Kata kunci cemani adalah merujuk pada salah satu ras ayam paling unik dan misterius di dunia, Ayam Cemani. Berasal dari Jawa, Indonesia, keunikan ayam ini tidak hanya terletak pada bulu luarnya yang hitam pekat, melainkan pada manifestasi genetik luar biasa yang membuat hampir seluruh bagian tubuhnya berwarna hitam—mulai dari paruh, lidah, daging, tulang, hingga organ dalam. Fenomena ini dikenal secara ilmiah sebagai fibromelanosis.
Ilustrasi visual Ayam Cemani, yang menunjukkan ciri khas pewarnaan hitam menyeluruh (fibromelanosis).
Untuk memahami sepenuhnya apa itu Cemani, kita harus beralih dari deskripsi visual menuju biologi molekuler. Cemani adalah manifestasi paling ekstrem dari kondisi genetik yang disebut fibromelanosis. Ini adalah kebalikan dari albinisme, di mana pigmen hilang; pada fibromelanosis, produksi dan pengendapan pigmen melanin terjadi secara berlebihan dan tidak terkontrol di jaringan ikat, termasuk fascia, perikondrium, dan periosteum.
Banyak hewan, termasuk beberapa jenis ayam lain (seperti Ayam Hitam Silkie atau Ayam Hitam China), memiliki bulu hitam dan kulit gelap. Namun, pada ayam-ayam tersebut, pigmen hitam biasanya terbatas pada kulit dan bulu. Fibromelanosis pada Ayam Cemani melampaui batas ini. Ini bukan sekadar hiperpigmentasi permukaan. Ini adalah pigmentasi sistemik yang menembus ke dalam struktur internal tubuh. Ketika seekor ayam Cemani disembelih, Anda akan menemukan bahwa dagingnya, lemaknya, membran yang melapisi organ, dan bahkan sumsum tulang di beberapa kasus, berwarna abu-abu gelap hingga hitam pekat.
Penelitian genetik telah mengidentifikasi bahwa kondisi ini disebabkan oleh mutasi spesifik. Mutasi ini melibatkan gen yang disebut Endothelin 3 (EDN3). Gen EDN3 berfungsi sebagai sinyal yang mengatur migrasi dan proliferasi sel-sel penghasil pigmen, yang dikenal sebagai melanosit. Pada ayam normal, EDN3 hanya diekspresikan di area tertentu (misalnya, kulit). Namun, pada Ayam Cemani, terjadi peningkatan dramatis dalam ekspresi gen EDN3 di seluruh tubuh, seringkali hingga 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan ras ayam lainnya. Peningkatan ekspresi ini menyebabkan melanosit menyebar dan berproduksi secara masif di jaringan yang seharusnya tidak berpigmen.
Fibromelanosis pada Ayam Cemani diyakini sebagai sifat genetik dominan yang dimodifikasi. Ini berarti bahwa sifat hitam menyeluruh tersebut cenderung diwariskan, tetapi intensitas pewarnaannya dapat bervariasi tergantung pada gen modifier lain yang dimiliki ayam tersebut. Ayam Cemani yang paling dihargai adalah yang menunjukkan fenotipe hitam sempurna, atau yang dikenal sebagai "solid black" atau "true black."
Perlu ditekankan bahwa tidak semua Ayam Cemani yang menetas akan menjadi hitam sempurna. Ada tingkatan, yang biasanya dinilai berdasarkan tingkat pigmentasi internal, terutama pada lidah dan langit-langit mulut. Ayam yang memiliki sedikit bercak putih pada bulu atau ayam yang memiliki lidah berwarna abu-abu muda atau merah muda tidak dianggap sebagai spesimen berkualitas tinggi untuk pemuliaan murni atau tujuan ritual. Konsistensi dalam pewarnaan ini merupakan tantangan terbesar bagi para peternak.
Implikasi Ilmiah: Pemahaman mengenai mekanisme EDN3 pada Cemani memberikan wawasan penting dalam studi tentang pigmentasi abnormal, tidak hanya pada unggas tetapi juga potensi relevansinya pada kondisi medis manusia yang melibatkan proliferasi sel pigmen.
Ayam Cemani bukan hanya keajaiban genetik, tetapi juga harta karun sejarah dan budaya Indonesia. Namanya sendiri berasal dari bahasa Jawa, "Cemani," yang berarti hitam pekat. Asal-usulnya dapat dilacak kembali ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan akar yang dalam dalam tradisi kerajaan dan kepercayaan lokal.
