Panduan Lengkap Cara Sholat Witir Setelah Tahajud
Malam hari adalah waktu yang penuh dengan keheningan, ketenangan, dan keberkahan. Di saat sebagian besar manusia terlelap dalam tidurnya, seorang hamba memiliki kesempatan emas untuk berduaan dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Momen inilah yang dimanfaatkan untuk melaksanakan ibadah agung yang disebut sholat Tahajud. Namun, rangkaian ibadah malam tidak berhenti di situ. Ia disempurnakan dengan sebuah sholat penutup yang istimewa, yaitu sholat Witir. Melaksanakan sholat Witir setelah Tahajud adalah sebuah amalan yang sangat dianjurkan, meneladani sunnah Rasulullah SAW, dan menjadi penanda ketaatan seorang hamba.
Artikel ini akan menjadi panduan komprehensif bagi Anda yang ingin memahami dan mengamalkan cara sholat Witir setelah Tahajud dengan benar. Kita akan mengupas tuntas setiap aspeknya, mulai dari pemahaman mendalam tentang keutamaan sholat Tahajud dan Witir, niat yang harus diluruskan, tata cara pelaksanaan yang rinci, hingga doa-doa dan dzikir yang menyertainya. Tujuannya adalah agar setiap rakaat yang kita kerjakan tidak hanya menjadi gerakan fisik semata, tetapi juga sarat akan makna, kekhusyukan, dan harapan untuk meraih ridha Allah SWT.
Bab 1: Memahami Hakikat dan Keutamaan Sholat Tahajud
Sebelum melangkah ke sholat Witir, sangat penting untuk memahami ibadah agung yang mendahuluinya, yaitu sholat Tahajud. Tahajud adalah pondasi ibadah malam, sebuah permata yang cahayanya mampu menerangi kegelapan hati dan kehidupan.
Apa Itu Sholat Tahajud?
Secara bahasa, "Tahajud" berasal dari kata hajada yang berarti tidur. Bentuk kata tahajjada memiliki makna meninggalkan tidur atau terjaga di malam hari untuk melaksanakan sholat. Dengan demikian, sholat Tahajud secara istilah adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada malam hari setelah bangun dari tidur, meskipun tidur tersebut hanya sejenak. Inilah yang membedakannya dari sholat sunnah malam lainnya yang bisa dikerjakan sebelum tidur.
Sholat Tahajud adalah manifestasi dari kerinduan seorang hamba kepada Rabb-nya. Di keheningan malam, saat tidak ada mata yang melihat dan tidak ada telinga yang mendengar selain Allah, seorang hamba berdiri, ruku', dan sujud, mencurahkan segala isi hatinya, memohon ampunan, dan memanjatkan harapan.
Keutamaan Sholat Tahajud dalam Al-Qur'an dan Hadits
Allah SWT memuji hamba-hamba-Nya yang menghidupkan malam dengan ibadah. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا Wa minal-laili fa tahajjad bihii naafilatal laka 'asaa ay yab'asaka rabbuka maqaamam mahmuudaa. Artinya: "Dan pada sebagian malam, lakukanlah sholat Tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra': 79)
Ayat ini secara eksplisit memerintahkan Nabi Muhammad SAW dan umatnya untuk melaksanakan Tahajud. Janji "maqamam mahmuda" (tempat yang terpuji) adalah sebuah jaminan kemuliaan yang luar biasa, baik di dunia maupun di akhirat.
Rasulullah SAW juga senantiasa menekankan pentingnya sholat malam. Beliau bersabda:
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ Afdhalus-shalaati ba'dal faridhah shalaatul-lail. Artinya: "Sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam." (HR. Muslim)
Hadits ini menempatkan sholat malam pada kedudukan tertinggi di antara seluruh sholat sunnah. Ini menunjukkan betapa besar pahala dan keutamaan yang terkandung di dalamnya. Sholat Tahajud adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, mencegah perbuatan maksiat, dan menolak penyakit dari tubuh.
Waktu Terbaik Melaksanakan Sholat Tahajud
Waktu pelaksanaan sholat Tahajud terbentang luas, yaitu setelah sholat Isya hingga terbit fajar (masuk waktu Subuh), dengan syarat harus tidur terlebih dahulu. Para ulama membagi malam menjadi tiga bagian:
- Sepertiga Malam Pertama: Kira-kira dari setelah Isya hingga pukul 22.00.
- Sepertiga Malam Kedua: Kira-kira dari pukul 22.00 hingga pukul 01.00.
- Sepertiga Malam Terakhir: Kira-kira dari pukul 01.00 hingga masuknya waktu Subuh.
