Ilustrasi bulan sabit dan bintang melambangkan ibadah malam Ramadan

Panduan Lengkap Bacaan Shalat Tarawih

Bulan suci Ramadan adalah momen yang paling dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Selain ibadah puasa, Ramadan juga identik dengan shalat tarawih, sebuah shalat sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) yang dilaksanakan pada malam hari setelah shalat Isya. Melaksanakan shalat tarawih dengan khusyuk dan memahami setiap bacaannya akan menambah kekhidmatan dan pahala yang kita dapatkan. Artikel ini akan membahas secara mendalam dan komprehensif mengenai seluruh rangkaian bacaan dalam shalat tarawih, mulai dari niat hingga doa penutup.

Memahami Hakikat Shalat Tarawih

Secara etimologi, "tarawih" adalah bentuk jamak dari kata "tarwihah" yang berarti istirahat. Penamaan ini merujuk pada praktik para sahabat dan generasi setelahnya yang beristirahat sejenak setiap selesai empat rakaat. Ini menunjukkan bahwa shalat tarawih sejatinya dilakukan dengan tenang, tidak tergesa-gesa, memberikan ruang untuk refleksi dan tadabbur.

Shalat ini menjadi syiar agung di bulan Ramadan, mengisi malam-malamnya dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an, zikir, dan doa. Keutamaannya sangat besar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, "Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan (shalat tarawih) dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari dan Muslim).

Rangkaian Bacaan Shalat Tarawih Secara Rinci

Berikut adalah panduan langkah demi langkah beserta bacaan yang lazim diamalkan dalam shalat tarawih dan witir berjamaah di Indonesia.

1. Niat Shalat Tarawih

Niat adalah rukun pertama dan terpenting dalam setiap ibadah. Niat dilakukan di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram. Meskipun melafalkan niat tidak diwajibkan, banyak ulama menganjurkannya untuk membantu memantapkan hati. Berikut adalah lafal niat shalat tarawih dua rakaat.

Niat sebagai Imam:

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatat tarāwīhi rak'ataini mustaqbilal qiblati imāman lillāhi ta'ālā.

"Aku niat shalat sunnah tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta'ala."

Niat sebagai Makmum:

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatat tarāwīhi rak'ataini mustaqbilal qiblati ma'mūman lillāhi ta'ālā.

"Aku niat shalat sunnah tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."

Niat Shalat Sendiri (Munfarid):

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatat tarāwīhi rak'ataini mustaqbilal qiblati lillāhi ta'ālā.

"Aku niat shalat sunnah tarawih dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala."

2. Bacaan di Dalam Shalat Tarawih

Setelah takbiratul ihram, bacaan di dalam setiap rakaat shalat tarawih pada dasarnya sama dengan shalat fardhu atau sunnah lainnya, yang meliputi doa iftitah, Al-Fatihah, dan surat pendek.

a. Doa Iftitah

Doa iftitah dibaca pada rakaat pertama setelah takbiratul ihram. Ada beberapa versi doa iftitah yang diajarkan Rasulullah SAW. Salah satu yang paling umum adalah:

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.

Allāhu akbar kabīran, walhamdu lillāhi kathīran, wa subhānallāhi bukratan wa aṣīlā. Innī wajjahtu wajhiya lilladzī faṭaras samāwāti wal arḍa, ḥanīfan musliman wa mā ana minal musyrikīn. Inna ṣalātī, wa nusukī, wa maḥyāya, wa mamātī lillāhi rabbil ‘ālamīn. Lā syarīka lahū, wa bidzālika umirtu wa ana minal muslimīn.

"Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang. Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan aku berserah diri, dan aku bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan demikian aku diperintahkan dan aku termasuk golongan orang-orang muslim."

b. Surat Al-Fatihah

Surat Al-Fatihah adalah rukun qauli (bacaan) yang wajib dibaca di setiap rakaat. Tanpa Al-Fatihah, shalat dianggap tidak sah.

c. Bacaan Surat Pendek

Setelah membaca Al-Fatihah, disunnahkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Dalam praktik shalat tarawih berjamaah, ada tradisi atau urutan tertentu yang sering digunakan untuk memudahkan jamaah. Salah satu metode yang populer adalah mengkhatamkan 30 juz selama sebulan, atau membaca surat-surat pendek secara berurutan.