Bukti keberadaan Ayam Cemani diyakini sudah ada sejak era Kerajaan Majapahit (abad ke-13 hingga ke-15). Ayam ini sering disebut dalam naskah-naskah kuno Jawa, yang mengindikasikan bahwa ayam hitam bukanlah sekadar hewan ternak, melainkan simbol yang memiliki nilai spiritual dan sosial tinggi. Ayam ini sering dihubungkan dengan figur-figur spiritual dan ritual penyembuhan atau pembersihan (ruwatan).
Penyebaran ras ini diperkirakan terjadi melalui jalur perdagangan dan interaksi antar-kerajaan di masa lalu. Ayam ini dijaga ketat oleh kalangan bangsawan dan spiritualis, memastikan bahwa hanya individu tertentu yang memiliki akses untuk memelihara atau menggunakannya.
Dalam filosofi Kejawen (kebatinan Jawa), warna hitam memiliki makna yang sangat mendalam. Hitam melambangkan ketiadaan (Nol), kesempurnaan, dan batas antara dunia nyata dan dunia spiritual. Ayam Cemani, sebagai representasi fisik dari kehitaman yang sempurna, dianggap memiliki kekuatan magis atau energi spiritual (yoni) yang sangat kuat.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa Ayam Cemani sangat dihargai dalam konteks spiritual:
Perlu dicatat bahwa nilai spiritual ini sering kali menjadi pendorong utama di balik harga fantastis Ayam Cemani murni, jauh melebihi harga yang ditawarkan di pasar komersial unggas biasa.
Mengingat pentingnya kemurnian genetik dan fenotipik pada Ayam Cemani, para peternak dan kolektor telah menetapkan standar kualitas yang sangat ketat. Ayam yang tidak memenuhi standar ini, meskipun memiliki bulu hitam, hanya dianggap sebagai "ayam hitam biasa" atau persilangan (mixed breed).
Penilaian Cemani didasarkan pada tingkat penyebaran fibromelanosis. Empat area utama dinilai secara teliti:
Ini adalah penilaian yang sulit dilakukan tanpa menyembelih ayam, tetapi peternak berpengalaman dapat memprediksinya dari kualitas permukaan. Pigmentasi internal meliputi:
Meskipun fokusnya pada warna, Ayam Cemani harus mempertahankan bentuk tubuh ayam kampung (ayam jawa) yang elegan dan tegak. Ayam jantan harus memiliki postur gagah, dan betina harus lincah dan merupakan indukan yang baik.
Mencapai tingkat fibromelanosis yang sempurna adalah pekerjaan bertahun-tahun bagi peternak. Genetika cenderung menghasilkan variasi. Seringkali, peternak dihadapkan pada masalah anak ayam yang menetas dengan ciri-ciri berikut, yang mengurangi nilai jual:
Karena permintaan global yang tinggi, banyak ayam yang diperdagangkan sebagai "Cemani" sebenarnya adalah hasil persilangan dengan Ayam Silkie atau Ayam Hitam China, yang memiliki gen fibromelanosis yang kurang ekstrim. Ini memicu kebutuhan akan sertifikasi dan validasi genetik yang ketat di pasar internasional.
Memelihara Ayam Cemani membutuhkan perhatian khusus, terutama dalam hal menjaga kemurnian genetik dan kesehatan, karena mereka cenderung lebih rentan terhadap stres lingkungan dibandingkan ayam komersial biasa.
Ayam Cemani berasal dari daerah tropis, sehingga mereka membutuhkan lingkungan yang hangat, kering, dan berventilasi baik. Manajemen kandang yang buruk dapat dengan cepat menyebabkan masalah pernapasan atau jamur.
Parameter Kandang Optimal:
Meskipun Cemani dapat diberi pakan standar ayam kampung, nutrisi yang tepat diperlukan untuk memaksimalkan pertumbuhan dan menjaga warna bulu yang mengkilap.
Tahapan Pakan:
Pemberian pakan tambahan (supplements) yang kaya akan antioksidan, seperti hijauan gelap atau biji-bijian tertentu, dipercaya oleh beberapa peternak dapat membantu menjaga intensitas warna hitam dan kilau bulu.