Waktu yang paling utama dan mustajab adalah sepertiga malam terakhir. Pada waktu inilah Allah SWT turun ke langit dunia untuk mengabulkan doa, memberikan ampunan, dan memenuhi permintaan hamba-hamba-Nya yang bermunajat. Rasulullah SAW bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ Artinya: "Rabb kita Tabaraka wa Ta'ala turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: 'Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan. Siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini adalah kesempatan emas yang tidak ternilai harganya. Bangun di sepertiga malam terakhir untuk sholat Tahajud adalah sebuah perjuangan yang akan dibalas dengan anugerah yang tak terhingga.
Bab 2: Mengenal Sholat Witir, Penutup Ibadah Malam
Setelah kita menghidupkan malam dengan sholat Tahajud, tiba saatnya untuk menyempurnakan ibadah kita dengan sholat Witir. Sholat ini memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam Islam, berfungsi sebagai "kunci" atau "segel" dari seluruh amal ibadah malam yang telah kita kerjakan.
Apa Itu Sholat Witir?
Kata "Witir" (الوتر) dalam bahasa Arab berarti ganjil. Dinamakan demikian karena jumlah rakaat sholat ini selalu ganjil, seperti satu, tiga, lima, tujuh, dan seterusnya. Sholat Witir adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada malam hari sebagai penutup bagi sholat-sholat malam lainnya. Rasulullah SAW bersabda:
اجْعَلُوا آخِرَ صَلَاتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا Ij'aluu aakhira shalaatikum bil-laili witraa. Artinya: "Jadikanlah akhir sholat kalian di malam hari dengan sholat Witir." (HR. Bukhari dan Muslim)
Perintah ini menunjukkan betapa pentingnya menjadikan Witir sebagai pamungkas ibadah malam. Ia laksana tanda tangan yang mengesahkan seluruh rangkaian ibadah yang telah dilakukan sejak Isya hingga menjelang fajar.
Hukum dan Kedudukan Sholat Witir
Mayoritas ulama (jumhur ulama) dari mahzab Maliki, Syafi'i, dan Hambali berpendapat bahwa hukum sholat Witir adalah Sunnah Mu'akkadah, yaitu sunnah yang sangat ditekankan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW, baik saat beliau sedang di rumah (mukim) maupun dalam perjalanan (safar). Saking kuatnya penekanan ini, sebagian ulama bahkan menyatakan bahwa orang yang meninggalkan sholat Witir dengan sengaja tanpa uzur adalah orang yang tercela kesaksiannya.
Sementara itu, ulama dari mahzab Hanafi berpendapat bahwa hukum sholat Witir adalah wajib, meskipun tingkatannya masih di bawah fardhu. Pendapat ini didasarkan pada beberapa hadits yang redaksinya menggunakan kata perintah yang tegas. Namun, pendapat jumhur ulama lebih kuat karena adanya hadits lain yang menjelaskan bahwa kewajiban sholat dalam sehari semalam hanyalah lima waktu.
Terlepas dari perbedaan pendapat ini, semua sepakat bahwa sholat Witir memiliki kedudukan yang sangat agung dan tidak selayaknya ditinggalkan oleh seorang muslim.
Keutamaan Sholat Witir
Keutamaan sholat Witir terpancar dari kecintaan Allah SWT terhadapnya. Sesuatu yang ganjil memiliki keistimewaan di sisi-Nya. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ Innallaaha witrun yuhibbul witra. Artinya: "Sesungguhnya Allah itu Ganjil (Esa) dan Dia mencintai yang ganjil." (HR. Bukhari dan Muslim)
Melaksanakan sholat Witir adalah salah satu cara kita menunjukkan kecintaan kita pada apa yang dicintai oleh Allah. Kecintaan Allah adalah anugerah tertinggi yang bisa diraih oleh seorang hamba. Selain itu, pahala melaksanakan sholat Witir bahkan disebut lebih baik dari unta merah, sebuah kiasan yang pada zaman Nabi menunjukkan harta yang paling berharga dan mewah.
Bab 3: Panduan Rinci Cara Sholat Witir 3 Rakaat Setelah Tahajud
Setelah memahami keutamaan Tahajud dan Witir, kini kita memasuki inti pembahasan, yaitu tata cara pelaksanaannya. Metode yang paling umum dan sering dipraktikkan oleh kaum muslimin adalah sholat Witir tiga rakaat. Terdapat dua cara utama untuk melaksanakannya, dan keduanya memiliki dasar dari sunnah Nabi SAW.
