi dan petang adalah yang paling dianjurkan.
Kesimpulan
Ratib al-Athos adalah sebuah anugerah besar dari Allah SWT yang diwariskan melalui seorang wali-Nya, Al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athos. Ia bukan sekadar rangkaian kata, melainkan senjata bagi seorang mukmin, perisai pelindung, penawar bagi hati yang gundah, dan tangga untuk mendekatkan diri kepada Rabbul 'Izzati. Bacaannya yang ringkas membuatnya mudah untuk diistiqamahkan di tengah kesibukan kita.
Marilah kita jadikan Ratib al-Athos sebagai bagian tak terpisahkan dari amalan harian kita. Dengan melantunkannya penuh keyakinan dan pemahaman, semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dan keluarga dari segala keburukan, melapangkan rezeki kita, menenangkan jiwa kita, mengokohkan iman kita, dan mewafatkan kita semua dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin ya Rabbal 'aalamiin.