Karena nilai ekonomisnya yang tinggi, kerugian akibat penyakit pada Cemani harus diminimalisir melalui protokol bio-sekuriti yang ketat. Cemani, seperti semua ras ayam, rentan terhadap penyakit umum:
Perhatian Khusus: Stres (akibat perubahan cuaca ekstrem, transportasi, atau kandang terlalu padat) dapat memicu penurunan sistem kekebalan tubuh, membuat Cemani lebih rentan terhadap infeksi. Manajemen stres adalah kunci keberhasilan pemeliharaan.
Ayam Cemani telah beralih dari hewan ritual eksklusif di Indonesia menjadi komoditas unggas langka yang dicari oleh kolektor dan pecinta unggas eksotis di seluruh dunia, terutama di Eropa dan Amerika Utara.
Harga Ayam Cemani sangat fluktuatif dan dipengaruhi oleh kemurnian dan lokasinya. Di pasar internasional, ayam ini bisa mencapai harga ribuan dolar AS per ekor, sementara di Indonesia, harganya tergantung pada tingkat kemurnian 'kesempurnaan hitam' mereka.
Klasifikasi Pasar (Indonesia):
| Kelas Kualitas | Ciri Utama | Nilai (Estimasi Relatif) |
|---|---|---|
| Kelas I (Sempurna) | Lidah hitam solid, tidak ada bercak putih/merah, pigmentasi organ dalam diperkirakan maksimal. Digunakan untuk ritual. | Sangat Tinggi (Premium) |
| Kelas II (Baik) | Bulu hitam sempurna, kulit hitam, tetapi lidah mungkin abu-abu gelap atau terdapat sedikit bercak merah. Cocok untuk indukan/pameran. | Tinggi |
| Kelas III (Standar) | Fibromelanosis parsial; lidah merah muda atau bercak putih pada bulu. Dijual sebagai Ayam Hias Eksotis. | Menengah |
Mengekspor Ayam Cemani ke luar negeri adalah proses yang rumit. Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Kanada memiliki peraturan karantina yang sangat ketat untuk mencegah penyebaran penyakit unggas. Proses ini melibatkan isolasi, pengujian ekstensif, dan sertifikasi kesehatan dari otoritas karantina negara asal, yang menambah biaya dan waktu pengiriman.
Selain itu, ada upaya konservasi di Indonesia untuk melindungi kemurnian genetik ras ini dari persilangan yang tidak terkontrol. Beberapa peternak tradisional memandang Cemani sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan, bukan sekadar komoditas.
Persepsi Internasional: Di Barat, Ayam Cemani sering diberi julukan dramatis seperti "Lamborghini Ayam" atau "Ayam Gotik" karena penampilannya yang mencolok dan harga jualnya yang tinggi.
Representasi visual peningkatan melanosit akibat over-ekspresi gen EDN3, yang menjadi dasar fibromelanosis.
Salah satu pertanyaan paling umum mengenai Ayam Cemani adalah: Bagaimana rasa dagingnya? Meskipun Cemani adalah ayam hias dan ritual, ia tetap merupakan unggas. Namun, karena pigmen melanin yang intens, dagingnya memiliki karakteristik yang berbeda.
Daging Ayam Cemani berwarna abu-abu gelap hingga hitam arang, tergantung tingkat fibromelanosis. Struktur dagingnya cenderung lebih padat dan lebih berserat dibandingkan ayam broiler komersial, mirip dengan ayam kampung dewasa.
Secara rasa, banyak yang mengklaim bahwa Cemani memiliki rasa yang lebih "gamey" atau lebih kuat dan kompleks, dengan sedikit rasa besi atau mineral yang lebih dominan, yang kemungkinan besar berasal dari kandungan pigmen yang kaya. Namun, rasa ini sangat bergantung pada cara memasak dan bumbu yang digunakan. Dalam masakan tradisional Jawa, daging Cemani sering diolah dengan bumbu rempah yang kuat, seperti opor atau sate, untuk menonjolkan tekstur uniknya sambil menyeimbangkan rasa mineralnya.
Secara nutrisi makro (protein, lemak), daging Cemani tidak jauh berbeda dengan ayam kampung lainnya. Namun, kandungan pigmen melanin yang tinggi telah memicu banyak klaim (seringkali tidak teruji secara ilmiah) mengenai manfaat kesehatannya.