Berikut adalah urutan surat pendek yang sangat umum digunakan, biasanya dibagi menjadi dua bagian: malam ke-1 hingga ke-15, dan malam ke-16 hingga akhir Ramadan.

Urutan Surat Malam ke-1 hingga ke-15

Pada periode ini, urutan dimulai dari surat At-Takatsur hingga surat Al-Lahab. Setiap malam, sepuluh surat ini dibaca berurutan, satu surat untuk setiap rakaat (setelah Al-Fatihah) pada shalat tarawih yang berjumlah 20 rakaat.

1. Surat At-Takatsur (Bermegah-megahan)

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُۙ. حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَۗ. كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ. ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ. كَلَّا لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِۗ. لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَۙ. ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِۙ. ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَىِٕذٍ عَنِ النَّعِيْمِ.

Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm. Alhākumut-takāthur. Ḥattā zurtumul-maqābir. Kallā saufa ta‘lamūn. Thumma kallā saufa ta‘lamūn. Kallā lau ta‘lamūna ‘ilmal-yaqīn. Latarawunnal-jaḥīm. Thumma latarawunnahā ‘ainal-yaqīn. Thumma latus'alunna yauma'idzin ‘anin-na‘īm.

"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). Kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim, kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri, kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu)."

Surat ini menjadi pengingat keras tentang bahaya terlena oleh kemewahan duniawi hingga melupakan akhirat. Ia mengajak kita untuk merenungkan tujuan hidup yang sebenarnya.

2. Surat Al-‘Asr (Masa)

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَالْعَصْرِۙ. اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ. اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.

Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm. Wal-‘aṣr. Innal-insāna lafī khusr. Illal-ladzīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr.

"Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."

Surat yang sangat singkat namun padat makna ini merangkum kunci keselamatan manusia: iman, amal saleh, serta saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.

3. Surat Al-Humazah (Pengumpat)

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍۙ. الَّذِيْ جَمَعَ مَالًا وَّعَدَّدَهٗۙ. يَحْسَبُ اَنَّ مَالَهٗٓ اَخْلَدَهٗۚ. كَلَّا لَيُنْۢبَذَنَّ فِى الْحُطَمَةِۖ. وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الْحُطَمَةُ. نَارُ اللّٰهِ الْمُوْقَدَةُۙ. الَّتِيْ تَطَّلِعُ عَلَى الْاَفْـِٕدَةِۗ. اِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُّؤْصَدَةٌۙ. فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ.

Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm. Wailul likulli humazatil lumazah. Alladzī jama‘a mālaw wa ‘addadah. Yaḥsabu anna mālahū akhladah. Kallā layumbadzanna fil-ḥuṭamah. Wa mā adrāka mal-ḥuṭamah. Nārullāhil-mūqadah. Allatī taṭṭali‘u ‘alal-af'idah. Innahā ‘alaihim mu'ṣadah. Fī ‘amadim mumaddadah.

"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) Hutamah. Dan tahukah kamu apakah (neraka) Hutamah itu? (Yaitu) api (azab) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sungguh, api itu ditutup rapat atas (diri) mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang."

Surat ini memberikan ancaman keras terhadap perilaku tercela seperti mengumpat, mencela, dan menimbun harta dengan kesombongan, mengingatkan bahwa semua itu tidak akan berguna di hadapan azab Allah.

Dan seterusnya hingga surat ke-10, yaitu Surat Al-Lahab. Urutan ini akan diulang pada rakaat ke-11 hingga ke-20 setiap malamnya selama periode ini.

Urutan Surat Malam ke-16 hingga Akhir Ramadan

Pada paruh kedua Ramadan, praktiknya sedikit berubah. Pada rakaat pertama setiap salam (misal rakaat 1, 3, 5, dst.) dibaca surat yang sama seperti urutan sebelumnya (At-Takatsur, Al-Asr, dst.). Namun, pada rakaat kedua setiap salam (rakaat 2, 4, 6, dst.), surat yang dibaca selalu Surat Al-Ikhlas.

Surat Al-Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah)

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ. اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ. وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ.

Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm. Qul huwallāhu aḥad. Allāhuṣ-ṣamad. Lam yalid wa lam yūlad. Wa lam yakul lahū kufuwan aḥad.

"Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.'"

Pengulangan Surat Al-Ikhlas pada paruh kedua Ramadan memiliki makna spiritual yang mendalam. Ini adalah penegasan kembali tauhid, inti dari ajaran Islam, terutama saat mendekati malam-malam Lailatul Qadar. Membaca surat ini setara dengan membaca sepertiga Al-Qur'an, sehingga pengulangannya memberikan pahala yang berlipat ganda.

d. Bacaan Rukuk, I'tidal, Sujud, dan Duduk di Antara Dua Sujud

Bacaan-bacaan pada gerakan shalat lainnya tetap sama seperti shalat biasa. Dilakukan dengan tuma'ninah (tenang dan tidak terburu-buru).

e. Bacaan Tasyahud (Tahiyat) Akhir

Pada setiap akhir dua rakaat, sebelum salam, dibaca tasyahud akhir secara lengkap beserta shalawat Ibrahimiyah.

3. Zikir dan Doa di Sela-sela Shalat Tarawih

Di banyak masjid, terdapat jeda setelah setiap dua atau empat rakaat yang diisi dengan zikir dan shalawat yang dipimpin oleh seorang bilal. Ini adalah bagian dari tradisi untuk menjaga semangat jamaah dan menambah pahala. Berikut adalah bacaan yang umum dilantunkan.

Setelah Salam dari Shalat Tarawih ke-1 (setelah 2 rakaat)

Bilal biasanya akan berseru, seringkali diikuti dengan shalawat bersama.

Bilal: صَلُّوْا سُنَّةً مِنَ التَّرَاوِيْحِ رَحِمَكُمُ الله

Shallū sunnatan minat-tarāwīḥi raḥimakumullāh.

Jamaah kemudian melanjutkan dengan shalat 2 rakaat berikutnya.

Setelah 4 Rakaat

Bilal memimpin zikir yang lebih panjang untuk memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Bilal: فَضْلًا مِنَ اللهِ وَنِعْمَةً وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً، يَا تَوَّابُ يَا وَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Fadhlan minallāhi wa ni'mah, wa maghfiratan wa raḥmah. Yā tawwābu yā wāsi'al-maghfirati yā arḥamar-rāḥimīn.

Kemudian dilanjutkan dengan shalawat:

Bilal: اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ (Allāhumma ṣalli ‘alā sayyidinā Muḥammad)

Jamaah: اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ (Allāhumma ṣalli wa sallim ‘alayh)

Menjelang Rakaat Berikutnya

Biasanya bilal akan mengingatkan tentang Khulafaur Rasyidin, dimulai dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Bilal: اَلْخَلِيْفَةُ اْلأُوْلَى سَيِّدُنَا أَبُوْ بَكَرْ الصِّدِيْقُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

Al-khalīfatul ūlā sayyidunā Abū Bakar aṣ-Ṣiddīq raḍiyallāhu 'anh.

Jamaah: رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَنَفَعَنَا بِهِ فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ

Raḍiyallāhu 'anhu wa nafa'anā bihi fid-dīni wad-dunyā wal-ākhirah.

Pola ini berlanjut setiap selesai empat rakaat, dengan menyebut nama khalifah berikutnya secara berurutan: Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Panduan Bacaan Shalat Witir

Setelah menyelesaikan shalat tarawih (baik 8 maupun 20 rakaat), ibadah malam Ramadan ditutup dengan shalat witir. Witir berarti ganjil, dan shalat ini dilaksanakan dalam jumlah rakaat ganjil, umumnya 3 rakaat dengan dua kali salam (2 rakaat + 1 rakaat) atau satu kali salam.

1. Niat Shalat Witir

Niat Shalat Witir 2 Rakaat (sebagai Makmum):

أُصَلِّى سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan minal witri rak'ataini mustaqbilal qiblati ma'mūman lillāhi ta'ālā.

"Aku niat shalat sunnah bagian dari witir dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."

Niat Shalat Witir 1 Rakaat (sebagai Makmum):

أُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal witri rak'atan mustaqbilal qiblati ma'mūman lillāhi ta'ālā.

"Aku niat shalat sunnah witir satu rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."

