Panduan Lengkap Doa dan Dzikir Setelah Sholat Witir
Momen setelah sholat adalah waktu yang mustajab untuk bermunajat.
Mengapa Dzikir dan Doa Setelah Witir Sangat Istimewa?
Sholat Witir memegang posisi yang sangat terhormat dalam rangkaian ibadah seorang muslim. Ia adalah penutup sholat malam, penyempurna qiyamullail, dan amalan yang sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya, baik saat beliau sedang di rumah maupun dalam perjalanan. Keistimewaan sholat Witir tidak berhenti saat salam diucapkan. Justru, momen-momen setelahnya adalah waktu emas yang sangat berharga, sebuah kesempatan untuk melanjutkan dialog spiritual dengan Sang Pencipta melalui rangkaian doa dan dzikir setelah sholat witir.
Amalan ini bukan sekadar rutinitas tanpa makna. Setiap lafaz dzikir yang diucapkan dan setiap untaian doa yang dipanjatkan memiliki kandungan makna yang mendalam, berfungsi sebagai pengakuan atas keagungan Allah, permohonan ampunan, serta harapan akan rahmat dan karunia-Nya. Ini adalah waktu di mana seorang hamba, setelah menyelesaikan ibadah sholatnya yang ganjil, kembali merendahkan diri, mengakui kelemahan, dan memasrahkan segala urusannya kepada Rabbul 'Alamin. Dengan memahami keutamaan dan makna di baliknya, amalan ini akan terasa lebih hidup di dalam hati dan memberikan dampak yang luar biasa bagi ketenangan jiwa dan spiritualitas kita.
Urutan Dzikir yang Dianjurkan Setelah Salam Witir
Berdasarkan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, terdapat urutan dzikir yang dianjurkan untuk dibaca setelah menyelesaikan sholat Witir. Rangkaian ini singkat, namun padat makna dan penuh dengan kemuliaan.
1. Membaca Tasbih Khusus: "Subhanal Malikil Quddus"
Dzikir ini adalah bacaan utama dan paling khas setelah sholat Witir. Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah salam dari sholat Witir, beliau membaca:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
Subhaanal malikil qudduus.
"Maha Suci Engkau, Raja Yang Maha Suci."
Bacaan ini diulang sebanyak tiga kali. Pada bacaan yang ketiga, dianjurkan untuk memanjangkan dan mengeraskan suara sedikit, sebagai bentuk penekanan dan pengagungan yang lebih mendalam. Mari kita bedah makna agung di balik kalimat ini:
- Subhana (Maha Suci): Ini adalah lafaz tasbih, yang berarti menyucikan Allah dari segala bentuk kekurangan, kelemahan, sifat yang tidak layak, dan dari segala sesuatu yang menyerupai makhluk-Nya. Ketika kita mengucapkan "Subhanallah," kita sedang mendeklarasikan kesempurnaan mutlak milik Allah.
- Al-Malik (Raja): Nama Allah ini menegaskan kekuasaan-Nya yang absolut. Dialah Raja dari segala raja, Penguasa mutlak alam semesta. Tidak ada satu pun peristiwa di langit dan di bumi yang terjadi di luar kehendak dan kekuasaan-Nya. Mengakui Allah sebagai Al-Malik setelah sholat malam menanamkan rasa tunduk dan pasrah, bahwa segala urusan kita berada dalam genggaman Raja Yang Maha Perkasa.
- Al-Quddus (Yang Maha Suci): Nama ini memperkuat makna tasbih sebelumnya. Al-Quddus berarti Dzat yang suci dari segala aib dan cela. Kesucian-Nya adalah kesucian yang sempurna, meliputi Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya. Dengan menyebut nama ini, kita mengakui bahwa Allah bersih dari segala hal negatif yang mungkin terlintas dalam pikiran manusia yang terbatas.
Membaca dzikir ini sebanyak tiga kali adalah sebuah penegasan yang kuat akan keesaan dan kesempurnaan Allah, sebuah penutup yang indah untuk sholat yang agung.
2. Tambahan Dzikir: "Rabbil Malaaikati war Ruuh"
Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa setelah bacaan ketiga "Subhanal Malikil Quddus", ditambahkan dengan lafaz berikut:
رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Rabbil malaa-ikati war ruuh.
