Sholat merupakan tiang agama dan kewajiban utama bagi setiap Muslim. Ia adalah momen sakral di mana seorang hamba berdialog langsung dengan Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Namun, hubungan spiritual ini tidak serta-merta berakhir seiring dengan salam penutup. Justru, momen setelah sholat adalah waktu yang sangat mustajab dan dianjurkan untuk diisi dengan amalan-amalan penyempurna, salah satunya adalah berdzikir dan berdoa.
Berdzikir setelah sholat wajib bukanlah sekadar rutinitas tanpa makna. Ia adalah jembatan yang menghubungkan kekhusyuan sholat dengan kehidupan sehari-hari. Ia adalah cara kita untuk terus mengingat, mengagungkan, dan memohon ampunan kepada Allah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan contoh dan tuntunan yang jelas mengenai amalan ini. Meluangkan sedikit waktu untuk berdzikir akan mendatangkan ketenangan jiwa, menghapus dosa-dosa, dan mengangkat derajat kita di sisi-Nya. Artikel ini akan mengupas secara mendalam dan terperinci bacaan-bacaan dzikir yang dianjurkan setelah menunaikan sholat fardhu, beserta makna dan keutamaannya.
Tahapan Awal: Istighfar Sebagai Pembuka Pintu Rahmat
Langkah pertama yang dicontohkan oleh Rasulullah setelah salam adalah memohon ampunan. Ini adalah cerminan kerendahan hati seorang hamba. Meskipun baru saja menyelesaikan ibadah agung, kita menyadari betapa banyak kekurangan dalam sholat kita; entah kurang khusyuk, pikiran yang melayang, atau bacaan yang tidak sempurna. Oleh karena itu, istighfar menjadi pembuka yang paling tepat.
Bacaan Istighfar (Dibaca 3 kali)
Lafaz pertama yang diucapkan adalah permohonan ampunan kepada Allah.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ
Astaghfirullāh.
"Aku memohon ampun kepada Allah."
Setelah mengulang lafaz ini sebanyak tiga kali, dianjurkan untuk melanjutkannya dengan pujian dan pengakuan atas keagungan Allah.
اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ
Allāhumma antas salām, wa minkas salām, tabārakta yā dzal jalāli wal ikrām.
"Ya Allah, Engkaulah As-Salam (Yang Maha Sejahtera), dan dari-Mu lah keselamatan. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan."
Makna mendalam dari bacaan ini adalah pengakuan total kita. "Antas Salām" berarti kita mengakui bahwa sumber segala kedamaian, ketenangan, dan keselamatan hanyalah Allah. "Wa minkas salām" menegaskan bahwa setiap ketenteraman yang kita rasakan berasal dari-Nya. Kalimat penutup "Tabārakta yā dzal jalāli wal ikrām" adalah pujian atas keberkahan, keagungan, dan kemuliaan-Nya yang tak terbatas. Dengan memulai dzikir lewat untaian kalimat ini, kita menata hati untuk masuk ke dalam lautan pujian dan pengagungan yang lebih dalam.
Inti Dzikir: Tasbih, Tahmid, dan Takbir
Setelah memohon ampun dan memuji Allah, kita memasuki bagian inti dari rangkaian dzikir yang sangat masyhur dan memiliki keutamaan luar biasa. Rangkaian ini terdiri dari tiga kalimat agung: Tasbih (Subhanallah), Tahmid (Alhamdulillah), dan Takbir (Allahu Akbar), yang masing-masing dibaca sebanyak 33 kali.
1. Bacaan Tasbih (33 kali) - Mensucikan Allah
سُبْحَانَ اللهِ
Subhānallāh.
"Maha Suci Allah."
Membaca "Subhanallah" sebanyak 33 kali adalah sebuah bentuk tanzih, yaitu mensucikan Allah dari segala bentuk kekurangan, kelemahan, sifat-sifat yang tidak layak, dan dari segala sekutu. Ketika kita mengucapkan kalimat ini, kita sedang mendeklarasikan dengan lisan dan hati bahwa:
- Allah Maha Sempurna dalam Dzat, Sifat, dan Af'al-Nya (perbuatan-Nya).
- Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya. Tidak ada satu pun yang bisa menyamai-Nya.
- Allah bersih dari segala tuduhan kaum musyrikin, seperti memiliki anak, istri, atau sekutu.
Setiap kali kita mengucapkannya, kita seolah-olah sedang membersihkan hati kita dari gambaran-gambaran keliru tentang Tuhan. Kita mengafirmasi bahwa keagungan-Nya jauh melampaui apa yang bisa dibayangkan oleh akal manusia. Ini adalah fondasi tauhid yang paling dasar. Keutamaannya sangat besar, sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits, di antaranya bahwa kalimat ini termasuk yang paling dicintai oleh Allah dan berat timbangannya di hari kiamat.
2. Bacaan Tahmid (33 kali) - Memuji Allah
اَلْحَمْدُ ِللهِ
Alhamdulillāh.
"Segala puji bagi Allah."
Setelah mensucikan Allah, kita beralih ke tahmid, yaitu memuji-Nya. Kalimat "Alhamdulillah" adalah ungkapan rasa syukur dan pujian yang paling komprehensif. Kata "Al" di awal menunjukkan makna "seluruh" atau "segala". Artinya, pujian dalam bentuk apa pun, dari siapa pun, dan untuk alasan apa pun, pada hakikatnya kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ketika kita membacanya 33 kali, kita sedang merenungi dan mengakui:
- Pujian atas kesempurnaan-Nya: Kita memuji-Nya karena sifat-sifat-Nya yang mulia, seperti Ar-Rahman (Maha Pengasih), Al-'Alim (Maha Mengetahui), Al-Hakim (Maha Bijaksana).
- Pujian atas nikmat-Nya: Kita bersyukur atas segala karunia yang tak terhitung jumlahnya. Nikmat iman, nikmat Islam, nikmat kesehatan, nikmat bisa bernapas, nikmat keluarga, dan jutaan nikmat lain yang sering kita lupakan. Setiap ucapan "Alhamdulillah" adalah pengakuan atas satu atau lebih dari nikmat-nikmat tersebut.
Dengan mengulang-ulang tahmid, kita melatih hati untuk menjadi pribadi yang pandai bersyukur. Syukur adalah kunci untuk menambah nikmat dan meraih ridha Allah. Rasulullah bersabda bahwa "Alhamdulillah" memenuhi timbangan amal.
3. Bacaan Takbir (33 kali) - Mengagungkan Allah
اَللهُ أَكْبَرُ
Allāhu Akbar.
"Allah Maha Besar."
Kalimat ketiga adalah takbir, sebuah deklarasi kebesaran Allah yang mutlak. "Allahu Akbar" bukan sekadar berarti "Allah Besar", melainkan "Allah Maha Besar". Kata "Akbar" adalah bentuk superlatif yang mengandung makna bahwa kebesaran Allah melebihi segala sesuatu yang bisa kita bandingkan. Tidak ada yang lebih besar dari-Nya.
Ketika kita mengucapkannya 33 kali, kita sedang menanamkan dalam jiwa kita bahwa:
- Masalah sebesar apa pun yang kita hadapi, Allah lebih besar darinya.
- Ambisi dan impian setinggi apa pun yang kita miliki, kebesaran Allah jauh melampauinya.
- Kekuasaan, kekayaan, dan kekuatan makhluk sekuat apa pun, semuanya menjadi kecil dan tidak berarti di hadapan kebesaran Allah.
Takbir memberikan kekuatan, keberanian, dan ketenangan. Ia mengingatkan kita bahwa kita memiliki sandaran Yang Maha Kuat, sehingga tidak ada alasan untuk takut atau merasa lemah menghadapi dunia. Mengulang-ulang takbir setelah sholat adalah cara untuk membawa spirit kebesaran Allah dari dalam sholat ke dalam realitas kehidupan kita.
Penyempurna Seratus: Kalimat Tauhid
Setelah menyelesaikan rangkaian tasbih, tahmid, dan takbir yang berjumlah 99, Rasulullah mengajarkan kita untuk menyempurnakannya menjadi seratus dengan sebuah kalimat tauhid yang agung. Keutamaan dari dzikir ini sungguh luar biasa.