2. Surat yang Dibaca dalam Shalat Witir

Terdapat anjuran surat-surat tertentu yang dibaca dalam shalat witir tiga rakaat, meneladani praktik Rasulullah SAW.

3. Doa Qunut pada Shalat Witir

Pada paruh kedua bulan Ramadan (mulai malam ke-16), disunnahkan untuk membaca doa qunut pada rakaat terakhir shalat witir, yaitu setelah rukuk saat i'tidal. Imam akan membacanya dengan suara keras dan makmum mengaminkan.

اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Allahummahdinī fī man hadait, wa 'āfinī fī man 'āfait, wa tawallanī fī man tawallait, wa bārik lī fī mā a'ṭait, wa qinī syarra mā qaḍait, fa innaka taqḍī wa lā yuqḍā 'alaik, wa innahū lā yażillu man wālait, wa lā ya'izzu man 'ādait, tabārakta rabbanā wa ta'ālait, fa lakal-ḥamdu 'alā mā qaḍait, wa astagfiruka wa atūbu ilaik, wa ṣallallāhu 'alā sayyidinā muḥammadin-nabiyyil ummiyyi wa 'alā ālihī wa ṣaḥbihī wa sallam.

"Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Pimpinlah aku bersama orang-orang yang telah Engkau pimpin. Berkahilah rezeki yang telah Engkau berikan kepadaku. Lindungilah aku dari keburukan yang telah Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkau yang memutuskan dan tidak ada yang dapat menghalangi ketetapan-Mu. Sungguh tidak akan hina orang yang Engkau bela, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau. Bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau tetapkan. Aku memohon ampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya."

Doa Kamilin: Penutup Ibadah Tarawih

Setelah seluruh rangkaian shalat tarawih dan witir selesai, umat Islam dianjurkan untuk tidak langsung bubar. Momen ini adalah waktu yang mustajab untuk berdoa. Terdapat sebuah doa panjang yang populer dibaca secara bersama-sama, yang dikenal sebagai "Doa Kamilin". Doa ini berisi permohonan yang sangat lengkap, mencakup keimanan, ampunan, rezeki, dan keselamatan dunia akhirat.

Berikut adalah bacaan Doa Kamilin beserta terjemahannya, dipenggal agar lebih mudah dipahami maknanya:

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَاِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَاِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرَةِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَمِنْ حُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولٰئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا.

Artinya: "Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang menunaikan kewajiban-kewajiban, yang memelihara shalat, yang menunaikan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang teguh pada petunjuk, yang berpaling dari hal sia-sia, yang zuhud di dunia, yang berhasrat pada akhirat, yang ridha dengan takdir, yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas cobaan, dan yang berjalan di bawah panji junjungan kami Nabi Muhammad SAW pada hari kiamat, yang sampai ke telaga (haudh), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas dipan kemuliaan, yang menikah dengan bidadari, yang mengenakan pakaian dari sutra tipis dan tebal, yang memakan makanan surga, yang meminum dari susu dan madu yang murni dengan gelas, cerek, dan piala dari sumber yang mengalir, bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka dari kalangan para nabi, orang-orang jujur, para syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah Maha Mengetahui."

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّرِيْفَةِ الْمُบَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Artinya: "Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan penuh berkah ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima (amalnya), dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang celaka dan ditolak (amalnya). Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan sahabatnya, dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."

Membaca dan merenungi doa ini menjadi penutup yang indah bagi serangkaian ibadah di malam Ramadan. Ia menyadarkan kita akan tujuan akhir kehidupan dan memotivasi kita untuk terus berbuat baik.

Penutup: Meraih Keberkahan Malam Ramadan

Shalat tarawih bukan sekadar rutinitas tahunan. Ia adalah kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, membersihkan jiwa dari dosa, dan melatih kesabaran serta kekhusyukan. Dengan memahami setiap bacaan yang dilantunkan, dari niat hingga doa penutup, ibadah kita akan terasa lebih bermakna dan mendalam.

Semoga panduan lengkap ini dapat membantu kaum muslimin dalam melaksanakan shalat tarawih dengan lebih baik dan khusyuk. Marilah kita manfaatkan malam-malam Ramadan yang penuh berkah ini untuk memperbanyak ibadah, memohon ampunan, dan meraih derajat takwa di sisi Allah SWT.

🏠 Kembali ke Homepage