Meskipun klaim-klaim ini tersebar luas di kalangan masyarakat tradisional, diperlukan penelitian ilmiah lebih lanjut untuk secara definitif menguji apakah konsentrasi melanin yang berlebihan dalam daging Cemani benar-benar menawarkan keunggulan nutrisi yang signifikan dibandingkan dengan daging ayam non-fibromelanosis.
Penggunaan Cemani dalam kuliner modern dan fine dining masih terbatas karena harganya yang mahal dan pasokan yang tidak stabil. Kebanyakan Cemani yang disembelih masih ditujukan untuk kebutuhan ritual atau kolektor pribadi yang ingin memastikan kemurnian genetik indukan mereka.
Meskipun Ayam Cemani dari Jawa adalah yang paling terkenal dan dicari, konsep ayam hitam yang unik tidak hanya ada di Indonesia. Perbandingan dengan ras lain membantu menempatkan Cemani dalam spektrum unggas fibromelanotik dunia.
Dua ras ayam hitam paling populer lainnya adalah Ayam Silkie (berasal dari China) dan Ayam Sapi/Vietnam (Black Chicken Vietnam).
Ayam Silkie (Ayam Sutra):
Ayam Sapi (Vietnamese Black Chicken):
Ayam Cemani dibedakan oleh penampilannya yang elegan, postur yang tegak, dan yang terpenting, konsistensi fibromelanosis hingga ke lidah dan gusi, menjadikannya standar emas untuk kehitaman unggas.
Di tengah tekanan komersial dan risiko persilangan, ada inisiatif untuk menjaga garis keturunan Cemani murni. Program pemuliaan modern sering kali menggunakan analisis DNA untuk memastikan keaslian gen EDN3 yang bertanggung jawab atas fibromelanosis yang ekstrem.
Peternak yang serius berfokus pada: (1) Pengujian genetik untuk mengidentifikasi pembawa gen yang kuat, (2) Pemisahan ketat (isolasi) antara Cemani murni dan ras lain untuk mencegah kontaminasi silang, dan (3) Dokumentasi silsilah (pedigree) yang akurat untuk setiap anak ayam yang dihasilkan.
Pemerintah daerah di Jawa terkadang mendukung program ini sebagai bagian dari pelestarian kekayaan hayati lokal dan warisan budaya, mengakui Ayam Cemani bukan hanya sebagai ayam, tetapi sebagai simbol identitas daerah.
Tidak mungkin membahas Cemani tanpa kembali pada peran integralnya dalam budaya dan mitologi Jawa. Penggunaannya seringkali diatur oleh aturan tak tertulis yang sangat detail, membedakannya dari penggunaan ayam biasa.
Dalam upacara-upacara tertentu yang melibatkan pemanggilan energi alam atau penyeimbangan kosmos, Cemani digunakan sebagai 'korban' simbolis. Filosofi di baliknya adalah bahwa hitam sempurna merupakan persembahan paling murni dan paling jujur, yang tidak memiliki cacat visual atau warna lain yang dapat "mengganggu" proses spiritual.
Banyak legenda yang mengiringi Ayam Cemani. Salah satu kisah yang paling terkenal menghubungkannya dengan tokoh-tokoh sakti zaman dahulu, seperti leluhur kerajaan atau wali songo.
Dalam beberapa cerita rakyat, disebutkan bahwa Ayam Cemani adalah hasil dari kutukan atau berkat yang diberikan oleh seorang pertapa sakti, yang ingin menciptakan makhluk yang sepenuhnya melambangkan kegelapan kosmik yang abadi. Ayam ini sering digambarkan sebagai pelayan spiritual yang bertugas menjaga gerbang atau menyampaikan pesan gaib.
Ketakutan dan penghormatan terhadap Cemani juga muncul dari mitos bahwa ayam ini memiliki kemampuan untuk melihat dan merasakan kehadiran makhluk halus, dan suara kokoknya di malam hari diyakini dapat mengusir energi jahat atau sebaliknya, memanggil kekuatan yang lebih besar.
Ilustrasi simbol Keris, sering dikaitkan dengan tradisi dan spiritualitas Jawa tempat Cemani berperan penting.
Ayam Cemani berada di persimpangan antara warisan budaya kuno dan permintaan pasar modern. Masa depannya bergantung pada kemampuan peternak untuk menyeimbangkan kedua kebutuhan ini.