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Lā ilāha illallāh wahdahū lā syarīka lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alā kulli syai-in qadīr.
"Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Kalimat ini adalah intisari dari ajaran Islam. Mari kita bedah maknanya:
- Lā ilāha illallāh: Penegasan tiada Tuhan selain Allah. Ini adalah fondasi aqidah.
- Wahdahū lā syarīka lah: Penekanan atas keesaan-Nya, menolak segala bentuk syirik atau persekutuan.
- Lahul mulku: Pengakuan bahwa seluruh kekuasaan, kepemilikan, dan kerajaan di langit dan di bumi hanyalah milik-Nya.
- Wa lahul hamdu: Pengakuan bahwa hanya Dia yang berhak atas segala bentuk pujian yang sempurna.
- Wa huwa 'alā kulli syai-in qadīr: Keyakinan penuh bahwa kekuasaan-Nya meliputi segala sesuatu, tidak ada yang mustahil bagi-Nya.
Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang mengucapkan dzikir ini setelah setiap sholat fardhu, maka akan diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan." Ini menunjukkan betapa dahsyatnya ganjaran bagi mereka yang konsisten mengamalkan rangkaian dzikir ini.
Bacaan Ayat-Ayat Al-Qur'an Pilihan
Selain dzikir pujian, amalan setelah sholat juga disempurnakan dengan membaca beberapa ayat pilihan dari Al-Qur'an. Ayat-ayat ini memiliki keutamaan dan faedah yang sangat besar, terutama sebagai pelindung dan penambah pahala.
1. Ayat Kursi (Surat Al-Baqarah: 255) - Ayat Teragung
Ayat Kursi dikenal sebagai "pemimpin" para ayat di dalam Al-Qur'an. Kandungannya merangkum sifat-sifat keagungan, kekuasaan, ilmu, dan kebesaran Allah secara menakjubkan. Rasulullah bersabda bahwa barangsiapa membacanya setelah sholat, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian.
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ
Allāhu lā ilāha illā huwal-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa'u 'indahū illā bi`iżnih, ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min 'ilmihī illā bimā syā`, wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm.
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."
Merenungi setiap frasa dalam Ayat Kursi akan memperkuat tauhid kita. Pengakuan akan kehidupan-Nya yang abadi (Al-Hayyu), kemandirian-Nya dalam mengurus alam semesta (Al-Qayyum), kekuasaan-Nya yang mutlak, dan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu, akan membuat hati merasa tenang dan terlindungi di bawah naungan-Nya.
2. Tiga Surat Pelindung (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas)
Tiga surat terakhir dalam Al-Qur'an ini dikenal dengan sebutan Al-Mu'awwidzat, yaitu surat-surat yang berisi permohonan perlindungan. Dianjurkan untuk membacanya masing-masing satu kali setelah sholat Dzuhur, Ashar, dan Isya. Khusus setelah sholat Subuh dan Maghrib, dianjurkan untuk membacanya masing-masing tiga kali.
Surat Al-Ikhlas (Keesaan Allah)
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ. وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Qul huwallāhu aḥad. Allāhuṣ-ṣamad. Lam yalid wa lam yụlad. Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad.
"Katakanlah: 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia'."
Surat ini adalah deklarasi murni tentang keesaan Allah. Nilainya disebut setara dengan sepertiga Al-Qur'an karena kandungannya yang fokus pada tauhid, inti dari ajaran Islam.
Surat Al-Falaq (Perlindungan dari Kejahatan Eksternal)
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ. وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ. وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Qul a'ụżu birabbil-falaq. Min syarri mā khalaq. Wa min syarri gāsiqin iżā waqab. Wa min syarrin-naffāṡāti fil-'uqad. Wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad.
"Katakanlah: 'Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki'."
Surat ini adalah permohonan perlindungan kepada Allah dari berbagai kejahatan yang datang dari luar diri kita, seperti kejahatan makhluk, kegelapan malam, sihir, dan rasa dengki orang lain.