Langkah 1: Niat Sholat Witir
Segala amal ibadah dimulai dengan niat. Niat adalah pekerjaan hati yang menentukan tujuan dari sebuah amalan. Meskipun melafalkan niat (talaffudz) tidak diwajibkan, hal ini bisa membantu untuk memantapkan hati. Yang terpenting adalah adanya kesengajaan di dalam hati untuk melaksanakan sholat Witir karena Allah SWT.
Contoh lafal niat (jika ingin dilafalkan) untuk sholat Witir:
- Untuk Witir 2 rakaat (sebagai bagian dari 3 rakaat yang dipisah):
أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal witri rak'ataini lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Witir dua rakaat karena Allah Ta'ala."
- Untuk Witir 1 rakaat (sebagai penutup):
أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal witri rak'atan lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat karena Allah Ta'ala."
- Untuk Witir 3 rakaat langsung (dengan satu tasyahud):
أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal witri tsalaatsa raka'aatin lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Witir tiga rakaat karena Allah Ta'ala."
Ingatlah, niat utama ada di dalam hati. Lafal di atas hanyalah alat bantu.
Langkah 2: Tata Cara Pelaksanaan (Metode Pertama: 2 Rakaat + 1 Rakaat)
Ini adalah metode yang paling sering dipraktikkan dan dianggap lebih utama oleh sebagian ulama. Caranya adalah dengan mengerjakan sholat dua rakaat terlebih dahulu, lalu salam, kemudian berdiri lagi untuk mengerjakan satu rakaat terakhir.
A. Pelaksanaan Dua Rakaat Pertama:
- Takbiratul Ihram: Berdiri tegak menghadap kiblat, angkat kedua tangan sejajar telinga (bagi laki-laki) atau dada (bagi perempuan) seraya mengucapkan "Allahu Akbar". Bersamaan dengan itu, hadirkan niat di dalam hati.
- Membaca Doa Iftitah: Setelah takbir, sedekapkan tangan di dada dan baca doa iftitah.
- Membaca Al-Fatihah dan Surah Pendek: Bacalah surah Al-Fatihah dengan tartil. Setelah selesai, disunnahkan untuk membaca surah Al-A'la (Sabbihisma Rabbikal A'la). Namun, membaca surah lain juga diperbolehkan.
- Ruku': Angkat tangan seraya bertakbir, lalu bungkukkan badan untuk ruku'. Luruskan punggung, letakkan telapak tangan di lutut, dan baca tasbih ruku' minimal tiga kali: "Subhaana Rabbiyal 'Adziimi wa bihamdih".
- I'tidal: Bangun dari ruku' seraya mengangkat kedua tangan dan membaca "Sami'allaahu liman hamidah". Ketika sudah berdiri tegak, baca "Rabbanaa lakal hamdu...".
- Sujud: Bertakbir lalu turun untuk sujud. Pastikan tujuh anggota badan menyentuh alas sholat: dahi (bersama hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki. Baca tasbih sujud minimal tiga kali: "Subhaana Rabbiyal A'laa wa bihamdih".
- Duduk di Antara Dua Sujud: Bangun dari sujud pertama seraya bertakbir, lalu duduk iftirasy. Baca doa: "Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu 'annii".
- Sujud Kedua: Lakukan sujud kedua seperti sujud pertama.
- Berdiri untuk Rakaat Kedua: Bangun dari sujud kedua seraya bertakbir untuk berdiri ke rakaat kedua.
- Rakaat Kedua: Ulangi gerakan seperti rakaat pertama, mulai dari membaca Al-Fatihah. Setelah Al-Fatihah, disunnahkan membaca surah Al-Kafirun. Lanjutkan dengan ruku', i'tidal, dan dua kali sujud.
- Tasyahud Akhir dan Salam: Setelah sujud kedua di rakaat kedua, duduk tasyahud akhir (tahiyat akhir). Bacalah doa tasyahud hingga shalawat ibrahimiyah. Setelah selesai, akhiri dengan salam ke kanan dan ke kiri.
B. Pelaksanaan Satu Rakaat Terakhir:
- Berdiri dan Niat: Setelah salam dari sholat dua rakaat tadi, segera berdiri kembali. Luruskan niat di dalam hati untuk melaksanakan satu rakaat sholat Witir.
- Takbiratul Ihram: Lakukan takbiratul ihram seperti biasa.
- Membaca Al-Fatihah dan Surah: Bacalah surah Al-Fatihah. Setelah itu, disunnahkan untuk membaca tiga surah sekaligus, yaitu surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
- Doa Qunut (Jika Dilakukan Sebelum Ruku'): Sebagian ulama berpendapat qunut dilakukan setelah membaca surah dan sebelum ruku'. Caranya adalah mengangkat kedua tangan seperti berdoa dan membaca doa qunut.