Di masa depan, identifikasi dan validasi Cemani murni kemungkinan akan sangat bergantung pada teknologi genetik. Pemetaan genom ayam akan membantu menciptakan tes yang cepat dan akurat untuk memverifikasi tingkat fibromelanosis dan memastikan bahwa hanya individu terbaik yang digunakan dalam program pemuliaan, sehingga mengurangi persentase keturunan yang "tidak sempurna." Ini adalah langkah penting untuk mempertahankan harga premium di pasar global.
Tantangan terbesar adalah mencegah eksploitasi berlebihan yang mengorbankan kualitas. Ketika permintaan tinggi, banyak peternak baru yang mungkin mengabaikan standar ketat dan menghasilkan ayam hibrida yang mengklaim sebagai Cemani murni, merusak reputasi ras secara keseluruhan. Pendidikan peternak dan konsumen tentang perbedaan antara fibromelanosis parsial dan total sangat penting.
Inisiatif harus didorong untuk mendaftarkan Ayam Cemani sebagai warisan genetik Indonesia, memberikan pengakuan resmi dan dukungan dana untuk penelitian dan konservasi di wilayah asalnya.
Secara keseluruhan, cemani adalah lebih dari sekadar ras ayam yang unik; ia adalah hasil luar biasa dari mutasi genetik yang langka (fibromelanosis) yang terjalin erat dengan sejarah, spiritualitas, dan budaya Jawa selama berabad-abad. Dari pandangan ilmiah, Cemani menawarkan model studi yang sempurna tentang proliferasi sel pigmen melalui gen EDN3 yang aktif secara berlebihan.
Secara historis dan budaya, Ayam Cemani melambangkan kesempurnaan, ketiadaan, dan perantara antara dunia fisik dan spiritual, menjadikannya persembahan yang tak ternilai dalam ritual-ritual adat. Keunikan ini telah mendorong Cemani ke pasar unggas eksotis global, di mana permintaan akan ayam hitam sempurna terus meningkat.
Pemeliharaan Cemani menuntut dedikasi tinggi, mulai dari manajemen lingkungan yang ketat hingga pemahaman mendalam tentang genetika. Hanya melalui upaya pemuliaan yang cermat dan kesadaran budaya yang kuat, kemurnian fenomena hitam sempurna dari Nusantara ini dapat terus dijaga dan dihargai oleh generasi mendatang.
Artikel ini telah mengupas tuntas setiap aspek, mulai dari biologi molekuler fibromelanosis, kriteria penilaian kualitas lidah dan tulang yang krusial, hingga posisi Cemani dalam mitologi Kejawen. Pemahaman mendalam ini menegaskan posisi Ayam Cemani sebagai salah satu harta hayati paling menakjubkan di dunia.
Untuk melengkapi gambaran mengenai Cemani, perlu ditekankan lagi beberapa detail teknis mengenai pemuliaan dan seleksi, mengingat betapa sulitnya mencapai tingkat fibromelanosis total. Setiap peternak harus melalui proses eliminasi yang ketat. Anak ayam (DOC) yang baru menetas harus diamati secara intensif. Walaupun DOC Cemani umumnya sudah terlihat gelap, adanya warna kuning pada paruh atau kaki adalah indikasi awal bahwa ayam tersebut tidak akan mencapai standar hitam sempurna dewasa.
Pengujian Fibromelanosis pada Paruh dan Kuku:
Ketika ayam mencapai usia remaja (sekitar 3-4 bulan), paruh mereka dapat dilihat di bawah cahaya terang. Jika paruh menunjukkan transparansi yang memungkinkan pembuluh darah merah terlihat, ini menunjukkan bahwa pigmentasi tulang di bawahnya tidak solid. Cemani murni seharusnya menunjukkan paruh yang buram dan hitam pekat, menahan cahaya sepenuhnya. Demikian pula, kuku harus tebal dan hitam, tanpa ada tanda-tanda warna gading atau abu-abu pucat.
Dampak Lingkungan terhadap Pigmentasi:
Meskipun fibromelanosis adalah genetik, kualitas pigmen dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Ayam yang kekurangan sinar matahari atau nutrisi penting mungkin memiliki bulu yang kurang mengkilap atau pigmentasi yang sedikit pudar. Ini bukan berarti fibromelanosis hilang, tetapi kualitas fenotipe eksternalnya menurun. Suplemen yang kaya tembaga dan besi sering ditambahkan untuk mendukung produksi melanin yang optimal, menghasilkan kilau bulu yang khas, sering disebut 'kilau hijau minyak'.
