Makna dan Keutamaan Surah Yasin dan Tahlil
Dalam tradisi Islam di Nusantara, membaca Surah Yasin dan Tahlil merupakan sebuah amalan yang mengakar kuat. Keduanya seringkali dirangkai menjadi satu kesatuan ibadah, terutama dalam acara-acara seperti tahlilan untuk mendoakan kerabat yang telah wafat, malam Jumat, atau sebagai bentuk dzikir untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Amalan ini bukan tanpa dasar, sebab Surah Yasin sendiri memiliki kedudukan istimewa dalam Al-Qur'an, sementara Tahlil adalah inti dari dzikrullah (mengingat Allah).
Surah Yasin adalah surah ke-36 dalam Al-Qur'an dan terdiri dari 83 ayat. Surah ini diturunkan di Mekkah (Makkiyah) dan sering disebut sebagai 'Qalbul Qur'an' atau jantungnya Al-Qur'an. Sebagaimana jantung yang memompa kehidupan ke seluruh tubuh, Surah Yasin mengandung intisari ajaran Al-Qur'an yang meliputi tauhid (keesaan Allah), hari kebangkitan, kisah para nabi, serta peringatan akan balasan bagi orang-orang yang beriman dan yang ingkar. Membacanya diyakini mendatangkan ketenangan jiwa, ampunan dosa, dan berbagai keberkahan lainnya.
Sementara itu, Tahlil secara harfiah berarti mengucapkan kalimat tauhid, "Laa ilaaha illallah" (Tiada tuhan selain Allah). Namun, dalam praktiknya, Tahlil adalah sebuah rangkaian dzikir yang terdiri dari pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an (seperti Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, dan Ayat Kursi), istighfar, tasbih, shalawat, dan puncaknya adalah pengulangan kalimat tahlil itu sendiri. Tujuan utama dari Tahlil adalah untuk mengingat keagungan Allah, memohon ampunan, serta mengirimkan pahala bacaan tersebut kepada arwah orang-orang yang telah meninggal dunia. Menggabungkan bacaan Surah Yasin dengan Tahlil menjadi sebuah paket ibadah yang komprehensif, di mana kita merenungi ayat-ayat Allah sekaligus berdzikir menyebut asma-Nya.
Urutan Bacaan Yasin dan Tahlil
Untuk memastikan amalan berjalan dengan khusyuk dan tertib, berikut adalah urutan umum yang biasa diamalkan dalam pembacaan Yasin dan Tahlil. Urutan ini dapat sedikit bervariasi di beberapa daerah, namun intinya tetap sama.
- Pembukaan (Muqaddimah): Dimulai dengan mengirimkan bacaan Surah Al-Fatihah (dikenal dengan sebutan "Ila hadhrotin...") yang ditujukan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, para ulama, guru-guru, orang tua, serta arwah kaum muslimin dan muslimat, khususnya kepada almarhum/almarhumah yang diniatkan.
- Membaca Surah Yasin: Pembacaan Surah Yasin dari ayat 1 hingga ayat 83 secara lengkap.
- Membaca Rangkaian Tahlil: Setelah selesai Surah Yasin, dilanjutkan dengan rangkaian bacaan Tahlil yang meliputi:
- Surah Al-Fatihah
- Surah Al-Ikhlas (3 kali)
- Surah Al-Falaq (1 kali)
- Surah An-Nas (1 kali)
- Awal Surah Al-Baqarah (ayat 1-5)
- Ayat Kursi (Surah Al-Baqarah ayat 255)
- Akhir Surah Al-Baqarah (ayat 284-286)
- Istighfar (memohon ampunan)
- Tasbih, Tahmid, dan Takbir
- Kalimat Tahlil "Laa ilaaha illallah" (dibaca 33, 100, atau sesuai kemampuan)
- Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW
- Doa Penutup: Rangkaian diakhiri dengan membaca Doa Arwah atau Doa Tahlil, yang berisi permohonan agar pahala bacaan disampaikan kepada arwah yang dituju dan permohonan ampunan serta rahmat bagi mereka dan bagi kita yang masih hidup.
- Penutup Akhir: Ditutup kembali dengan membaca Surah Al-Fatihah.
Bacaan Lengkap Surah Yasin (Ayat 1-83)
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
يٰسۤ ۚ (١)
Yā Sīn.
Yasin.
وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ (٢)
Wal-Qur'ānil-ḥakīm.
Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah,
اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ (٣)
Innaka laminal-mursalīn.
sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,
عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ (٤)
'Alā ṣirāṭim mustaqīm.
(yang berada) di atas jalan yang lurus,
تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ (٥)
Tanzīlal-'azīzir-raḥīm.
(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,
لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ (٦)
Litunżira qaumam mā unżira ābā'uhum fahum gāfilūn.
agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ (٧)
Laqad ḥaqqal-qaulu 'alā akṡarihim fahum lā yu'minūn.
Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ (٨)
Innā ja'alnā fī a'nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fahum muqmaḥūn.
Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.
وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ (٩)
Wa ja'alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fahum lā yubṣirūn.
Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ (١٠)
Wa sawā'un 'alaihim a'anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn.
Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.
اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ (١١)
Innamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaīb, fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm.
Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ ࣖ (١٢)
Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamụ wa āṡārahum, wa kulla syai'in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn.
Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang jelas (Lauh Mahfuzh).
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ (١٣)
Waḍrib lahum maṡalan aṣ-ḥābal-qaryah, iż jā'ahal-mursalūn.
Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;
اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ (١٤)
Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabụhumā fa 'azzaznā biṡāliṡin fa qālū innā ilaikum mursalūn.
(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”
قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ (١٥)
Qālụ mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-raḥmānu min syai'in in antum illā takżibūn.
Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu ini hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka.”
قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ (١٦)
Qālụ rabbunā ya'lamu innā ilaikum lamursalūn.
Mereka (para utusan) berkata, “Tuhan kami mengetahui bahwa kami benar-benar diutus kepadamu.
وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ (١٧)
Wa mā 'alainā illal-balāgul-mubīn.
Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.”
قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ (١٨)
Qālū innā taṭayyarnā bikum, la'il lam tantahụ lanarjumannakum wa layamassannakum minnā 'ażābun alīm.
Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”
قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ (١٩)
Qālụ ṭā'irukum ma'akum, a'in żukkirtum, bal antum qaumum musrifūn.
Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”
وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ (٢٠)
Wa jā'a min aqṣal-madīnati rajuluy yas'ā qāla yā qaumittabi'ul-mursalīn.
Dan datanglah dari ujung kota seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.
اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ (٢١)
Ittabi'ụ mal lā yas'alukum ajraw wa hum muhtadūn.
Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ (٢٢)
Wa mā liya lā a'budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja'ūn.
Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.
ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ (٢٣)
A'attakhiżu min dụnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni 'annī syafā'atuhum syai'aw wa lā yunqiżụn.
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, niscaya pertolongan mereka tidak akan berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.
اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ (٢٤)
Innī iżal lafī ḍalālim mubīn.
Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.
اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ (٢٥)
Innī āmannu birabbikum fasma'ụn.
Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)-ku.”
قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ ۗقَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙ (٢٦)
Qīladkhulil-jannah, qāla yā laita qaumī ya'lamụn.
Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,
بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ (٢٧)
Bimā gafara lī rabbī wa ja'alanī minal-mukramīn.
apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang telah dimuliakan.”
وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ (٢٨)
Wa mā anzalnā 'alā qaumihī mim ba'dihī min jundim minas-samā'i wa mā kunnā munzilīn.
Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya.
اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خَامِدُوْنَ (٢٩)
In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa'iżā hum khāmidūn.
Hukuman mereka itu tidak lain hanyalah satu teriakan saja; maka seketika itu mereka mati.
يٰحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِۚ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ (٣٠)
Yā ḥasratan 'alal-'ibād, mā ya'tīhim mir rasūlin illā kānụ bihī yastahzi'ūn.
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tidak ada seorang rasul pun yang datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ (٣١)
A lam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurụni annahum ilaihim lā yarji'ūn.
Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, (mereka) tidak kembali kepada mereka.
وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ ࣖ (٣٢)
Wa in kullul lammā jamī'ul ladainā muḥḍarūn.
Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.
وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُ оживылнā وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ (٣٣)
Wa āyatul lahumul-arḍul-maitatu aḥyaināhā wa akhrajnā min-hā ḥabban fa min-hu ya'kulūn.
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.
وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِۙ (٣٤)
Wa ja'alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a'nābiw wa fajjarnā fīhā minal-'uyūn.
Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,
لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْ ۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ (٣٥)
Liya'kulụ min ṡamarihī wa mā 'amilat-hu aidīhim, afalā yasykurụn.
agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ (٣٦)
Sub-ḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya'lamụn.