- Ruku' dan I'tidal: Lakukan ruku' seperti biasa. Saat bangkit untuk i'tidal, inilah waktu yang paling umum untuk membaca Doa Qunut menurut mahzab Syafi'i.
- Membaca Doa Qunut Saat I'tidal: Setelah membaca "Rabbanaa lakal hamdu...", angkat kedua tangan setinggi dada dan bacalah doa qunut dengan khusyuk. (Bacaan doa qunut akan dibahas di bagian selanjutnya).
- Sujud dan Seterusnya: Setelah selesai qunut, lanjutkan dengan sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, dan diakhiri dengan tasyahud akhir.
- Salam: Ucapkan salam ke kanan dan ke kiri untuk mengakhiri sholat.
Langkah 3: Tata Cara Pelaksanaan (Metode Kedua: 3 Rakaat Langsung dengan Satu Tasyahud)
Metode ini juga sah dan memiliki dalil dari perbuatan Rasulullah SAW. Tujuannya adalah untuk membedakan sholat Witir dengan sholat Maghrib yang memiliki dua tasyahud.
- Niat dan Takbiratul Ihram: Berniat untuk sholat Witir tiga rakaat, lalu takbiratul ihram.
- Rakaat Pertama: Lakukan seperti biasa, membaca Al-Fatihah dan surah (dianjurkan Al-A'la).
- Rakaat Kedua: Setelah sujud kedua di rakaat pertama, langsung berdiri ke rakaat kedua tanpa duduk tasyahud awal. Ini adalah poin pembedanya dengan sholat Maghrib. Lanjutkan rakaat kedua dengan membaca Al-Fatihah dan surah (dianjurkan Al-Kafirun).
- Rakaat Ketiga: Setelah sujud kedua di rakaat kedua, langsung berdiri ke rakaat ketiga. Baca Al-Fatihah dan surah (dianjurkan Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas).
- Doa Qunut, Tasyahud Akhir, dan Salam: Di rakaat ketiga ini, lakukan doa qunut (baik sebelum atau sesudah ruku'), kemudian lanjutkan rangkaian sholat hingga tasyahud akhir dan diakhiri dengan salam.
Bab 4: Doa Qunut dan Dzikir Setelah Sholat Witir
Salah satu kekhasan sholat Witir adalah adanya anjuran untuk membaca doa qunut. Selain itu, terdapat pula dzikir khusus yang diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk dibaca setelah selesai sholat Witir.
Bacaan Lengkap Doa Qunut Witir
Doa qunut yang paling masyhur adalah doa yang diajarkan Rasulullah SAW kepada cucunya, Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhuma. Berikut adalah bacaannya:
اَللّهُمَّ اهْدِنِيْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِيْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِيْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ Allahummahdinii fiiman hadaiit, wa 'aafinii fiiman 'aafaiit, wa tawallanii fiiman tawallaiit, wa baarik lii fiimaa a'thaiit, wa qinii syarra maa qadhaiit, fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik, wa innahuu laa yadzillu man waalaiit, wa laa ya'izzu man 'aadaiit, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalait, fa lakal hamdu 'alaa maa qadhaiit, astaghfiruka wa atuubu ilaiik, wa shallallahu 'alaa sayyidinaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam. Artinya: "Ya Allah, berikanlah aku petunjuk sebagaimana Engkau telah berikan petunjuk (kepada hamba-hamba-Mu), berikanlah aku kesehatan sebagaimana Engkau telah berikan kesehatan, peliharalah aku sebagaimana Engkau telah pelihara, berikanlah keberkahan pada apa yang telah Engkau berikan kepadaku, dan jagalah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan dan tidak ada yang bisa menetapkan atas-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau bela, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi. Bagi-Mu segala puji atas apa yang Engkau tetapkan. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya."
Membaca doa qunut ini sangat dianjurkan, terutama pada separuh akhir bulan Ramadhan. Namun, membacanya di luar Ramadhan juga merupakan amalan yang baik dan memiliki dasar dalam beberapa riwayat.
Dzikir dan Doa Setelah Salam
Setelah menyelesaikan sholat Witir dengan salam, jangan terburu-buru beranjak. Rasulullah SAW mencontohkan untuk membaca dzikir khusus. Dari Ubay bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW setelah salam dari sholat Witir membaca:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ Subhaanal malikil qudduus. Artinya: "Maha Suci Raja Yang Maha Suci."
