Memaknai Kekhusyukan Doa Kamilin dan Witir
Simbol spiritualitas dalam keheningan malam.
Malam-malam di bulan suci Ramadhan memiliki keistimewaan yang tiada tara. Suasananya dipenuhi dengan kekhusyukan, di mana kaum muslimin berbondong-bondong meramaikan masjid untuk melaksanakan rangkaian ibadah, mulai dari shalat Isya, shalat Tarawih, hingga ditutup dengan shalat Witir. Di antara rangkaian ibadah tersebut, terselip mutiara-mutiara doa yang sarat akan makna, harapan, dan permohonan kepada Sang Pencipta. Dua di antara doa yang paling dikenal dan sering dilantunkan adalah Doa Kamilin setelah shalat Tarawih dan doa setelah shalat Witir. Keduanya menjadi jembatan penghubung antara hamba dengan Rabb-nya, mencurahkan segala isi hati dan memohon anugerah yang tak terhingga.
Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang kedua doa agung ini, tidak hanya dari bacaannya, tetapi juga menyelami lautan makna yang terkandung di dalamnya. Kita akan menjelajahi keutamaan ibadah yang melatarbelakanginya, yaitu shalat Tarawih dan shalat Witir, agar pemahaman kita menjadi utuh dan ibadah kita semakin berkualitas. Mari kita mulai perjalanan spiritual ini dengan menata hati, membersihkan niat, semata-mata untuk meraih ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Shalat Tarawih: Cahaya Malam Ramadhan
Sebelum kita membahas Doa Kamilin, penting untuk memahami ibadah agung yang mengiringinya, yaitu shalat Tarawih. Kata "Tarawih" sendiri merupakan bentuk jamak dari kata "tarwihah" yang berarti istirahat sejenak. Penamaan ini merujuk pada praktik para salafush shalih (generasi terdahulu yang saleh) yang beristirahat sejenak setiap selesai melaksanakan empat rakaat shalat. Shalat ini secara khusus dilaksanakan pada malam-malam bulan Ramadhan dan hukumnya adalah sunnah mu'akkadah, atau sunnah yang sangat dianjurkan, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Keutamaan shalat Tarawih sangatlah besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:
"Barangsiapa yang beribadah (shalat Tarawih) di malam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
Hadits ini menjadi motivasi terbesar bagi umat Islam untuk tidak melewatkan satu malam pun di bulan Ramadhan tanpa menghidupkannya dengan qiyamullail atau shalat malam, yang dalam hal ini adalah shalat Tarawih. Ini adalah kesempatan emas untuk membersihkan diri dari noda-noda dosa dan kembali suci di hadapan Allah.
Jumlah Rakaat Shalat Tarawih
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai jumlah rakaat shalat Tarawih, namun keduanya memiliki dasar yang kuat dan patut dihormati. Pendapat pertama adalah 11 rakaat (8 rakaat Tarawih dan 3 rakaat Witir). Pendapat ini didasarkan pada hadits Aisyah radhiyallahu 'anha yang menjelaskan tentang shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pendapat kedua adalah 23 rakaat (20 rakaat Tarawih dan 3 rakaat Witir). Praktik ini populer pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu yang mengumpulkan kaum muslimin untuk shalat Tarawih berjamaah di belakang satu imam. Keduanya adalah praktik yang baik, dan yang terpenting adalah keikhlasan dan kekhusyukan dalam melaksanakannya, bukan semata-mata pada perdebatan jumlah rakaatnya.
Doa Kamilin: Permohonan Kesempurnaan Iman
Setelah selesai menunaikan shalat Tarawih, biasanya imam akan memimpin jamaah untuk membaca sebuah doa yang indah dan komprehensif, yang dikenal sebagai Doa Kamilin. "Kamilin" berarti "orang-orang yang sempurna". Nama doa ini diambil dari kalimat pembukanya yang memohon kepada Allah agar dijadikan hamba yang memiliki iman yang sempurna. Doa ini adalah rangkuman dari berbagai permohonan esensial seorang muslim dalam menjalani kehidupannya.