"Tuhan para malaikat dan Ruh (Jibril)."
Tambahan ini semakin menyempurnakan pengagungan kita kepada Allah. Mengapa disebutkan secara spesifik "malaikat dan Ruh"?
- Para Malaikat: Mereka adalah makhluk Allah yang mulia, diciptakan dari cahaya, senantiasa taat tanpa pernah membangkang. Dengan menyebut Allah sebagai "Tuhan para malaikat", kita mengakui bahwa bahkan makhluk-makhluk suci dan perkasa itu pun adalah hamba-Nya yang tunduk di bawah kekuasaan-Nya.
- Ar-Ruh: Para ulama tafsir mayoritas berpendapat bahwa "Ar-Ruh" dalam konteks ini adalah Malaikat Jibril 'alaihissalam. Jibril adalah pemimpin para malaikat, pembawa wahyu, dan memiliki kedudukan yang sangat istimewa di sisi Allah. Penyebutan Jibril secara khusus setelah penyebutan malaikat secara umum adalah untuk menunjukkan betapa agungnya kedudukan Jibril, dan betapa lebih agungnya Allah yang menjadi Tuhannya.
Jadi, gabungan dzikir ini menjadi sebuah deklarasi tauhid yang komprehensif: Allah adalah Raja Yang Maha Suci, Tuhan bagi seluruh makhluk, termasuk hamba-hamba-Nya yang paling mulia seperti para malaikat dan Jibril.
Doa Utama dan Paling Lengkap Setelah Sholat Witir
Setelah menyelesaikan rangkaian dzikir singkat di atas, dianjurkan untuk memanjatkan sebuah doa yang panjang dan sarat makna. Doa ini mencakup permohonan ampunan, permintaan akan kebaikan dunia dan akhirat, serta perlindungan dari segala keburukan. Meskipun ada beberapa versi, doa berikut adalah yang paling populer dan sering diamalkan oleh kaum muslimin di berbagai belahan dunia. Mari kita telaah doa ini bagian per bagian untuk meresapi maknanya secara mendalam.
اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَاءَ عَنِ النَّاسِ. اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Allahumma innaa nas'aluka iimaanan daa'iman, wa nas'aluka qalban khaasyi'an, wa nas'aluka 'ilman naafi'an, wa nas'aluka yaqiinan shaadiqan, wa nas'aluka 'amalan shaalihan, wa nas'aluka diinan qayyiman, wa nas'aluka khairan katsiiran, wa nas'alukal 'afwa wal 'aafiyah, wa nas'aluka tamaamal 'aafiyah, wa nas'alukasy syukra 'alal 'aafiyah, wa nas'alukal ghinaa'a 'anin naas. Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa wa shiyaamanaa wa qiyaamanaa wa takhasysyu'anaa wa tadharru'anaa wa ta'abbudanaa wa tammim taqshiiranaa yaa Allah yaa arhamar raahimiin. Wa shallallaahu 'alaa khairi khalqihi sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihii wa shahbihii ajma'iin, wal hamdu lillaahi rabbil 'aalamiin.
"Ya Allah, kami memohon kepada-Mu iman yang tetap, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang saleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak. Kami memohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan, kami memohon kepada-Mu kesempurnaan kesehatan, kami memohon kepada-Mu rasa syukur atas kesehatan, dan kami memohon kepada-Mu kecukupan dari manusia. Ya Allah, Tuhan kami, terimalah dari kami sholat kami, puasa kami, sholat malam kami, kekhusyukan kami, kerendahan hati kami, ibadah kami, dan sempurnakanlah kekurangan kami, wahai Allah, wahai Dzat Yang Maha Pengasih di antara para pengasih. Semoga shalawat Allah tercurah atas sebaik-baik ciptaan-Nya, junjungan kami Muhammad, beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
Membedah Makna Setiap Permohonan dalam Doa
Doa ini adalah sebuah samudra permohonan yang luas. Setiap kalimatnya merupakan pilar penting dalam kehidupan seorang mukmin. Mari kita selami lebih dalam.
Bagian Pertama: Permohonan Fondasi Spiritual
- "Kami memohon kepada-Mu iman yang tetap (iimaanan daa'iman)."