Surat An-Nas (Perlindungan dari Kejahatan Internal)
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. إِلَٰهِ النَّاسِ. مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
Qul a'ụżu birabbin-nās. Malikin-nās. Ilāhin-nās. Min syarril-waswāsil-khannās. Allażī yuwaswisu fī ṣudụrin-nās. Minal-jinnati wan-nās.
"Katakanlah: 'Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia'."
Adapun surat ini adalah permohonan perlindungan dari musuh yang tidak terlihat, yaitu bisikan syaitan (was-was) yang menyusup ke dalam hati dan pikiran, yang berusaha merusak iman dan amal kita.
Penutup Rangkaian: Doa dan Munajat
Setelah hati dipenuhi dengan pujian, pengagungan, dan permohonan perlindungan melalui dzikir dan ayat Al-Qur'an, inilah saat yang paling tepat untuk memanjatkan doa. Momen setelah sholat fardhu adalah salah satu waktu yang paling mustajab. Tidak ada doa yang baku dan wajib, setiap orang dapat berdoa sesuai dengan hajat dan kebutuhannya masing-masing dalam bahasa yang dipahaminya. Namun, ada beberapa contoh doa yang ma'tsur (berasal dari tuntunan) yang dapat kita panjatkan sebagai penutup.
Berikut adalah contoh doa komprehensif yang sering dibaca:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm. Alḥamdulillāhi rabbil-'ālamīn, ḥamday yu'āfī ni'amahụ wa yukāfi`u mazīdah. Yā rabbanā lakal-ḥamdu kamā yambagī lijalāli wajhikal-karīmi wa 'aẓīmi sulṭānik.
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmat-Nya dan menjamin tambahannya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala puji, sebagaimana seyogyanya bagi kemuliaan wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu."
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allāhumma ṣalli 'alā sayyidinā Muḥammadiw wa 'alā āli sayyidinā Muḥammad.
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad."
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا. وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
Allāhummagfirlī wa liwālidayya warḥamhumā kamā rabbayānī ṣagīrā. Wa lijamī'il-muslimīna wal-muslimāt, wal-mu`minīna wal-mu`mināt, al-aḥyā`i minhum wal-amwāt.
"Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah keduanya sebagaimana mereka telah menyayangiku di waktu kecil. Dan ampunilah seluruh kaum muslimin dan muslimat, kaum mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat."
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ، وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ، وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ، وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ، وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ، وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ، وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ
Allāhumma innā nas`aluka salāmatan fid-dīn, wa 'āfiyatan fil-jasad, wa ziyādatan fil-'ilm, wa barakatan fir-rizq, wa taubatan qablal-maut, wa raḥmatan 'indal-maut, wa magfiratam ba'dal-maut.
"Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu keselamatan dalam beragama, kesehatan pada tubuh, tambahan ilmu, keberkahan dalam rezeki, taubat sebelum mati, rahmat ketika mati, dan ampunan setelah mati."
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rabbanā ātinā fid-dun-yā ḥasanataw wa fil-ākhirati ḥasanataw wa qinā 'ażāban-nār.
"Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka."
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Wa ṣallallāhu 'alā sayyidinā Muḥammadiw wa 'alā ālihī wa ṣaḥbihī wa sallam, wal-ḥamdulillāhi rabbil-'ālamīn.
"Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
Kesimpulan: Menjaga Koneksi Spiritual
Rangkaian dzikir dan doa setelah sholat wajib adalah sebuah amalan yang sarat dengan hikmah dan keutamaan. Ia bukan sekadar tambahan, melainkan sebuah penyempurna yang menjaga koneksi spiritual seorang hamba dengan Tuhannya. Dengan meluangkan beberapa menit untuk beristighfar, bertasbih, bertahmid, bertakbir, membaca ayat-ayat Al-Qur'an, dan memanjatkan doa, kita sedang menabung pahala yang tak ternilai, meraih ampunan atas dosa-dosa, serta membentengi diri dari berbagai keburukan.
Membiasakan diri dengan amalan ini akan membawa ketenangan dan keberkahan dalam hidup. Hati akan menjadi lebih lapang, jiwa akan merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta, dan kita akan senantiasa berada dalam perlindungan-Nya. Semoga kita semua dimampukan oleh Allah untuk senantiasa istiqamah dalam menghidupkan sunnah yang mulia ini.