Beliau membacanya sebanyak tiga kali, dan pada bacaan yang ketiga, beliau memanjangkan dan mengeraskan suaranya. Setelah itu, dianjurkan untuk menyambungnya dengan doa:
رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ Rabbil malaa-ikati war ruuh. Artinya: "Tuhan para malaikat dan Ruh (Jibril)."
Selain itu, ada doa lain yang juga baik untuk dibaca. Doa ini mengandung permohonan perlindungan yang sangat mendalam kepada Allah SWT.
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ، لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ Allahumma innii a'uudzu biridhaaka min sakhatik, wa bimu'aafaatika min 'uquubatik, wa a'uudzu bika minka, laa uhshii tsanaa-an 'alaik, anta kamaa atsnaita 'alaa nafsik. Artinya: "Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu. Dan aku berlindung kepada-Mu dari (siksa)-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian untuk-Mu, Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri."
Bab 5: Pertanyaan Umum Seputar Tahajud dan Witir
Ada beberapa pertanyaan yang sering muncul terkait pelaksanaan sholat Witir setelah Tahajud. Memahami jawabannya akan menambah kemantapan kita dalam beribadah.
Bolehkah Sholat Sunnah Lagi Setelah Melaksanakan Sholat Witir?
Pada dasarnya, sholat Witir adalah penutup sholat malam. Hal ini didasarkan pada hadits: "Jadikanlah akhir sholat kalian di malam hari dengan sholat Witir." Namun, bagaimana jika seseorang sudah sholat Witir di awal malam (sebelum tidur), lalu ia terbangun dan ingin sholat Tahajud lagi? Para ulama menjelaskan bahwa ia boleh melaksanakan sholat sunnah (misalnya Tahajud, Hajat, dll) sebanyak yang ia mau dengan formasi dua rakaat-dua rakaat. Akan tetapi, ia tidak perlu mengulang sholat Witir lagi. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW, "Tidak ada dua Witir dalam satu malam." (HR. Tirmidzi, Abu Daud, An-Nasa'i). Jadi, Witir cukup dikerjakan satu kali saja dalam semalam.
Bagaimana Jika Terlewat atau Ketiduran dan Belum Sholat Witir?
Islam adalah agama yang memberikan kemudahan. Jika seseorang tidak sengaja terlewat sholat Witir karena ketiduran atau lupa, ia dianjurkan untuk meng-qadha (menggantinya) di waktu Dhuha (pagi hari setelah matahari terbit hingga sebelum masuk waktu Dzuhur). Namun, cara meng-qadha-nya berbeda. Ia mengerjakannya dengan jumlah rakaat yang genap. Misalnya, jika biasanya ia sholat Witir 3 rakaat, maka ia meng-qadha-nya dengan 4 rakaat. Jika biasanya 1 rakaat, di-qadha menjadi 2 rakaat. Hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa jika Rasulullah SAW terlewat sholat malam karena sakit atau tidur, beliau akan sholat di siang harinya sebanyak 12 rakaat (sebagai ganti 11 rakaat sholat malam beliau).
Bagaimana Jika Tidak Hafal Doa Qunut?
Hukum membaca doa qunut dalam sholat Witir adalah sunnah, bukan rukun atau wajib. Artinya, sholat Witir tetap sah meskipun tidak membaca doa qunut. Jika Anda belum hafal, ada beberapa pilihan:
- Tetap berdiri sejenak di posisi i'tidal (posisi qunut) tanpa membaca apa pun, lalu lanjutkan ke sujud.
- Membaca doa-doa lain dari Al-Qur'an yang Anda hafal, seperti doa sapu jagat: "Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa 'adzaaban-naar."
- Membaca doa apa pun yang Anda bisa dalam bahasa Indonesia setelah membaca "Rabbana lakal hamdu", kemudian sujud. Pilihan ini adalah solusi terakhir.
Menghidupkan malam dengan sholat Tahajud dan menutupnya dengan sholat Witir adalah sebuah paket ibadah yang sangat bernilai. Ia bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah perjalanan spiritual di tengah keheningan malam untuk menyambung koneksi terkuat dengan Allah SWT. Ini adalah waktu di mana doa-doa didengar, ampunan dilimpahkan, dan derajat seorang hamba diangkat.
Semoga panduan ini dapat membantu kita semua untuk lebih memahami, mencintai, dan mengistiqamahkan amalan sholat Witir setelah Tahajud. Jadikanlah setiap malam sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri, membersihkan jiwa, dan menabung pahala sebagai bekal perjalanan menuju kehidupan abadi. Dengan melaksanakannya secara konsisten, kita berharap dapat tergolong sebagai hamba-hamba-Nya yang muttaqin dan meraih tempat yang terpuji di sisi-Nya kelak.