Membedah Makna dan Bacaan Doa Tahiyat Akhir Sesuai Tuntunan Muhammadiyah
Shalat adalah tiang agama, sebuah dialog suci antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Setiap gerakan dan bacaan di dalamnya memiliki makna yang mendalam dan esensial. Salah satu rukun terpenting dalam shalat adalah duduk tasyahud akhir, atau yang lebih dikenal sebagai tahiyat akhir. Momen ini merupakan penutup dari rangkaian ibadah shalat, di mana seorang muslim memanjatkan serangkaian pujian, pengakuan, shalawat, dan doa perlindungan yang sangat komprehensif.
Bagi warga Muhammadiyah, bacaan dan amalan dalam ibadah merujuk pada Himpunan Putusan Tarjih (HPT), yang merupakan hasil kajian mendalam terhadap dalil-dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih. Bacaan doa tahiyat akhir yang dianjurkan bukanlah tanpa dasar, melainkan bersandar kuat pada hadits-hadits Rasulullah SAW yang paling otentik. Artikel ini akan mengupas tuntas bacaan doa tahiyat akhir menurut pandangan Tarjih Muhammadiyah, lengkap dengan teks Arab, latin, terjemahan, serta penelusuran makna mendalam di setiap kalimatnya.
Kedudukan Tasyahud Akhir dalam Struktur Shalat
Sebelum menyelami bacaan doanya, penting untuk memahami kedudukan tasyahud akhir dalam shalat. Tasyahud akhir, termasuk duduk dan bacaannya, merupakan salah satu rukun shalat. Rukun adalah pilar atau bagian inti dari suatu ibadah yang jika ditinggalkan, baik sengaja maupun tidak sengaja, maka ibadah tersebut menjadi tidak sah dan harus diulang. Ini menunjukkan betapa vitalnya posisi tasyahud akhir.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." Tuntunan ini bersifat mutlak, mencakup semua gerakan dan bacaan dari takbiratul ihram hingga salam. Dalam praktik shalat yang dicontohkan oleh Nabi, beliau tidak pernah meninggalkan tasyahud akhir. Oleh karena itu, melaksanakannya dengan benar, baik dari segi gerakan duduk (tawarruk) maupun bacaannya, adalah sebuah keharusan untuk menyempurnakan shalat.
Momen ini lebih dari sekadar formalitas penutup. Ia adalah puncak perenungan, di mana seorang hamba memperbarui kesaksian imannya, mengirimkan salam penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW, mendoakan keberkahan bagi diri sendiri dan seluruh hamba Allah yang shalih, serta memohon perlindungan dari empat fitnah terbesar yang dapat menimpa seorang manusia. Memahami setiap untaian katanya akan mengubah rutinitas menjadi sebuah dialog yang penuh kekhusyuan.
Bacaan Lengkap Doa Tahiyat Akhir Sesuai HPT Muhammadiyah
Berikut adalah bacaan doa tahiyat akhir yang menjadi pegangan dalam tuntunan shalat Muhammadiyah, yang dirangkum dari hadits-hadits shahih, terutama hadits riwayat Abdullah bin Mas'ud, Abu Hurairah, dan lainnya.
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Attahiyyâtu lillâhi wash-shalawâtu wath-thayyibât. Assalâmu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullâhi wa barakâtuh. Assalâmu ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâhish-shâlihîn. Asyhadu an lâ ilâha illallâh, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasûluh. "Segala penghormatan, ibadah, dan kebaikan hanyalah milik Allah. Semoga kesejahteraan tercurah atasmu, wahai Nabi, beserta rahmat dan berkah-Nya. Semoga kesejahteraan tercurah pula atas kami dan atas seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّdٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ shallaita ‘alâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli Ibrâhîm, innaka hamîdun majîd. Allâhumma bârik ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli Ibrâhîm, innaka hamîdun majîd. "Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, limpahkanlah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Allâhumma innî a‘ûdzu bika min ‘adzâbil qabri, wa min ‘adzâbi jahannam, wa min fitnatil mahyâ wal mamât, wa min syarri fitnatil masîhid dajjâl. "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dari siksa neraka Jahannam, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."
Tafsir dan Makna Mendalam Setiap Kalimat Doa Tahiyat Akhir
Untuk mencapai kekhusyuan, memahami setiap kata yang kita ucapkan adalah kuncinya. Mari kita bedah makna yang terkandung dalam doa agung ini kalimat per kalimat.
1. Pujian Tertinggi Hanya untuk Allah (Attahiyat)
"التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ" (Attahiyyâtu lillâhi wash-shalawâtu wath-thayyibât)
Kalimat pembuka ini adalah deklarasi tauhid yang murni. Kita mengawali dialog dengan menegaskan bahwa segala bentuk penghormatan dan pengagungan mutlak hanya milik Allah SWT.
- Attahiyyat (التَّحِيَّاتُ): Berasal dari kata 'hayyah' yang berarti kehidupan. Dalam konteks ini, ia memiliki makna yang luas, mencakup segala bentuk penghormatan, pujian, kemuliaan, keagungan, dan kekekalan. Semua itu kita persembahkan hanya untuk Allah, Sang Pemilik Kehidupan.
- Wash-Shalawat (وَالصَّلَوَاتُ): Jamak dari kata 'shalat' yang berarti doa atau ibadah. Ini adalah pengakuan bahwa segala bentuk ibadah dan doa yang kita lakukan, pada hakikatnya, bertujuan untuk mengagungkan Allah. Tidak ada ibadah yang boleh ditujukan kepada selain-Nya.