Berikut adalah bacaan lengkap Doa Kamilin beserta tulisan latin dan terjemahannya:
اَللهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِى اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَاِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَاِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَمِنْ حُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا، ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللهُمَّ اجْعَلْنَا فِى هذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Allahummaj’alna bil imani kamilin, wa lil faraidhi muaddin, wa lish-shalati hafidhin, wa liz-zakati fa’ilin, wa lima ‘indaka thalibin, wa li’afwika rajin, wa bil-huda mutamassikin, wa ‘anil laghwi mu’ridhin, wa fid-dunya zahidin, wa fil-akhirati raghibin, wa bil-qadha’i radhin, wa lin-na’ma’i syakirin, wa ‘alal bala’i shabirin, wa tahta liwa’i sayyidina muhammadin shallallahu ‘alaihi wa sallama yaumal qiyamati sa’irina, wa ilal haudhi waridin, wa ilal jannati dakhilin, wa minan nari najin, wa ‘ala sariril karamati qa’idin, wa min hurin ‘inin mutazawwijin, wa min sundusin wa istabraqin wa dibajin mutalabbisin, wa min tha’amil jannati akilin, wa min labanin wa ‘asalin musaffan syaribin, bi akwabin wa abariqa wa ka’sin min ma’in, ma’al ladzina an’amta ‘alaihim minan nabiyyina was shiddiqina wasy syuhada’i was shalihina wa hasuna ula’ika rafiqa, dzalikal fadhlu minallahi wa kafa billahi ‘alima. Allahummaj’alna fi hadzihil lailatisy syahrisy syarifail mubarakati minas su’ada’il maqbulin, wa la taj’alna minal asyqiya’il mardudin. Wa sallallahu ‘ala sayyidina muhammadin wa alihi wa sahbihi ajma’in, birahmatika ya arhamar rahimin, walhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang menunaikan kewajiban-kewajiban, yang memelihara shalat, yang menunaikan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang teguh pada petunjuk, yang berpaling dari hal-hal yang sia-sia, yang zuhud di dunia, yang berhasrat terhadap akhirat, yang ridha dengan takdir, yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas cobaan, dan yang berjalan di bawah panji junjungan kami Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari kiamat, yang sampai ke telaga (al-kautsar), yang masuk ke dalam surga, yang diselamatkan dari api neraka, yang duduk di atas dipan kemuliaan, yang menikah dengan bidadari-bidadari, yang mengenakan pakaian dari sutra halus dan tebal, yang memakan makanan surga, yang meminum dari susu dan madu yang murni dengan gelas-gelas, cerek-cerek, dan piala dari sumber yang mengalir, bersama orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka dari kalangan para nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada, dan orang-orang saleh, dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam bulan yang mulia dan penuh berkah ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima (amalannya), dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang celaka dan ditolak (amalannya). Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada junjungan kami Muhammad, beserta keluarga dan seluruh sahabatnya, dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
Menyelami Makna Doa Kamilin
Doa ini bukanlah sekadar untaian kata, melainkan sebuah peta jalan spiritual bagi seorang mukmin. Mari kita bedah beberapa permohonan utama di dalamnya:
- Permohonan Iman yang Sempurna (Bil Imani Kamilin): Ini adalah pondasi dari segalanya. Iman yang sempurna bukanlah iman yang statis, melainkan iman yang terus bertumbuh, yang dibuktikan dengan keyakinan hati, diucapkan oleh lisan, dan diamalkan oleh perbuatan. Meminta kesempurnaan iman berarti kita memohon kekuatan untuk selalu menjaga dan meningkatkan kualitas keyakinan kita kepada Allah.
- Menunaikan Kewajiban (Lil Faraidhi Muaddin): Setelah iman, doa ini langsung menyentuh aspek amal. Kita memohon agar dimampukan untuk menunaikan segala kewajiban yang telah Allah tetapkan, mulai dari shalat lima waktu, puasa, zakat, hingga kewajiban lainnya. Ini adalah cerminan dari ketaatan seorang hamba.
- Memelihara Shalat (Lish-Shalati Hafidhin): Shalat disebut secara khusus karena ia adalah tiang agama. "Memelihara" shalat memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar "melaksanakan". Ia mencakup menjaga waktu, kekhusyukan, kesempurnaan rukun, dan memahami maknanya, sehingga shalat tersebut benar-benar dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
- Berpegang pada Petunjuk dan Menjauhi Kesia-siaan (Bil Huda Mutamassikin, wa 'Anil Laghwi Mu'ridhin): Dua permohonan ini saling melengkapi. Kita memohon untuk selalu kokoh berpegang pada petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah, dan pada saat yang sama, kita meminta kekuatan untuk menjauhi segala perbuatan dan perkataan yang tidak bermanfaat (laghwu), yang hanya membuang-buang waktu dan mengeraskan hati.
- Keseimbangan Dunia dan Akhirat (Fid-dunya Zahidin, wa Fil-akhirati Raghibin): Ini adalah konsep keseimbangan hidup seorang muslim. Zuhud di dunia bukan berarti meninggalkan dunia, melainkan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama dan tidak membiarkannya melalaikan kita dari akhirat. Hati kita harus dipenuhi dengan kerinduan dan hasrat (raghibin) untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat.