Maha Suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُ ۖنَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ (٣٧)
Wa āyatul lahumul-lailu naslakhu min-hun-nahāra fa'iżā hum muẓlimụn.
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan,
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ (٣٨)
Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-'azīzil-'alīm.
dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ (٣٩)
Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm.
Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.
لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗوَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ (٤٠)
Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥụn.
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.
وَاٰيَةٌ لَّهُمْ اَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ (٤١)
Wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masy-ḥụn.
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan,
وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَ (٤٢)
Wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabụn.
dan Kami ciptakan untuk mereka dari jenis itu apa yang mereka kendarai.
وَاِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنْقَذُوْنَۙ (٤٣)
Wa in nasya' nugriq-hum fa lā ṣarīkha lahum wa lā hum yunqażụn.
Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka; maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,
اِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ (٤٤)
Illā raḥmatam minnā wa matā'an ilā ḥīn.
kecuali (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ (٤٥)
Wa iżā qīla lahumuttaqụ mā baina aidīkum wa mā khalfakum la'allakum tur-ḥamụn.
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (di akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”
وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ (٤٦)
Wa mā ta'tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānụ 'an-hā mu'riḍīn.
Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ ۙقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنُطْعِمُ مَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ اَطْعَمَهٗٓ ۖاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ (٤٧)
Wa iżā qīla lahum anfiqụ mimmā razaqakumullāhu qālal-lażīna kafarụ lil-lażīna āmanū anuṭ'imu mal lau yasyā'ullāhu aṭ'amahū in antum illā fī ḍalālim mubīn.
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah kami akan memberi makan kepada orang yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ (٤٨)
Wa yaqụlụna matā hāżal-wa'du in kuntum ṣādiqīn.
Dan mereka berkata, “Kapankah janji (hari berbangkit) itu (terjadi) jika kamu orang yang benar?”
مَا يَنْظُرُوْنَ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُوْنَ (٤٩)
Mā yanẓurụna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta'khużuhum wa hum yakhiṣṣimụn.
Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.
فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلَآ اِلٰٓى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ ࣖ (٥٠)
Fa lā yastaṭī'ụna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji'ụn.
Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.
وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مِّنَ الْاَجْدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ (٥١)
Wa nufikha fiṣ-ṣụri fa'iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilụn.
Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup) menuju kepada Tuhannya.
قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ (٥٢)
Qālụ yā wailanā mam ba'aṡanā mim marqadinā, hāżā mā wa'adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalūn.
Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).
اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ (٥٣)
In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa'iżā hum jamī'ul ladainā muḥḍarụn.
Teriakan itu hanyalah sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami (untuk dihisab).
فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ (٥٤)
Fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai'aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta'malụn.
Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.
اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فَاكِهُوْنَ ۚ (٥٥)
Inna aṣ-ḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihụn.
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).
هُمْ وَاَزْوَاجُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ مُتَّكِـُٔوْنَ ۚ (٥٦)
Hum wa azwājuhum fī ẓilālin 'alal-arā'iki muttaki'ụn.
Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.
لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ ۚ (٥٧)
Lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda'ụn.
Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.
سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ (٥٨)
Salāmun qaulam mir rabbir raḥīm.
(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
وَامْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ (٥٩)
Wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimụn.
Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!
اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ (٦٠)
Alam a'had ilaikum yā banī ādama al lā ta'budusy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn.
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,
وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ (٦١)
Wa ani'budụnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm.
dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.
وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًا ۗاَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ (٦٢)
Wa laqad aḍalla minkum jibillan kaṡīrā, afalam takụnụ ta'qilụn.
Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?
هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ (٦٣)
Hāżihī jahannamul-latī kuntum tụ'adụn.
Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.
اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ (٦٤)
Iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurụn.
Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.
اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ (٦٥)
Al-yauma nakhtimu 'alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasy-hadu arjuluhum bimā kānụ yaksibụn.
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَ (٦٦)
Wa lau nasyā'u laṭamasnā 'alā a'yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirụn.
Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?
وَلَوْ نَشَاۤءُ لَمَسَخْنٰهُمْ عَلٰى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَّلَا يَرْجِعُوْنَ ࣖ (٦٧)
Wa lau nasyā'u lamasakhnāhum 'alā makānatihim famastaṭā'ụ muḍiyyaw wa lā yarji'ụn.
Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali.
وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ (٦٨)
Wa man nu'ammir-hu nunakkis-hu fil-khalq, afalā ya'qilụn.
Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?
وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗ ۗاِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌ ۙ (٦٩)
Wa mā 'allamnāhusy-syi'ra wa mā yambagī lah, in huwa illā żikruw wa qur'ānum mubīn.
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan,
لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ (٧٠)
Liyunżira man kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu 'alal-kāfirīn.
agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.
اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِّمَّا عَمِلَتْ اَيْدِيْنَآ اَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُوْنَ (٧١)
A wa lam yarau annā khalaqnā lahum mimmā 'amilat aidīnā an'āman fa hum lahā mālikụn.
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?
وَذَلَّلْنٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوْبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُوْنَ (٧٢)
Wa żallalnāhā lahum fa min-hā rakụbuhum wa min-hā ya'kulụn.
Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka makan.
وَلَهُمْ فِيْهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ (٧٣)
Wa lahum fīhā manāfi'u wa masyārib, afalā yasykurụn.
Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمْ يُنْصَرُوْنَ ۗ (٧٤)
Wattakhażụ min dụnillāhi ālihatal la'allahum yunṣarụn.
Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.
لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَهُمْۙ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُّحْضَرُوْنَ (٧٥)
Lā yastaṭī'ụna naṣrahum wa hum lahum jundum muḥḍarụn.
Mereka (sesembahan itu) tidak dapat menolong mereka; padahal mereka itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga (sesembahan) itu.
فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ ۘاِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ (٧٦)
Fa lā yaḥzunka qauluhum, innā na'lamu mā yusirrụna wa mā yu'linụn.
Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.
اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ (٧٧)
A wa lam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa'iżā huwa khaṣīmum mubīn.
Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, lalu tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ (٧٨)
Wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah, qāla may yuḥyil-'iẓāma wa hiya ramīm.
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”
قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍ ۗوَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌ ۙ (٧٩)
Qul yuḥyīhal-lażī ansya'ahā awwala marrah, wa huwa bikulli khalqin 'alīm.
Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,
ۨالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًاۙ فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ (٨٠)
Allażī ja'ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nāran fa'iżā antum min-hu tụqidụn.
yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”
اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْ ۗبَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ (٨١)
A wa laisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin 'alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-'alīm.
Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur)? Benar. Dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui.
اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔا اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ (٨٢)
Innamā amruhū iżā arāda syai'an ay yaqụla lahụ kun fa yakụn.
Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ࣖ (٨٣)
Fa sub-ḥānal-lażī biyadihī malakụtu kulli syai'iw wa ilaihi turja'ụn.
Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.
Bacaan Lengkap Rangkaian Tahlil
1. Pengantar Al-Fatihah (Ila Hadhrotin)
اِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاٰلِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَاَوْلَادِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ، اَلْفَاتِحَةْ
Ilā hadratin-nabiyyil-muṣṭafā Muḥammadin ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, wa ālihī wa azwājihī wa aulādihī wa żurriyyātihī, al-Fātiḥah.
Untuk hadirat Nabi terpilih, Muhammad SAW, beserta keluarga, istri-istri, anak-anak, dan keturunannya. Al-Fatihah.
ثُمَّ اِلَى حَضْرَةِ اِخْوَانِهِ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْاَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ، خُصُوْصًا سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجَيْلَانِيِّ، اَلْفَاتِحَةْ
Ṡumma ilā hadrati ikhwānihī minal-anbiyā'i wal-mursalīn, wal-auliyā'i wasy-syuhadā'i waṣ-ṣāliḥīn, waṣ-ṣaḥābati wat-tābi'īn, wal-'ulamā'il-'āmilīn, wal-muṣannifīnal-mukhliṣīn, wa jamī'il-malā'ikatil-muqarrabīn, khuṣūṣan Sayyidināsy-Syaikh 'Abdul Qādir al-Jailānī, al-Fātiḥah.
Kemudian kepada hadirat saudara-saudaranya dari para nabi dan rasul, para wali, para syuhada, orang-orang saleh, para sahabat dan tabi'in, para ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas, dan seluruh malaikat yang didekatkan (kepada Allah), khususnya kepada tuan kita, Syekh Abdul Qadir Jaelani. Al-Fatihah.
