Panduan Sholat Dhuha: Niat, Doa, dan Keutamaannya

Ilustrasi Matahari Terbit Simbol Waktu Dhuha Ilustrasi matahari terbit sebagai simbol waktu Sholat Dhuha.
Sholat Dhuha, cahaya pembuka pintu rezeki dan ampunan di pagi hari.

Di antara hamparan waktu yang Allah SWT sediakan, ada satu momen istimewa yang terbentang setelah fajar menyingsing dan sebelum matahari mencapai puncaknya. Waktu itu dikenal sebagai waktu Dhuha. Pada saat inilah, umat Islam dianjurkan untuk mendirikan sebuah sholat sunnah yang sarat akan keutamaan dan keberkahan, yaitu Sholat Dhuha. Sholat ini bukan sekadar rangkaian gerakan dan bacaan, melainkan sebuah bentuk komunikasi spiritual, ungkapan rasa syukur, permohonan ampunan, serta ketukan di pintu rezeki yang Maha Luas.

Sholat Dhuha sering disebut sebagai sholatnya orang-orang yang kembali taat (awwabin). Ia adalah amalan ringan yang memiliki dampak luar biasa bagi kehidupan seorang hamba, baik di dunia maupun di akhirat. Melaksanakannya secara rutin adalah cara untuk memulai hari dengan kepasrahan, membersihkan jiwa dari kelalaian, dan menjemput janji-janji Allah yang terhampar luas. Artikel ini akan menjadi panduan komprehensif untuk memahami secara mendalam segala aspek yang berkaitan dengan Sholat Dhuha, mulai dari niat yang menjadi pondasinya, doa yang menjadi puncaknya, hingga keutamaan-keutamaan agung yang menyertainya.

Makna dan Kedudukan Niat dalam Sholat Dhuha

Setiap ibadah dalam Islam berpangkal pada niat. Niat adalah ruh dari sebuah amalan, yang membedakan antara rutinitas biasa dengan ibadah yang bernilai pahala. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang masyhur: "Sesungguhnya setiap amalan bergantung pada niatnya." (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini berlaku mutlak, termasuk dalam pelaksanaan Sholat Dhuha. Tanpa niat yang tulus dan benar, gerakan sholat hanyalah senam pagi tanpa makna spiritual.

Niat Sholat Dhuha adalah ikrar di dalam hati untuk melaksanakan sholat sunnah Dhuha sebanyak jumlah rakaat yang dikehendaki, semata-mata karena mengharap ridha Allah SWT. Tempat niat adalah di dalam hati, dan ia harus dihadirkan sesaat sebelum takbiratul ihram. Melafalkan niat (talaffuzh binniyyah) hukumnya sunnah menurut sebagian ulama mazhab Syafi'i, dengan tujuan untuk membantu memantapkan hati dan menguatkan konsentrasi. Namun, yang menjadi rukun dan wajib adalah niat yang terbesit di dalam kalbu.

Bacaan Niat Sholat Dhuha

Berikut adalah lafal niat Sholat Dhuha yang bisa diucapkan untuk membantu konsentrasi hati. Niat ini dibaca untuk pelaksanaan dua rakaat.

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatadh dhuhā rak‘ataini lillāhi ta‘ālā.

Artinya: "Aku niat sholat sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah Ta'ala."

Jika hendak melaksanakan Sholat Dhuha lebih dari dua rakaat, misalnya empat rakaat dengan dua kali salam, maka niat di atas diulangi pada setiap dua rakaat. Namun, jika ingin melaksanakannya empat rakaat dengan sekali salam (meskipun yang lebih utama adalah dua rakaat salam), maka niatnya dapat diubah menjadi "arba'a raka'atin" (empat rakaat).

Penting untuk dipahami bahwa esensi niat bukanlah pada hafalnya lafal, melainkan pada kesadaran penuh di dalam hati. Seorang yang berdiri hendak sholat, hatinya sadar bahwa ia akan melaksanakan sholat sunnah Dhuha, maka niatnya sudah dianggap sah meskipun ia tidak melafalkan bacaan di atas. Lafal tersebut hanyalah alat bantu. Yang terpenting adalah keikhlasan, yaitu memurnikan tujuan ibadah ini hanya untuk Allah, bukan karena ingin dipuji, bukan karena ikut-ikutan, dan bukan karena tujuan duniawi lainnya.