Ini adalah permohonan yang paling pertama dan utama. Iman adalah aset terbesar seorang hamba. Namun, iman bisa naik dan turun. Meminta "iman yang tetap" adalah permohonan agar Allah menjaga hati kita dari keraguan, kemunafikan, dan kekufuran hingga akhir hayat. Ini adalah doa untuk istiqamah di atas jalan kebenaran. - "Kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk (qalban khaasyi'an)."
Hati adalah pusat kendali. Hati yang khusyuk adalah hati yang tunduk, takut, dan penuh pengagungan kepada Allah. Hati inilah yang bisa merasakan manisnya ibadah, menangis karena takut akan azab-Nya, dan tenang saat mengingat-Nya. Permohonan ini adalah untuk kualitas ibadah dan kehidupan spiritual yang mendalam, bukan sekadar ritual kosong. - "Kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat ('ilman naafi'an)."
Ilmu adalah cahaya. Namun, tidak semua ilmu itu bermanfaat. Ada ilmu yang justru menjauhkan dari Allah. Doa ini adalah permintaan agar kita diberi petunjuk kepada ilmu yang mendekatkan diri kepada-Nya, ilmu yang membuahkan amal saleh, dan ilmu yang membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain, baik di dunia maupun di akhirat. - "Kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar (yaqiinan shaadiqan)."
Yakin adalah tingkat keimanan yang tertinggi, di mana tidak ada sedikit pun keraguan di dalam hati akan janji dan ancaman Allah. Keyakinan yang benar (shaadiq) akan mendorong seseorang untuk beramal tanpa ragu, bersabar dalam ujian dengan lapang dada, dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah dalam segala situasi. - "Kami memohon kepada-Mu amal yang saleh ('amalan shaalihan)."
Iman, ilmu, dan keyakinan harus berbuah amal. Amal saleh adalah setiap perbuatan yang didasari niat ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan syariat. Ini adalah permohonan taufik, agar kita tidak hanya diberi ilmu, tetapi juga kekuatan, kemauan, dan kemudahan untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. - "Kami memohon kepada-Mu agama yang lurus (diinan qayyiman)."
Agama yang lurus adalah Islam itu sendiri, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, yang murni dari segala bentuk penyimpangan, bid'ah, dan kesesatan. Ini adalah doa agar kita senantiasa berada di atas manhaj yang benar, tidak tergoda oleh pemikiran-pemikiran menyimpang yang dapat merusak akidah dan ibadah. - "Kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak (khairan katsiiran)."
Ini adalah permohonan yang sangat luas dan mencakup segala hal. Kebaikan di sini meliputi kebaikan dunia (rezeki halal, keluarga sakinah, kesehatan) dan kebaikan akhirat (ampunan dosa, keselamatan dari neraka, dan masuk surga). Dengan kalimat ini, kita menyerahkan kepada Allah untuk memberikan kita segala bentuk kebaikan yang Dia ketahui baik untuk kita.
Bagian Kedua: Permohonan Kesejahteraan dan Kecukupan
- "Kami memohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan (al-'afwa wal 'aafiyah)."
Dua permintaan ini sering digandengkan oleh Nabi dalam doa-doanya. Al-'Afwu adalah ampunan Allah atas dosa-dosa kita, yang menghapuskan hukuman. Sedangkan Al-'Aafiyah adalah keselamatan dan kesehatan yang mencakup keselamatan dari penyakit fisik, penyakit hati (dengki, sombong), dan keselamatan dari segala fitnah dan musibah dunia serta akhirat. Ini adalah permintaan untuk kesejahteraan paripurna. - "Kami memohon kepada-Mu kesempurnaan kesehatan (tamaamal 'aafiyah)."
Ini adalah penegasan dan peningkatan dari permohonan sebelumnya. Kita tidak hanya meminta kesehatan, tetapi kesehatan yang sempurna dan berkelanjutan, yang memungkinkan kita untuk terus beribadah dan beraktivitas dengan optimal. - "Kami memohon kepada-Mu rasa syukur atas kesehatan (asy-syukra 'alal 'aafiyah)."