- Sikap dalam Menghadapi Takdir (Bil-Qadha’i Radhin, Wa Lin-Na’ma’i Syakirin, Wa ‘Alal Bala’i Shabirin): Tiga serangkai pilar ketenangan jiwa. Kita memohon agar hati kita lapang untuk menerima (ridha) setiap ketetapan Allah, pandai bersyukur atas segala nikmat yang tak terhitung, dan tegar bersabar ketika diuji dengan musibah. Siapa pun yang memiliki tiga sifat ini, ia telah menemukan kunci kebahagiaan sejati.
- Harapan di Hari Kiamat: Bagian selanjutnya dari doa ini adalah visualisasi harapan puncak setiap muslim. Berjalan di bawah panji Nabi Muhammad, minum dari telaga Al-Kautsar, masuk surga, dan diselamatkan dari neraka. Ini adalah permohonan akan keselamatan dan kemuliaan di hari akhir, yang memotivasi kita untuk terus beramal saleh di dunia.
- Gambaran Kenikmatan Surga: Doa ini juga melukiskan dengan indah gambaran kenikmatan surga, mulai dari dipan kemuliaan, bidadari, pakaian sutra, hingga makanan dan minuman surgawi. Ini bukan sekadar angan-angan, tetapi janji Allah yang pasti bagi hamba-Nya yang bertakwa, berfungsi sebagai penyemangat dalam beribadah.
Dengan merenungi setiap kalimatnya, Doa Kamilin mengajarkan kita untuk memiliki visi hidup yang lengkap, dari urusan iman, ibadah, akhlak, sikap mental, hingga orientasi akhirat. Membacanya setiap malam setelah Tarawih adalah cara untuk me-reset kembali tujuan hidup kita dan memperbarui komitmen kita kepada Allah.
Shalat Witir: Penutup Ibadah Malam yang Dicintai Allah
Setelah shalat Tarawih, rangkaian ibadah malam biasanya ditutup dengan shalat Witir. Witir secara bahasa berarti "ganjil". Shalat ini disebut demikian karena jumlah rakaatnya selalu ganjil, bisa satu, tiga, lima, tujuh, atau lebih. Hukumnya adalah sunnah mu'akkadah, bahkan sebagian ulama ada yang menghukuminya wajib, menunjukkan betapa pentingnya shalat ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menekankan pelaksanaan shalat Witir dan tidak pernah meninggalkannya, baik saat sedang di rumah maupun dalam perjalanan. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya Allah itu Witir (Maha Ganjil) dan Dia mencintai yang ganjil. Maka kerjakanlah shalat Witir, wahai ahli Al-Qur'an." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Waktu pelaksanaan shalat Witir terbentang luas, yaitu setelah shalat Isya hingga terbit fajar (masuk waktu Subuh). Rasulullah menyarankan, barangsiapa yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, sebaiknya ia melakukan Witir sebelum tidur. Namun, bagi yang yakin bisa bangun, melaksanakannya di sepertiga malam terakhir adalah waktu yang paling utama.
Tata Cara Shalat Witir
Jumlah rakaat yang paling umum dilaksanakan di Indonesia adalah tiga rakaat. Terdapat dua cara utama untuk melaksanakannya:
- Dua rakaat lalu salam, kemudian ditambah satu rakaat lalu salam. Ini adalah cara yang paling sering dipraktikkan.
- Tiga rakaat langsung dengan satu kali salam di rakaat terakhir. Caranya mirip dengan shalat Maghrib, tetapi tanpa tasyahud awal. Jadi, setelah sujud kedua di rakaat kedua, langsung berdiri untuk rakaat ketiga.
Adapun bacaan surat yang dianjurkan setelah Al-Fatihah pada shalat Witir tiga rakaat adalah: Surat Al-A'la pada rakaat pertama, Surat Al-Kafirun pada rakaat kedua, dan Surat Al-Ikhlas (atau Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas) pada rakaat ketiga.
Doa Setelah Shalat Witir: Pengakuan dan Permohonan Ampunan
Setelah menyelesaikan shalat Witir, dianjurkan untuk berdzikir dan berdoa. Ada bacaan khusus yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dzikir yang dibaca adalah "Subhanal Malikil Quddus" sebanyak tiga kali, di mana pada bacaan ketiga, suara dipanjangkan dan ditinggikan sedikit. Setelah itu, dilanjutkan dengan membaca doa setelah Witir.
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ (x3)
اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ.
اَللّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللّٰهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا (x3) يَا كَرِيْمُ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Subhanal Malikil Quddus. (3x)
Allahumma inna nas'aluka imanan da'ima, wa nas'aluka qalban khasyi'a, wa nas'aluka 'ilman nafi'a, wa nas'aluka yaqinan shadiqa, wa nas'aluka 'amalan shaliha, wa nas'aluka dinan qayyima, wa nas'aluka khairan katsira, wa nas'alukal 'afwa wal 'afiyah, wa nas'aluka tamamal 'afiyah, wa nas'alukasy syukra 'alal 'afiyah, wa nas'alukal ghina 'anan nas.