Waktu Terbaik Pelaksanaan Sholat Dhuha

Memahami waktu pelaksanaan Sholat Dhuha adalah kunci agar ibadah kita sah dan lebih utama. Waktu Dhuha adalah rentang waktu yang cukup panjang, memberikan kemudahan bagi siapa saja yang ingin melaksanakannya di tengah kesibukan aktivitas pagi.

Awal Waktu Dhuha

Waktu Sholat Dhuha dimulai ketika matahari telah terbit dan naik setinggi satu tombak. Para ulama memperkirakan ini sekitar 15 hingga 20 menit setelah waktu syuruq (terbitnya matahari). Diberi jeda waktu ini untuk menghindari sholat pada saat matahari tepat terbit, karena ada larangan untuk sholat pada tiga waktu, salah satunya adalah ketika matahari baru terbit hingga ia meninggi.

Rasulullah SAW bersabda kepada 'Amr bin 'Abasah: "Kerjakanlah sholat subuh, kemudian tahanlah dari mengerjakan sholat ketika matahari terbit sampai ia meninggi. Karena ia terbit di antara dua tanduk setan dan saat itu orang-orang kafir sujud kepadanya." (HR. Muslim)

Akhir Waktu Dhuha

Batas akhir waktu Sholat Dhuha adalah sesaat sebelum matahari berada tepat di tengah-tengah langit (istiwa'). Ini adalah waktu menjelang masuknya waktu sholat Dzuhur. Ketika bayangan suatu benda menjadi sangat pendek atau bahkan tidak terlihat, itu adalah pertanda waktu istiwa' yang dilarang untuk sholat. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menyelesaikan Sholat Dhuha sekitar 10 hingga 15 menit sebelum adzan Dzuhur berkumandang sebagai bentuk kehati-hatian.

Waktu Paling Utama (Afdhal)

Meskipun rentang waktunya panjang, ada waktu yang dianggap paling utama (afdhal) untuk melaksanakan Sholat Dhuha. Waktu terbaik ini adalah ketika matahari sudah terasa panas dan padang pasir mulai terasa membakar. Ini menandakan sekitar seperempat siang atau pertengahan waktu Dhuha.

Hal ini didasarkan pada hadits dari Zaid bin Arqam yang melihat orang-orang melaksanakan Sholat Dhuha (di awal waktu), lalu ia berkata:

"Tidakkah mereka mengetahui bahwa sholat di selain waktu ini lebih utama? Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, 'Sholat orang-orang yang gemar bertaubat (awwabin) adalah ketika anak-anak unta mulai kepanasan'." (HR. Muslim)

Anak unta yang kepanasan adalah kiasan untuk menggambarkan kondisi di mana pasir sudah cukup panas untuk membuat anak-anak unta bangkit dari duduknya. Secara perkiraan, waktu ini jatuh sekitar jam 9 atau 10 pagi. Melaksanakan sholat di waktu ini memiliki keutamaan tersendiri karena pada saat itu, banyak orang sedang sibuk-sibuknya dengan urusan dunia, dan orang yang menyempatkan diri untuk sholat menunjukkan ketaatan dan kecintaannya yang lebih kepada Allah SWT.

Tata Cara Pelaksanaan Sholat Dhuha

Pelaksanaan Sholat Dhuha pada dasarnya sama seperti sholat sunnah lainnya. Perbedaannya terletak pada niat, waktu, dan doa khusus setelahnya. Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk melaksanakan Sholat Dhuha dua rakaat:

  1. Niat di Dalam Hati
    Berdirilah menghadap kiblat dengan khusyuk. Hadirkan niat di dalam hati untuk melaksanakan sholat sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah Ta'ala.
  2. Takbiratul Ihram
    Mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga (bagi laki-laki) atau dada (bagi perempuan) sambil mengucapkan "Allāhu Akbar". Pandangan mata tertuju pada tempat sujud.
  3. Membaca Doa Iftitah
    Setelah takbir, sedekapkan tangan di antara dada dan pusar, lalu bacalah doa iftitah. Ada beberapa versi doa iftitah, salah satu yang umum adalah:

    اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.

    Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā. Innī wajjahtu wajhiya lilladzī fatharas samāwāti wal ardha hanīfan musliman wa mā anā minal musyrikīn. Inna shalātī, wa nusukī, wa mahyāya, wa mamātī lillāhi rabbil ‘ālamīn. Lā syarīka lahu wa bidzālika umirtu wa anā minal muslimīn.