ثُمَّ اِلَى جَمِيْعِ اَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضِ اِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا، خُصُوْصًا اٰبَاءَنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَاَجْدَادَنَا وَجَدَّاتِنَا وَمَشَايِخَنَا وَمَشَايِخَ مَشَايِخِنَا وَلِمَنِ اجْتَمَعْنَا هٰهُنَا بِسَبَبِهِ، اَلْفَاتِحَةْ
Ṡumma ilā jamī'i ahlil-qubūr minal-muslimīna wal-muslimāt, wal-mu'minīna wal-mu'mināt, mim masyāriqil-arḍi ilā magāribihā, barrihā wa baḥrihā, khuṣūṣan ābā'anā wa ummahātinā, wa ajdādanā wa jaddātinā, wa masyāyikhanā wa masyāyikha masyāyikhinā, wa limanijtama'nā hāhunā bisababih, al-Fātiḥah.
Kemudian kepada seluruh ahli kubur dari kaum muslimin dan muslimat, kaum mukminin dan mukminat dari timur hingga barat, di darat maupun di laut, khususnya kepada bapak-bapak kami dan ibu-ibu kami, kakek-kakek kami dan nenek-nenek kami, guru-guru kami dan guru dari guru-guru kami, dan kepada (arwah) yang karenanya kami berkumpul di sini. Al-Fatihah.
2. Membaca Surat-surat Pendek
Setelah pengantar, dilanjutkan dengan membaca Al-Fatihah, lalu surat-surat berikut:
Surat Al-Ikhlas (3 Kali)
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ (١) اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ (٢) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ (٣) وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ (٤)
Qul huwallāhu aḥad. Allāhuṣ-ṣamad. Lam yalid wa lam yụlad. Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad.
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
Surat Al-Falaq (1 Kali)
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ (١) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ (٢) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ (٣) وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ (٤) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ࣖ (٥)
Qul a'ụżu birabbil-falaq. Min syarri mā khalaq. Wa min syarri gāsiqin iżā waqab. Wa min syarrin-naffāṡāti fil-'uqad. Wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad.
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan (makhluk) yang Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”
Surat An-Nas (1 Kali)
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ (١) مَلِكِ النَّاسِۙ (٢) اِلٰهِ النَّاسِۙ (٣) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ (٤) الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ (٥) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ (٦)
Qul a'ụżu birabbin-nās. Malikin-nās. Ilāhin-nās. Min syarril-waswāsil-khannās. Allażī yuwaswisu fī ṣudụrin-nās. Minal-jinnati wan-nās.
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”
3. Membaca Ayat-ayat Al-Qur'an Pilihan
Awal Surat Al-Baqarah (Ayat 1-5)
الۤمّۤ ۚ (١) ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ (٢) الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ (٣) وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْzِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ (٤) اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ (٥)
Alif Lām Mīm. Żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn. Allażīna yu'minụna bil-gaibi wa yuqīmụnaṣ-ṣalāta wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn. Wallażīna yu'minụna bimā unzila ilaika wa mā unzila min qablik, wa bil-ākhirati hum yụqinụn. Ulā'ika 'alā hudam mir rabbihim wa ulā'ika humul-mufliḥụn.
Alif Lam Mim. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Ayat Kursi (Al-Baqarah Ayat 255)
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
Allāhu lā ilāha illā huwal-ḥayyul-qayyụm, lā ta'khużuhụ sinatuw wa lā naụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa'u 'indahū illā bi'iżnih, ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai'im min 'ilmihī illā bimā syā', wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya'ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm.
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang Terus Menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.
4. Rangkaian Dzikir, Tahlil, dan Shalawat
Istighfar (3 kali)
اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
Astaghfirullāhal-'aẓīm.
Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung.
Tahlil (dibaca 33, 100 kali atau lebih)
لَا اِلٰهَ اِلَّا الله
Lā ilāha illallāh.
Tiada Tuhan selain Allah.
Kalimat Tauhid Lengkap
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Lā ilāha illallāhu Muḥammadur rasụlullāh, ṣallallāhu 'alaihi wa sallam.
Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah, semoga Allah memberikan rahmat dan keselamatan kepadanya.
Tasbih
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
Subḥānallāhi wa biḥamdih, subḥānallāhil-'aẓīm.
Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung.
Shalawat
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allāhumma ṣalli 'alā sayyidinā Muḥammadin wa 'alā āli sayyidinā Muḥammad.
Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad.
Doa Setelah Yasin dan Tahlil
Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian bacaan, amalan ini ditutup dengan doa khusus yang disebut Doa Tahlil atau Doa Arwah. Doa ini merupakan puncak dari permohonan kita kepada Allah SWT.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ حَمْدَ النَّاعِمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.
Alḥamdulillāhi rabbil-'ālamīn, ḥamdasy-syākirīn, ḥamdan-nā'imīn, ḥamday yuwāfī ni'amahụ wa yukāfi'u mazīdah. Yā rabbanā lakal-ḥamdu kamā yambagī lijalāli wajhikal-karīmi wa 'aẓīmi sulṭānik.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Pujian orang-orang yang bersyukur, pujian orang-orang yang diberi nikmat. Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmat-Nya dan menjamin tambahan-Nya. Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji sebagaimana selayaknya bagi kemuliaan wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
Allāhumma ṣalli wa sallim 'alā sayyidinā Muḥammadin wa 'alā āli sayyidinā Muḥammad.
Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad.
اَللّٰهُمَّ تَقَبَّلْ وَاَوْصِلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْنَاهُ مِنَ الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ، وَمَا هَلَّلْنَا وَمَا سَبَّحْنَا وَمَا اسْتَغْفَرْنَا وَمَا صَلَّيْنَا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةً وَاصِلَةً وَرَحْمَةً نَازِلَةً وَبَرَكَةً شَامِلَةً اِلَى حَضْرَةِ حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ اَعْيُنِنَا سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Allāhumma taqabbal wa auṣil ṡawāba mā qara'nāhu minal-Qur'ānil-'aẓīm, wa mā hallalnā wa mā sabbaḥnā wa māstaghfarnā wa mā ṣallainā 'alā sayyidinā Muḥammadin ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, hadiyyatan wāṣilah, wa raḥmatan nāzilah, wa barakatan syāmilah, ilā haḍrati ḥabībinā wa syafī'inā wa qurrati a'yuninā sayyidinā wa maulānā Muḥammadin ṣallallāhu 'alaihi wa sallam.
Ya Allah, terimalah dan sampaikanlah pahala dari apa yang kami baca dari Al-Qur'an yang agung, dari tahlil kami, tasbih kami, istighfar kami, dan shalawat kami kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, sebagai hadiah yang sampai, rahmat yang turun, dan keberkahan yang menyeluruh, kepada hadirat kekasih kami, pemberi syafaat kami, dan penyejuk mata kami, junjungan dan pemimpin kami, Muhammad SAW.
ثُمَّ اِلَى جَمِيْعِ اِخْوَانِهِ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْاَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ.
Ṡumma ilā jamī'i ikhwānihī minal-anbiyā'i wal-mursalīn, wal-auliyā'i wasy-syuhadā'i waṣ-ṣāliḥīn, waṣ-ṣaḥābati wat-tābi'īn, wal-'ulamā'il-'āmilīn, wal-muṣannifīnal-mukhliṣīn, wa jamī'il-mujāhidīna fī sabīlillāhi rabbil-'ālamīn, wal-malā'ikatil-muqarrabīn.
Kemudian kepada seluruh saudaranya dari para nabi dan rasul, para wali, syuhada, orang-orang saleh, para sahabat dan tabi'in, para ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas, seluruh mujahidin di jalan Allah Tuhan semesta alam, dan para malaikat yang didekatkan.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ.
Allāhummagfirlahum warḥamhum wa 'āfihim wa'fu 'anhum. Allāhummagfir lil-muslimīna wal-muslimāt, wal-mu'minīna wal-mu'mināt, al-aḥyā'i minhum wal-amwāt.
Ya Allah, ampunilah mereka, rahmatilah mereka, selamatkanlah mereka, dan maafkanlah mereka. Ya Allah, ampunilah kaum muslimin dan muslimat, kaum mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.
رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلْفَاتِحَةْ...
Rabbanā ātinā fid-dun-yā ḥasanataw wa fil-ākhirati ḥasanataw wa qinā 'ażāban-nār. Subḥāna rabbika rabbil-'izzati 'ammā yaṣifụn, wa salāmun 'alal-mursalīn, wal-ḥamdu lillāhi rabbil-'ālamīn. Al-Fātiḥah...
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka. Maha Suci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Mulia dari apa yang mereka sifatkan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Al-Fatihah...