Panduan Lengkap Doa Sholat Tarawih dan Keutamaannya
Bulan Ramadan adalah anugerah terindah, sebuah madrasah spiritual yang di dalamnya terhampar lautan ampunan dan keberkahan. Salah satu amalan yang menjadi permata di malam-malam Ramadan adalah sholat Tarawih. Ibadah sunnah muakkadah ini tidak hanya menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga menjadi momen di mana setiap doa dan munajat memiliki bobot yang istimewa. Doa sholat tarawih, yang dipanjatkan dengan khusyuk di sela-sela dan akhir ibadah, adalah inti dari percakapan seorang hamba dengan Rabb-nya.
Artikel ini akan mengupas secara mendalam dan menyeluruh mengenai doa-doa yang menyertai sholat Tarawih, mulai dari niat yang menjadi pondasi, seruan bilal yang membangkitkan semangat, hingga doa kamilin yang sarat makna, dan diakhiri dengan doa penutup sholat Witir. Memahami setiap lafaz dan maknanya akan membawa kita pada tingkat kekhusyuan yang lebih tinggi, mengubah sholat Tarawih dari sekadar rutinitas menjadi sebuah perjalanan ruhani yang transformatif.
Memahami Makna dan Keutamaan Sholat Tarawih
Sholat Tarawih, secara bahasa, berasal dari kata 'tarwihah' yang berarti istirahat. Penamaan ini merujuk pada praktik para salafush shalih yang beristirahat sejenak setelah mengerjakan setiap empat rakaat. Istirahat ini bukan sekadar jeda fisik, melainkan jeda spiritual untuk merenung, berzikir, dan memanjatkan doa. Inilah esensi Tarawih: sebuah ibadah yang tenang, tidak tergesa-gesa, di mana setiap gerakan dan bacaan diresapi dengan sepenuh hati.
Keutamaannya begitu besar, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadan seraya beriman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." Hadis ini menjadi motivasi terbesar bagi umat Islam untuk menghidupkan malam-malam Ramadan dengan qiyamullail, yang manifestasi utamanya adalah sholat Tarawih.
Niat Sholat Tarawih: Gerbang Ibadah
Setiap amalan bergantung pada niatnya. Niat adalah ruh dari sebuah ibadah, yang membedakannya dari gerakan fisik semata. Niat sholat Tarawih dilafazkan di dalam hati sesaat sebelum takbiratul ihram. Meskipun melafazkannya dengan lisan tidak wajib, banyak ulama menganjurkannya untuk membantu memantapkan hati. Berikut adalah lafaz niat sholat Tarawih.
1. Niat Sholat Tarawih Sebagai Imam
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati imāman lillāhi ta‘ālā. "Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta'ala."2. Niat Sholat Tarawih Sebagai Makmum
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati ma’mūman lillāhi ta‘ālā. "Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."3. Niat Sholat Tarawih Sendirian (Munfarid)
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati lillāhi ta‘ālā. "Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala."Seruan Bilal: Pengingat dan Pembangkit Semangat
Dalam pelaksanaan sholat Tarawih berjamaah di banyak masjid di Indonesia, peran seorang bilal sangatlah sentral. Seruan atau tarqiyyah yang dikumandangkan bilal berfungsi sebagai penanda antar rakaat, pengingat keutamaan, dan pemicu shalawat dari para jamaah. Ini adalah tradisi baik (bid'ah hasanah) yang bertujuan untuk menjaga semangat jamaah selama sholat berlangsung.
Bacaan Bilal di Awal Tarawih
صَلُّوْا سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ
Shollū sunnatat tarāwīhi rak'ataini jāmi'atan rahimakumullāh. "Marilah kita sholat sunnah Tarawih dua rakaat secara berjamaah, semoga Allah merahmati kalian."Bacaan Bilal Setelah Salam (Setiap 2 Rakaat)
Biasanya, setelah salam pada rakaat kedua, keempat, dan keenam, bilal akan menyerukan shalawat atau pujian.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allāhumma shalli ‘alā sayyidinā Muhammad. "Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad."Jamaah kemudian akan menjawab serempak dengan shalawat.
صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ
Shallallāhu wa sallama ‘alayh. "Semoga Allah memberikan rahmat dan keselamatan kepadanya."Bacaan Bilal Setelah 4 Rakaat
Setelah selesai empat rakaat pertama, bilal akan menyerukan pujian kepada para Khulafaur Rasyidin.