Ini adalah permohonan yang menunjukkan tingkat kesadaran spiritual yang tinggi. Banyak orang diberi nikmat sehat, tetapi sedikit yang mampu mensyukurinya. Doa ini adalah permintaan agar kita diberi taufik untuk menggunakan kesehatan kita dalam ketaatan, dan agar lisan serta hati kita senantiasa bersyukur atas nikmat tak terhingga ini. - "Kami memohon kepada-Mu kecukupan dari manusia (al-ghinaa'a 'anin naas)."
Ini bukan berarti meminta kekayaan untuk kesombongan, melainkan meminta kecukupan agar kita tidak bergantung, berharap, atau meminta-minta kepada selain Allah. Ini adalah doa untuk menjaga kehormatan diri (iffah) dan memurnikan tawakal hanya kepada Allah semata. Hati yang kaya adalah hati yang merasa cukup dengan apa yang Allah berikan.
Bagian Ketiga: Penutup Doa yang Penuh Harap
- "Ya Allah, Tuhan kami, terimalah dari kami..."
Setelah memanjatkan berbagai permohonan, kita kembali merendahkan diri. Kalimat ini adalah pengakuan bahwa semua ibadah yang kita lakukan—sholat, puasa, qiyamullail—penuh dengan kekurangan. Kita memohon dengan sangat agar Allah, dengan rahmat-Nya, sudi menerima amalan kita yang tidak sempurna ini. Ini mengajarkan kita untuk tidak pernah sombong dengan ibadah yang telah dilakukan. - "Dan sempurnakanlah kekurangan kami..."
Ini adalah puncak dari kerendahan hati. Kita mengakui bahwa ibadah kita pasti memiliki cacat, entah dari sisi kekhusyukan, niat, atau tata caranya. Kita memohon kepada Dzat Yang Maha Sempurna untuk menutupi dan menyempurnakan segala kekurangan tersebut. - "Wahai Dzat Yang Maha Pengasih di antara para pengasih (yaa arhamar raahimiin)."
Kita menutup permohonan ini dengan memanggil Allah menggunakan salah satu nama-Nya yang paling menyentuh hati. Kita seolah berkata, "Ya Allah, kami memohon semua ini bukan karena kami layak, tetapi karena Engkau adalah sumber segala rahmat dan kasih sayang." - Shalawat dan Hamdalah.
Doa ditutup dengan cara yang terbaik, yaitu dengan mengirimkan shalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, dan para sahabatnya. Ini adalah adab dalam berdoa yang diajarkan oleh beliau. Kemudian diakhiri dengan pujian tertinggi kepada Allah, Tuhan semesta alam (wal hamdu lillaahi rabbil 'aalamiin), sebagai bentuk pengakuan bahwa segala kebaikan dan pujian pada akhirnya hanya milik-Nya.
Menghayati Ibadah: Lebih dari Sekadar Hafalan
Mengamalkan doa dan dzikir setelah sholat witir akan menjadi jauh lebih bermakna ketika kita tidak hanya sekadar melafalkannya. Kunci utamanya terletak pada kehadiran hati (hudhurul qalb) dan perenungan makna (tadabbur). Cobalah untuk tidak terburu-buru. Setelah salam, ambil waktu sejenak untuk menenangkan diri. Rasakan setiap lafaz dzikir yang keluar dari lisan, hubungkan dengan keagungan Allah yang sedang Anda agungkan.
Ketika membaca doa yang panjang, bayangkan setiap permohonan itu adalah kebutuhan riil Anda. Saat meminta "iman yang tetap", rasakan betapa rapuhnya iman ini dan betapa butuhnya kita pada pertolongan Allah untuk menjaganya. Saat meminta "hati yang khusyuk", akui di dalam hati betapa seringnya pikiran melayang saat beribadah. Dengan menghubungkan doa dengan kondisi pribadi, munajat kita akan menjadi lebih tulus, lebih hidup, dan lebih berpeluang untuk diijabah oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Jadikan amalan ini sebagai penutup hari yang menenangkan. Setelah seharian beraktivitas dengan segala hiruk pikuknya, sholat Witir beserta doa dan dzikirnya adalah momen untuk kembali kepada-Nya, mengisi ulang energi spiritual, memasrahkan segala kekhawatiran, dan tidur dalam keadaan mengingat dan dicintai oleh Sang Pencipta. Semoga kita semua dimudahkan untuk senantiasa menghidupkan malam-malam kita dengan amalan yang mulia ini.