Studi Lanjut Mengenai Jaringan Ikat:
Dalam penelitian histologi, jaringan ikat pada Cemani menunjukkan deposit melanosit yang tidak terstruktur, berbeda dengan penempatan melanosit yang rapi di lapisan basal epidermis pada ayam normal. Jaringan otot dan tendon menunjukkan infiltrasi melanosit yang signifikan. Fenomena ini adalah yang menyebabkan daging Cemani menjadi hitam, bukan karena darah atau memar, melainkan karena melanosit telah bermigrasi dan menetap di seluruh matriks jaringan ikat dan struktur fasia.
Aspek Psikologi dan Perilaku:
Cemani dikenal memiliki temperamen yang lincah dan sedikit liar, mencerminkan akar mereka sebagai ayam kampung yang kuat. Ayam jantan cenderung teritorial, dan betina adalah pencari makan yang rajin, tetapi mereka tidak dikenal sebagai petelur yang sangat produktif dibandingkan ras komersial. Rata-rata, Cemani betina bertelur sekitar 80–120 telur per tahun, dan mereka cenderung mudah mengerami, yang merupakan sifat baik bagi pemuliaan alami.
Detail Kebutuhan Tempat Bertelur:
Kandang untuk Cemani petelur harus menyediakan kotak sarang yang gelap dan nyaman. Cemani betina, karena naluri alaminya, sering mencari tempat tersembunyi untuk bertelur dan mengeram. Kualitas telur Cemani, meskipun kulitnya berwarna krem hingga putih, memiliki kandungan pigmen yang tidak menembus cangkang. Warna telur normal adalah salah satu bukti bahwa fibromelanosis pada Cemani, meskipun ekstrem, tidak memengaruhi biokimia pembentukan kulit telur secara eksternal.
Peran Cemani dalam Upacara Pernikahan:
Selain ruwatan, di beberapa wilayah Jawa, Cemani digunakan dalam prosesi pernikahan adat, melambangkan harapan akan kesetiaan yang tak tergoyahkan dan kemurnian tujuan pasangan. Penggunaan Cemani dalam konteks ini menekankan sifat hitam sebagai simbol keabadian dan kesetiaan yang mutlak, yang diharapkan dapat meniru kualitas tersebut dalam hubungan rumah tangga.
Teknik Inkubasi untuk Hasil Maksimal:
Para peternak profesional sering menggunakan inkubasi buatan untuk memastikan tingkat penetasan yang optimal. Telur Cemani membutuhkan parameter yang stabil: suhu 37.5°C dan kelembaban 55-60% selama 18 hari pertama, diikuti peningkatan kelembaban menjadi 65-70% untuk 3 hari terakhir sebelum menetas. Manajemen yang hati-hati ini diperlukan karena nilai tinggi dari setiap telur yang dibuahi, yang sering kali dijual dengan harga premium di pasar eksotis.
Analisis Risiko Finansial:
Investasi pada Cemani murni membawa risiko finansial yang signifikan. Karena persentase keturunan yang mencapai standar sempurna bisa rendah (kadang hanya 30-50% per penetasan), peternak harus menjual anak ayam yang kurang sempurna dengan harga yang jauh lebih rendah untuk menutupi biaya pemeliharaan, sementara menahan anak ayam terbaik untuk menjadi indukan atau dijual ke pasar kolektor dengan harga yang melambung tinggi. Strategi ini memerlukan modal awal yang besar dan kesabaran yang luar biasa.
Pengaruh Media Sosial dan Popularitas Global:
Sejak akhir tahun 2000-an, Ayam Cemani mendapatkan popularitas viral di media sosial internasional. Foto dan video yang menonjolkan kehitaman ekstremnya menjadikannya sensasi internet. Peningkatan visibilitas ini, meskipun meningkatkan harga, juga menyebabkan munculnya banyak penipuan, di mana ayam yang dicat atau ras campuran dijual sebagai Cemani murni, memperumit pasar dan menekankan kembali pentingnya sertifikasi dan sumber tepercaya.
Dengan demikian, kisah Cemani adalah narasi kompleks yang mencakup biologi, budaya, dan komersialisme, semua dipersatukan oleh satu fenomena genetik yang memukau: hitam sempurna dari ujung kepala hingga ujung kaki.