  4. Membaca Surat Al-Fatihah
    Membaca surat Al-Fatihah dengan tartil, jelas, dan penuh penghayatan. Membaca Al-Fatihah adalah rukun sholat yang wajib dilakukan di setiap rakaat.
  5. Membaca Surat Pendek
    Setelah Al-Fatihah, disunnahkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Tidak ada ketentuan surat khusus yang wajib dibaca, namun dianjurkan untuk membaca surat-surat tertentu yang memiliki korelasi dengan waktu Dhuha.
    • Pada rakaat pertama, setelah Al-Fatihah, dianjurkan membaca Surat Asy-Syams.
    • Pada rakaat kedua, setelah Al-Fatihah, dianjurkan membaca Surat Ad-Dhuha.
    Pemilihan kedua surat ini sangat relevan. Surat Asy-Syams berbicara tentang matahari dan cahayanya, sementara Surat Ad-Dhuha secara eksplisit menyebutkan waktu Dhuha. Membaca surat-surat ini dapat membantu meningkatkan kekhusyukan dan kesadaran akan ibadah yang sedang dilakukan. Namun, jika tidak hafal, diperbolehkan membaca surat lain seperti Al-Kafirun, Al-Ikhlas, atau surat apa pun yang dihafal.
  6. Ruku' dengan Tuma'ninah
    Mengangkat tangan untuk takbir, lalu membungkuk untuk ruku'. Punggung dan kepala lurus sejajar, pandangan ke tempat sujud. Bacalah tasbih ruku' "Subhaana rabbiyal 'adziimi wa bihamdih" minimal tiga kali. Tuma'ninah (tenang sejenak) dalam ruku' adalah wajib.
  7. I'tidal dengan Tuma'ninah
    Bangkit dari ruku' sambil mengangkat tangan dan membaca "Sami'allaahu liman hamidah". Setelah berdiri tegak, bacalah "Rabbanaa lakal hamdu mil'us samaawati wa mil'ul ardhi wa mil'u maa syi'ta min syai'in ba'du". Berdiam sejenak (tuma'ninah).
  8. Sujud dengan Tuma'ninah
    Turun untuk sujud sambil bertakbir. Pastikan tujuh anggota sujud menyentuh alas sholat: dahi (bersama hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki. Bacalah tasbih sujud "Subhaana rabbiyal a'laa wa bihamdih" minimal tiga kali. Perbanyak doa di dalam sujud karena saat itu adalah waktu terdekat seorang hamba dengan Tuhannya.
  9. Duduk di Antara Dua Sujud
    Bangkit dari sujud untuk duduk iftirasy sambil bertakbir. Bacalah doa: "Rabbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'aafinii, wa'fu 'annii". Lakukan dengan tuma'ninah.
  10. Sujud Kedua
    Lakukan sujud kedua seperti sujud pertama, dengan bacaan dan tuma'ninah yang sama.
  11. Bangkit untuk Rakaat Kedua
    Bangkit dari sujud kedua sambil bertakbir untuk memulai rakaat kedua. Lakukan semua gerakan dan bacaan seperti pada rakaat pertama, dimulai dari membaca Al-Fatihah dan dilanjutkan dengan surat pendek (dianjurkan Surat Ad-Dhuha).
  12. Tasyahud Akhir
    Setelah sujud kedua di rakaat kedua, duduklah tawarruk (kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, dan duduk di atas lantai). Bacalah bacaan tasyahud akhir secara lengkap, termasuk shalawat Ibrahimiyah.
  13. Salam
    Menoleh ke kanan sambil mengucapkan "Assalaamu 'alaikum wa rahmatullaah", kemudian menoleh ke kiri dengan ucapan yang sama.

Dengan demikian, selesailah pelaksanaan Sholat Dhuha dua rakaat. Jika ingin melanjutkan ke rakaat berikutnya, ulangi lagi langkah-langkah di atas dari awal.

Jumlah Rakaat Sholat Dhuha

Salah satu fleksibilitas dalam Sholat Dhuha adalah jumlah rakaatnya. Tidak ada batasan yang kaku, sehingga seorang muslim dapat menyesuaikannya dengan kelapangan waktu dan kemampuannya. Para ulama sepakat mengenai jumlah minimalnya, namun terdapat perbedaan pendapat mengenai jumlah maksimalnya.