فَضْلًا مِنَ اللهِ وَنِعْمَةً وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً، يَا تَوَّابُ يَا وَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَلْخَلِيْفَةُ اْلأُوْلَى سَيِّدُنَا أَبُوْ بَكَرْ الصِّدِيْقُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Fadhlan minallāhi wa ni'matan wa maghfiratan wa rahmatan, yā tawwābu yā wāsi'al maghfirati yā arhamar rāhimīn. Al-khalīfatul ūlā sayyidunā Abū Bakar As-Shiddīq radhiyallāhu 'anh. "Karunia dari Allah, nikmat, ampunan, dan rahmat. Wahai Yang Maha Penerima Taubat, Wahai Yang Luas Ampunan-Nya, Wahai Yang Paling Penyayang di antara para penyayang. Khalifah pertama, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq, semoga Allah meridhoinya."Praktik ini terus berlanjut dengan menyebut nama khalifah Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib setelah setiap jeda empat rakaat berikutnya.
Doa Kamilin: Puncak Munajat Setelah Tarawih
Inilah doa yang paling dinanti-nantikan, sebuah rangkaian permohonan komprehensif yang dibaca setelah sholat Tarawih selesai (sebelum atau sesudah Witir, tergantung tradisi setempat). Disebut "Kamilin" karena kalimat pertamanya memohon kesempurnaan iman. Setiap kalimat dalam doa ini adalah mutiara hikmah yang mencakup seluruh aspek kehidupan seorang muslim, dari urusan duniawi hingga persiapan menuju akhirat.
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولٰئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Allâhummaj'alnâ bil îmâni kâmilîn, wa lil farâidhi muaddîn, wa lish-shalâti hâfizhîn, wa liz-zakâti fâ'ilîn, wa limâ 'indaka thâlibîn, wa li 'afwika râjîn, wa bil-hudâ mutamassikîn, wa 'anil laghwi mu'ridhîn, wa fid-dunyâ zâhidîn, wa fil âkhirati râghibîn, wa bil-qadhâ'i râdhîn, wa lin na'mâ'i syâkirîn, wa 'alal balâ'i shâbirîn, wa tahta liwâ'i sayyidinâ muhammadin shallallâhu 'alaihi wa sallama yaumal qiyâmati sâ'irîn, wa 'alal hawdhi wâridîn, wa ilal jannati dâkhilîn, wa minan nâri nâjîn, wa 'alâ sarîril karâmati qâ'idîn, wa bi hûrin 'înim mutazawwijîn, wa min sundusin wa istabraqin wa dîbâjin mutalabbisîn, wa min tha'âmil jannati âkilîn, wa min labanin wa 'asalim mushaffan syâribîn, bi akwâbin wa abârîqa wa ka'sim mim ma'în, ma'al ladzîna an'amta 'alaihim minan nabiyyîna wash shiddîqîna wasy syuhadâ'i wash shâlihîn, wa hasuna ulâ'ika rafîqâ, dzâlikal fadhlu minallâhi wa kafâ billâhi 'alîmâ. Allâhummaj'alnâ fî hâdzihil lailatisy syahrisy syarîfatil mubârakati minas su'adâ'il maqbûlîn, wa lâ taj'alnâ minal asyqiyâ'il mardûdîn. Wa shallallâhu 'alâ sayyidinâ muhammadin wa âlihî wa shahbihî ajma'în, bi rahmatika yâ arhamar râhimîn, wal hamdu lillâhi rabbil 'âlamîn. "Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang melaksanakan kewajiban-kewajiban, yang memelihara shalat, yang menunaikan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang teguh pada petunjuk, yang berpaling dari hal sia-sia, yang zuhud di dunia, yang bersemangat untuk akhirat, yang ridha dengan qadha-Mu, yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas cobaan, dan yang berjalan di bawah panji junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ pada hari kiamat. Jadikan kami termasuk orang yang mendatangi telaga (Al-Kautsar), yang masuk ke dalam surga, yang diselamatkan dari api neraka, yang duduk di atas dipan kemuliaan, yang menikah dengan bidadari, yang mengenakan pakaian dari sutra halus dan tebal, yang memakan makanan surga, yang meminum dari susu dan madu yang murni dengan gelas, cerek, dan piala dari sumber yang mengalir. Bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah yang Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam bulan yang mulia dan penuh berkah ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima (amalannya), dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang celaka dan ditolak (amalannya). Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan sahabatnya. Dengan rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara para penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."Tadabbur Mendalam Setiap Kalimat Doa Kamilin
Mari kita selami lebih dalam makna yang terkandung dalam setiap permohonan agung ini:
"اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ" (Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya). Ini adalah permohonan pondasi. Iman yang sempurna (kamil) bukan hanya pengakuan lisan, tetapi keyakinan yang menghujam di hati dan terwujud dalam perbuatan. Iman yang membuat kita merasa diawasi Allah, cinta kepada-Nya, dan takut akan azab-Nya. Iman yang kokoh layaknya gunung, tak tergoyahkan oleh badai syubhat dan syahwat.
"وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ" (Dan yang melaksanakan kewajiban-kewajiban). Setelah iman, permohonan selanjutnya adalah kemampuan untuk menjalankan pilar-pilar Islam. Ini adalah bukti nyata dari keimanan. Sholat, puasa, zakat, dan haji adalah tiang-tiang yang menopang bangunan keislaman kita. Meminta agar menjadi orang yang 'mu'addin' (menunaikan) berarti memohon taufiq untuk menjalankannya dengan ikhlas, tepat waktu, dan sesuai tuntunan.
"وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ" (Dan yang memelihara shalat). Sholat disebut secara khusus karena kedudukannya sebagai tiang agama. Menjadi 'hafizhin' (pemelihara) sholat berarti lebih dari sekadar melaksanakannya. Ini mencakup menjaga waktunya, kekhusyu'annya, tuma'ninahnya, serta sunnah-sunnahnya. Sholat yang terpelihara akan menjadi benteng dari perbuatan keji dan munkar.
"وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ" (Dan yang menunaikan zakat). Zakat adalah pembersih harta dan jiwa. Dengan memohon menjadi 'fa'ilin' (pelaku) zakat, kita meminta agar Allah membersihkan hati kita dari sifat kikir dan cinta dunia, serta menumbuhkan empati dan kepedulian sosial terhadap sesama, terutama kaum dhuafa.
"وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ" (Dan yang mencari apa yang ada di sisi-Mu). Ini adalah permohonan untuk memiliki orientasi akhirat. Hati kita diminta untuk selalu 'thalibin' (mencari) keridhaan, pahala, dan surga yang ada di sisi Allah, bukan hanya terpaku pada gemerlap dunia yang fana. Ini adalah doa agar Allah menjadikan akhirat sebagai tujuan utama hidup kita.
"وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ" (Dan yang mengharapkan ampunan-Mu). Pengakuan atas kelemahan diri sebagai manusia yang tak luput dari dosa. Kita memposisikan diri sebagai 'rajin' (pengharap) yang senantiasa mendambakan 'afwu (maaf) dan maghfirah (ampunan) dari Allah, karena sebesar apapun amal kita, ampunan Allah jauh lebih kita butuhkan.
"وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ" (Dan yang berpegang teguh pada petunjuk). Hidayah adalah anugerah terbesar. Dalam doa ini kita memohon agar menjadi 'mutamassikin' (orang yang berpegang teguh) pada Al-Qur'an dan Sunnah, tidak mudah terombang-ambing oleh pemikiran sesat atau budaya yang bertentangan dengan syariat.
"وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ" (Dan yang berpaling dari hal sia-sia). Sebuah permohonan untuk menjaga kualitas waktu dan energi. Menjadi 'mu'ridhin' (berpaling) dari 'laghwu' (perkataan dan perbuatan tak berguna) adalah ciri orang beriman yang sukses. Waktu mereka diisi dengan zikir, fikir, dan amal shalih.
"وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ" (Yang zuhud di dunia, dan yang bersemangat untuk akhirat). Ini adalah permohonan keseimbangan yang proporsional. Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia, melainkan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan di dalam hati. Hati kita diminta untuk 'raghibin' (sangat berhasrat) pada kenikmatan abadi di akhirat.
"وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ" (Dan yang ridha dengan qadha-Mu). Puncak ketenangan jiwa adalah saat kita mampu menjadi 'radhin' (ridha) atas segala ketetapan (qadha) Allah, baik yang manis maupun yang pahit. Ridha adalah bukti tawakal dan keyakinan bahwa semua skenario Allah adalah yang terbaik bagi hamba-Nya.
"وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ" (Yang mensyukuri nikmat, dan yang sabar atas cobaan). Dua sayap keimanan. Kita memohon agar menjadi 'syakirin' (pandai bersyukur) saat lapang, dan menjadi 'shabirin' (penyabar) saat sempit. Inilah karakter muslim sejati yang selalu berada dalam kebaikan dalam kondisi apapun.
"وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ... سَائِرِيْنَ" (Dan yang berjalan di bawah panji junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ). Ini adalah permohonan untuk mendapatkan syafaat dan kebersamaan dengan Rasulullah ﷺ di hari kiamat. Berjalan di bawah panji beliau berarti diakui sebagai umatnya dan mendapat perlindungan di hari yang sangat dahsyat.
Sisa dari doa ini melukiskan dengan sangat indah tentang kenikmatan-kenikmatan surga, mulai dari meminum dari telaga Al-Kautsar, memasuki surga, diselamatkan dari neraka, hingga menikmati segala fasilitas surgawi bersama para nabi dan orang-orang shalih. Ini adalah visualisasi harapan yang menguatkan motivasi kita untuk terus beribadah.
Doa Penutup Sholat Witir
Sholat Tarawih biasanya ditutup dengan sholat Witir. Setelah salam sholat Witir, disunnahkan untuk membaca zikir dan doa. Doa ini mengandung pujian agung kepada Allah dan permohonan perlindungan dari murka-Nya.
Zikir Setelah Witir
Dibaca sebanyak tiga kali, dengan suara dikeraskan pada bacaan ketiga.
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
Subhānal malikil quddūs. "Maha Suci Raja Yang Maha Suci."Doa Lengkap Setelah Witir
اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْـأَلُكَ اِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَاءَ عَنِ النَّاسِ. اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Allâhumma innâ nas'aluka îmânan dâ'imâ, wa nas'aluka qalban khâsyi'â, wa nas'aluka 'ilman nâfi'â, wa nas'aluka yaqînan shâdiqâ, wa nas'aluka 'amalan shâlihâ, wa nas'aluka dînan qayyimâ, wa nas'aluka khairan katsîrâ, wa nas'alukal 'afwa wal 'âfiyah, wa nas'aluka tamâmal 'âfiyah, wa nas'alukasy syukra 'alal 'âfiyah, wa nas'alukal ghinâ'a 'anin nâs. Allâhumma rabbanâ taqabbal minnâ shalâtanâ wa shiyâmanâ wa qiyâmanâ wa takhasysyu'anâ wa tadharru'anâ wa ta'abbudanâ wa tammim taqshîranâ yâ Allâh yâ arhamar râhimîn. Wa shallallâhu 'alâ khairi khalqihî sayyidinâ muhammadin wa 'alâ âlihî wa shahbihî ajma'îna, walhamdu lillâhi rabbil 'âlamîn. "Ya Allah, kami memohon kepada-Mu iman yang langgeng, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang saleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan afiat, kami memohon kepada-Mu kesempurnaan afiat, kami memohon kepada-Mu syukur atas afiat, dan kami memohon kepada-Mu kecukupan dari manusia. Ya Allah, Tuhan kami, terimalah dari kami shalat kami, puasa kami, qiyam kami, kekhusyukan kami, kerendahan hati kami, ibadah kami, dan sempurnakanlah kekurangan kami, ya Allah, ya Maha Penyayang di antara para penyayang. Semoga rahmat Allah tercurah atas sebaik-baik makhluk-Nya, junjungan kami Muhammad, keluarga, dan seluruh sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."Doa ini merupakan penutup yang sempurna, memohon agar seluruh rangkaian ibadah kita di malam itu—shalat, puasa, dan qiyam—diterima oleh Allah SWT, serta menyempurnakan segala kekurangan yang mungkin ada di dalamnya.
Mengoptimalkan Momen Berdoa di Malam Ramadan
"Doa adalah senjata orang beriman, tiang agama, serta cahaya langit dan bumi."
Sholat Tarawih adalah panggung utama untuk memanjatkan doa. Selain doa-doa yang telah disebutkan, jangan ragu untuk menyelipkan doa-doa pribadi dalam sujud-sujud kita. Gunakan bahasa yang paling kita pahami, curahkan segala isi hati, keluh kesah, harapan, dan cita-cita. Malam-ramalam Ramadan, terutama di sepertiga malam terakhir, adalah waktu yang mustajab.
Dengan memahami setiap lafaz doa sholat tarawih, kita tidak lagi hanya menjadi pembaca, tetapi menjadi seorang pemohon yang tulus. Ibadah kita menjadi lebih hidup, lebih bermakna, dan lebih terhubung dengan Sang Pencipta. Semoga Allah SWT menerima setiap rakaat, setiap sujud, dan setiap doa yang kita panjatkan di bulan yang suci ini, dan menjadikan kita kembali fitrah di hari kemenangan. Aamiin ya Rabbal 'alamin.