Allahumma rabbana taqabbal minna shalatana wa shiyamana wa qiyamana wa takhasysyu'ana wa tadharru'ana wa ta'abbudana wa tammim taqshirana ya Allahu ya Arhamar rahimin.
Allahumma innaka 'afuwwun karimun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anna. (3x) Ya Kariim.
Wa sallallahu 'ala sayyidina muhammadin wa 'ala alihi wa shahbihi wa sallam, walhamdulillahi rabbil 'alamin.
Artinya: "Maha Suci Engkau, Raja Yang Maha Suci." (3x)
"Ya Allah, kami memohon kepada-Mu iman yang tetap, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang saleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan, kami memohon kepada-Mu kesempurnaan kesehatan, kami memohon kepada-Mu syukur atas kesehatan, dan kami memohon kepada-Mu kecukupan dari manusia."
"Ya Allah, Tuhan kami, terimalah dari kami shalat kami, puasa kami, shalat malam kami, kekhusyukan kami, kerendahan hati kami, ibadah kami, dan sempurnakanlah kekurangan kami, ya Allah, wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang."
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau menyukai pemaafan, maka maafkanlah kami." (3x) Wahai Yang Maha Mulia.
"Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
Membedah Makna Doa Setelah Witir
Doa ini, meskipun lebih singkat dari Doa Kamilin, memiliki kedalaman makna yang luar biasa. Ia berfokus pada permohonan fundamental seorang hamba.
- Pengakuan Kesucian Allah (Subhanal Malikil Quddus): Dzikir pembuka ini adalah bentuk pengagungan tertinggi. Kita mengakui bahwa Allah adalah Raja (Al-Malik) yang absolut, yang kekuasaan-Nya sempurna, dan Maha Suci (Al-Quddus) dari segala bentuk kekurangan dan sifat yang tidak layak bagi-Nya.
- Permohonan Kualitas Diri: Doa ini dimulai dengan serangkaian permohonan untuk memperbaiki kualitas diri di hadapan Allah: iman yang langgeng, hati yang khusyuk, ilmu yang bermanfaat, dan keyakinan yang kokoh. Ini menunjukkan bahwa prioritas seorang muslim adalah membangun fondasi spiritual yang kuat.
- Permohonan 'Afiyah (Kesehatan dan Keselamatan): Kata 'afiyah memiliki makna yang sangat luas, mencakup kesehatan fisik, mental, keselamatan dari musibah, perlindungan dari fitnah, dan kebebasan dari penyakit hati. Kita tidak hanya meminta 'afiyah, tetapi juga kesempurnaannya (tamamal 'afiyah) dan kemampuan untuk mensyukurinya, karena banyak orang sehat namun lalai dalam bersyukur.
- Permohonan Penerimaan Amal: Ini adalah inti dari kerendahan hati seorang hamba. Setelah beribadah, kita tidak boleh merasa sombong atau puas diri. Sebaliknya, kita memohon dengan penuh harap agar Allah berkenan menerima amal kita yang penuh dengan kekurangan dan menyempurnakannya dengan rahmat-Nya.
- Puncak Permohonan: Ampunan (Al-'Afwu): Bagian "Allahumma innaka 'afuwwun..." adalah doa yang sangat dianjurkan, terutama pada malam Lailatul Qadar. Kata 'Afuww (Maha Pemaaf) lebih dalam maknanya daripada Ghafur (Maha Pengampun). Ghafur berarti menutupi dosa, sementara 'Afuww berarti menghapus dosa hingga ke akarnya, seolah-olah dosa itu tidak pernah terjadi. Ini adalah tingkat ampunan tertinggi yang kita dambakan.
Kesimpulan: Meraih Malam Penuh Berkah
Doa Kamilin dan doa setelah Witir adalah dua permata yang menghiasi malam-malam Ramadhan kita. Keduanya bukan sekadar ritual, melainkan sebuah dialog intim antara hamba dengan Sang Khalik. Doa Kamilin memberikan kita cetak biru karakter muslim yang ideal, mencakup segala aspek kehidupan dari iman hingga muamalah, dari dunia hingga akhirat.
Sementara itu, doa setelah Witir menjadi penutup yang sempurna, di mana kita mengakui keagungan Allah, memohon perbaikan kualitas diri, dan merendahkan hati untuk memohon penerimaan amal serta ampunan yang total dari-Nya. Dengan memahami dan meresapi makna dari setiap kalimat yang kita panjatkan, semoga ibadah Tarawih dan Witir kita tidak lagi menjadi rutinitas mekanis, melainkan menjadi sebuah perjalanan spiritual yang mengangkat derajat kita, membersihkan jiwa kita, dan mendekatkan kita pada ridha dan surga-Nya.