Jumlah Minimal: Dua Rakaat

Jumlah rakaat paling sedikit untuk Sholat Dhuha adalah dua rakaat. Ini adalah batas minimal yang sah. Dasarnya adalah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:

"Kekasihku (Rasulullah SAW) mewasiatkan kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat sholat Dhuha, dan sholat witir sebelum tidur." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa melaksanakan dua rakaat saja sudah cukup untuk mendapatkan keutamaan Sholat Dhuha dan telah memenuhi wasiat dari Nabi Muhammad SAW.

Jumlah yang Dianjurkan: Empat, Enam, atau Delapan Rakaat

Meskipun dua rakaat sudah mencukupi, dianjurkan untuk menambah jumlah rakaatnya. Melaksanakan empat rakaat dianggap baik, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits qudsi:

Allah 'Azza wa Jalla berfirman: "Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku akan mencukupimu di akhir harimu." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad. Hadits ini dinilai shahih)

Sebagian ulama menafsirkan "empat rakaat di awal hari" ini sebagai Sholat Dhuha. Janji Allah untuk "mencukupi" diartikan sangat luas, mencakup kecukupan rezeki, perlindungan dari musibah, penjagaan dari keburukan, dan kemudahan dalam segala urusan hingga sore hari.

Rasulullah SAW sendiri terkadang melaksanakan Sholat Dhuha sebanyak empat rakaat, dan terkadang menambahnya. 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

"Rasulullah SAW biasa sholat Dhuha empat rakaat dan menambahnya sesuka Allah." (HR. Muslim)

Selain itu, terdapat riwayat bahwa Rasulullah SAW melaksanakan Sholat Dhuha sebanyak delapan rakaat pada saat penaklukan kota Makkah (Fathu Makkah). Ummu Hani' binti Abi Thalib menceritakan bahwa beliau melihat Nabi SAW sholat delapan rakaat dengan salam setiap dua rakaat. Ini menjadi dasar bagi ulama yang menyatakan bahwa delapan rakaat adalah jumlah yang sangat dianjurkan.

Jumlah Maksimal

Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah maksimal rakaat Sholat Dhuha. Ada yang berpendapat delapan rakaat, berdasarkan hadits Ummu Hani'. Ada pula yang berpendapat dua belas rakaat, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah, meskipun kualitas hadits ini diperselisihkan. Hadits tersebut menyebutkan, "Barangsiapa sholat Dhuha dua belas rakaat, Allah akan membangunkan untuknya istana dari emas di surga."

Pendapat yang lebih kuat menyatakan bahwa tidak ada batasan maksimal untuk jumlah rakaat Sholat Dhuha. Ini didasarkan pada lafaz hadits 'Aisyah, "...dan menambahnya sesuka Allah," yang menunjukkan tidak adanya batasan. Seseorang boleh melaksanakannya sebanyak yang ia mampu. Namun, cara pelaksanaannya yang paling utama adalah dengan salam setiap dua rakaat, sebagaimana sabda Nabi: "Sholat malam dan siang itu dua rakaat dua rakaat." (HR. Tirmidzi, Abu Daud, An-Nasa'i, Ibnu Majah).

Doa Agung Setelah Sholat Dhuha

Salah satu ciri khas Sholat Dhuha adalah adanya doa khusus yang dianjurkan untuk dibaca setelah selesai melaksanakannya. Doa ini bukanlah bagian dari rukun atau wajib sholat, melainkan sebuah amalan sunnah yang sangat baik untuk dipanjatkan. Kandungan doanya sangat indah, penuh dengan pengakuan atas keagungan Allah dan permohonan yang mendalam, terutama terkait rezeki dan kemudahan urusan.

Berikut adalah bacaan doa setelah Sholat Dhuha yang masyhur, lengkap dengan tulisan Arab, latin, dan terjemahannya.

اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَآؤُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاؤُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِى اْلأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ، آتِنِيْ مَا أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ.

Allāhumma innad dhuhā’a dhuhā’uka, wal bahā’a bahā’uka, wal jamāla jamāluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ‘ishmata ‘ishmatuka. Allāhumma in kāna rizkī fis samā’i fa anzilhu, wa in kāna fil ardhi fa akhrijhu, wa in kāna mu‘assaran fa yassirhu, wa in kāna harāman fa thahhirhu, wa in kāna ba‘īdan fa qarribhu, bi haqqi dhuhā’ika wa bahā’ika wa jamālika wa quwwatika wa qudratika, ātinī mā ātaita ‘ibādakash shālihīn.

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, dan penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit, maka turunkanlah. Apabila berada di dalam bumi, maka keluarkanlah. Apabila sukar, maka mudahkanlah. Apabila haram, maka sucikanlah. Apabila jauh, maka dekatkanlah. Dengan hak dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih."

Tadabbur Makna Doa Sholat Dhuha

Mari kita selami lebih dalam makna yang terkandung dalam setiap kalimat doa yang agung ini:

Bagian Pertama: Pengakuan Keagungan Allah

"Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, dan penjagaan adalah penjagaan-Mu."

Bagian awal doa ini adalah bentuk tauhid dan pengakuan total seorang hamba. Kita memulai doa dengan mengembalikan segala sesuatu kepada pemiliknya yang hakiki, yaitu Allah SWT.

Dengan memulai doa melalui pujian dan pengakuan ini, kita menempatkan diri pada posisi yang seharusnya: sebagai hamba yang fakir dan lemah di hadapan Tuhan yang Maha Kaya dan Maha Kuasa. Ini adalah adab berdoa yang paling utama.

Bagian Kedua: Permohonan Rezeki yang Halal dan Mudah

"Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit, maka turunkanlah. Apabila berada di dalam bumi, maka keluarkanlah. Apabila sukar, maka mudahkanlah. Apabila haram, maka sucikanlah. Apabila jauh, maka dekatkanlah."

Ini adalah inti permohonan dalam doa Dhuha. Permohonan ini mencakup semua dimensi rezeki dengan bahasa yang sangat komprehensif.

Bagian Ketiga: Tawasul dan Penutup Doa

"Dengan hak dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih."

Bagian ini disebut tawasul, yaitu menjadikan amal shalih atau sifat-sifat Allah sebagai perantara dalam berdoa. Kita bertawasul dengan hak waktu Dhuha yang mulia dan sifat-sifat agung Allah yang telah kita sebutkan di awal. Ini menunjukkan kesungguhan kita dalam memohon. Puncak dari permohonan kita adalah meminta untuk diberikan anugerah yang sama seperti yang Allah berikan kepada para hamba-Nya yang shalih. Ini adalah permintaan yang sangat tinggi, mencakup kebaikan dunia (rezeki halal, kesehatan, keluarga sakinah) dan kebaikan akhirat (ampunan, rahmat, dan surga).

Keutamaan Dahsyat di Balik Sholat Dhuha

Sholat Dhuha bukanlah sekadar sholat sunnah biasa. Di baliknya tersimpan berbagai keutamaan dan fadhilah agung yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Merutinkan Sholat Dhuha dapat membuka pintu-pintu kebaikan yang tak terhitung jumlahnya.

1. Bernilai Sedekah untuk Seluruh Sendi Tubuh

Setiap pagi, kita memiliki kewajiban untuk bersedekah atas setiap sendi atau ruas tulang yang ada di tubuh kita. Jumlah sendi dalam tubuh manusia ada sekitar 360. Tentu akan sangat berat jika kita harus bersedekah sebanyak itu setiap hari. Namun, Sholat Dhuha datang sebagai solusi yang luar biasa.

Dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu 'anhu, Nabi SAW bersabda: "Pada pagi hari, setiap ruas tulang salah seorang di antara kalian wajib disedekahi. Setiap tasbih (ucapan 'subhanallah') adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan 'alhamdulillah') adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan 'laa ilaha illallah') adalah sedekah, setiap takbir (ucapan 'Allahu akbar') adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan semua itu dapat dicukupi dengan dua rakaat sholat yang dikerjakan di waktu Dhuha." (HR. Muslim)

Hadits ini secara jelas menyatakan bahwa dua rakaat Sholat Dhuha dapat menggantikan kewajiban sedekah atas 360 sendi. Ini adalah sebuah kemurahan yang luar biasa dari Allah. Gerakan sholat yang meliputi berdiri, ruku', sujud, dan duduk, secara fisik melibatkan hampir seluruh sendi tubuh. Secara spiritual, sholat adalah bentuk syukur tertinggi. Dengan melaksanakan Sholat Dhuha, kita telah menunaikan hak syukur atas nikmat tubuh yang sehat yang telah Allah anugerahkan.

2. Dibangunkan Rumah di Surga

Salah satu ganjaran terbesar bagi seorang mukmin adalah surga. Ada amalan-amalan khusus yang dijanjikan balasan berupa istana atau rumah di surga, dan salah satunya adalah menjaga Sholat Dhuha.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang mengerjakan sholat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah istana di surga." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Sebagian ulama menilai hadits ini dhaif, namun dapat diamalkan dalam rangka fadhailul a'mal atau memotivasi beramal).

Meskipun ada perdebatan tentang kekuatan sanad hadits ini, maknanya tetap menjadi motivasi yang kuat. Janji istana di surga menunjukkan betapa mulianya amalan ini di sisi Allah. Ia menjadi simbol investasi akhirat yang sangat berharga, yang dibangun bata demi bata dengan setiap rakaat Dhuha yang kita kerjakan dengan ikhlas.

3. Diampuni Dosa-dosanya

Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Setiap hari, kita tidak luput dari perbuatan dosa, baik yang disengaja maupun tidak. Sholat Dhuha menjadi salah satu sarana efektif untuk menggugurkan dosa-dosa tersebut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang menjaga sholat Dhuha, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Sanadnya dinilai memiliki kelemahan, namun maknanya didukung oleh hadits-hadits lain tentang keutamaan sholat secara umum).

Perumpamaan "sebanyak buih di lautan" adalah kiasan untuk dosa yang sangat banyak. Janji ampunan ini memberikan harapan besar bagi setiap pendosa yang ingin kembali kepada Allah. Dengan istiqamah menjaga Sholat Dhuha, seorang hamba seolah-olah membersihkan dirinya setiap pagi, memulai hari dengan lembaran baru yang bersih di hadapan Allah SWT.

4. Dicukupi Rezekinya Sepanjang Hari

Keutamaan ini adalah salah satu yang paling populer dan sering menjadi alasan utama seseorang memulai kebiasaan Sholat Dhuha. Janji kecukupan rezeki ini datang langsung dari Allah SWT melalui hadits qudsi.

Dari Nu'aim bin Hammar Al-Ghathafani, beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: Wahai anak Adam, laksanakan untuk-Ku empat rakaat di awal siang (waktu Dhuha), niscaya Aku akan mencukupimu di akhir siang." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad).

Makna "Aku akan mencukupimu" (Akfika) sangatlah luas. Bukan hanya berarti cukup secara materi atau finansial. Para ulama menafsirkannya sebagai berikut:

Sholat Dhuha adalah bentuk tawakal yang nyata. Sebelum memulai ikhtiar duniawi, kita memulainya dengan "menemui" Sang Pemberi Rezeki terlebih dahulu. Kita pasrahkan segala urusan kepada-Nya, dan sebagai balasannya, Allah menjamin kecukupan bagi kita.

5. Mendapat Pahala Setara Haji dan Umrah Sempurna

Ini adalah salah satu keutamaan yang paling menakjubkan. Dengan sebuah amalan ringan yang dilakukan setelah Subuh, seseorang bisa mendapatkan ganjaran pahala yang setara dengan ibadah haji dan umrah yang sempurna.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang melaksanakan sholat Subuh secara berjamaah lalu ia duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan sholat dua rakaat (sholat Dhuha/Isyraq), maka baginya pahala seperti pahala haji dan umrah." Beliau melanjutkan, "Sempurna, sempurna, sempurna." (HR. Tirmidzi, dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani).

Sholat dua rakaat yang dimaksud dalam hadits ini adalah sholat Isyraq, yang merupakan bagian dari sholat Dhuha di awal waktunya. Rangkaian amalan ini—sholat Subuh berjamaah, dilanjutkan dengan berdzikir (membaca Al-Qur'an, tasbih, tahmid, dll) di tempat sholatnya hingga matahari terbit, lalu ditutup dengan sholat dua rakaat—adalah sebuah paket ibadah pagi yang bernilai sangat tinggi. Ini adalah kesempatan emas yang sangat sayang untuk dilewatkan bagi siapa saja yang merindukan pahala besar tanpa harus melakukan perjalanan jauh.

Melihat betapa agungnya keutamaan-keutamaan ini, sungguh merugi orang yang melewatkan hari-harinya tanpa Sholat Dhuha. Ia bukan hanya sekadar sholat, melainkan kunci pembuka keberkahan, perisai dari keburukan, pembersih dosa, dan penjamin kecukupan dari Yang Maha Kaya. Mari kita bertekad untuk menjadikannya sebagai kebiasaan harian, sebuah investasi abadi untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

🏠 Kembali ke Homepage