- Wath-Thayyibat (وَالطَّيِّبَاتُ): Jamak dari kata 'thayyib' yang berarti baik. Maknanya adalah segala sesuatu yang baik, entah itu ucapan, perbuatan, maupun sifat, semuanya layak disandarkan hanya kepada Allah Yang Maha Baik. Dia adalah sumber dari segala kebaikan.
2. Salam kepada Sang Teladan (Assalamu ‘alaika Ayyuhan-Nabiyyu)
"السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ" (Assalâmu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullâhi wa barakâtuh)
Setelah mengagungkan Allah, kita beralih untuk menyampaikan salam penghormatan kepada Rasulullah SAW. Kalimat ini memiliki sejarah yang istimewa, konon ini adalah dialog yang terjadi antara Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW saat peristiwa Mi'raj. Ketika Nabi Muhammad mengucapkan "Attahiyyat...", Allah menjawabnya dengan salam ini.
- Assalamu ‘alaika (السَّلَامُ عَلَيْكَ): "Semoga keselamatan tercurah atasmu." Ini bukan sekadar sapaan, tetapi doa agar Nabi senantiasa dilindungi dan diselamatkan oleh Allah dari segala hal yang tidak baik.
- Ayyuhan-Nabiyyu (أَيُّهَا النَّبِيُّ): "Wahai Nabi." Panggilan yang penuh hormat dan cinta kepada utusan Allah.
- Wa rahmatullahi wa barakatuh (وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ): "Beserta rahmat dan berkah-Nya." Kita juga memohonkan curahan rahmat (kasih sayang) dan barakah (kebaikan yang terus bertambah) dari Allah untuk beliau.
3. Salam Universal untuk Umat (Assalamu ‘alainâ)
"السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ" (Assalâmu ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâhish-shâlihîn)
Dari salam yang spesifik kepada Nabi, doa ini meluas menjadi doa universal. Ini menunjukkan indahnya ajaran Islam yang tidak hanya mementingkan diri sendiri.
- Assalamu ‘alainâ (السَّلَامُ عَلَيْنَا): "Semoga keselamatan tercurah atas kami." 'Kami' di sini mencakup diri kita sendiri yang sedang shalat dan juga malaikat yang menyertai kita.
- Wa ‘alâ ‘ibâdillâhish-shâlihîn (وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ): "Dan atas seluruh hamba Allah yang shalih." Doa ini mencakup setiap hamba Allah yang shalih, di mana pun mereka berada, baik di langit maupun di bumi, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. Ini adalah manifestasi dari persaudaraan (ukhuwah) Islamiyah yang melintasi batas ruang dan waktu. Ketika kita mengucapkannya, kita sedang mendoakan keselamatan bagi jutaan saudara seiman kita di seluruh dunia.
4. Ikrar Tauhid dan Kerasulan (Syahadat)
"أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ" (Asyhadu an lâ ilâha illallâh, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasûluh)
Ini adalah jantung dari keimanan seorang muslim. Setelah memuji Allah dan bershalawat, kita memperbarui persaksian iman kita.
- Asyhadu an lâ ilâha illallâh (أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ): "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah." Ini adalah penegasan kembali konsep tauhid uluhiyah, bahwa satu-satunya Dzat yang layak menerima segala bentuk peribadatan hanyalah Allah. Kesaksian ini bukan sekadar ucapan lisan, melainkan keyakinan yang tertanam dalam hati dan diwujudkan dalam perbuatan.
- Wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasûluh (وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ): "Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya." Persaksian ini memiliki dua unsur penting. Pertama, mengakui Muhammad sebagai ‘abduhu (hamba-Nya), yang menempatkan beliau pada posisi manusia biasa, mencegah kita dari pengkultusan atau penyembahan yang berlebihan. Kedua, mengakui beliau sebagai rasûluh (utusan-Nya), yang berarti kita wajib meyakini, mencintai, dan mengikuti ajaran yang beliau bawa.
5. Doa Shalawat Ibrahimiyah
"اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ..." (Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad...)
Bagian ini dikenal sebagai Shalawat Ibrahimiyah dan dianggap sebagai bentuk shalawat yang paling utama dan lengkap. Kita memohon kepada Allah, bukan kepada Nabi, untuk melimpahkan pujian dan kemuliaan kepada Nabi Muhammad SAW.
- Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad: "Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga/pengikut Muhammad." Kata 'shalawat' dari Allah kepada Nabi berarti pujian dan sanjungan-Nya di hadapan para malaikat-Nya. 'Ali Muhammad' memiliki makna luas, mencakup keluarga dekat beliau dan juga seluruh pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
- Kamâ shallaita ‘alâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli Ibrâhîm: "Sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim." Mengapa kita menyandingkan Nabi Muhammad dengan Nabi Ibrahim? Ini menunjukkan kesinambungan risalah tauhid. Nabi Ibrahim adalah bapak para nabi dan leluhur Nabi Muhammad. Dengan menyebutnya, kita mengakui bahwa ajaran yang dibawa Muhammad adalah penyempurna dari ajaran tauhid yang telah dibawa oleh para nabi sebelumnya.
- Innaka hamîdun majîd: "Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia." Sebuah penutup yang mengafirmasi sifat-sifat Allah. Hamid (Maha Terpuji) karena segala perbuatan-Nya sempurna, dan Majid (Maha Mulia) karena keagungan Dzat-Nya.
6. Permohonan Perlindungan dari Empat Perkara Besar
"اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ..." (Allâhumma innî a‘ûdzu bika...)
Inilah puncak dari doa di akhir shalat, sebuah permohonan perlindungan yang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW. Beliau memerintahkan kita untuk membacanya di setiap tasyahud akhir. Doa ini mencakup perlindungan dari fitnah dunia dan akhirat.
- Min ‘adzâbil qabri (مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ): "Dari siksa kubur." Ini adalah permohonan pertama dan menunjukkan betapa pentingnya meyakini adanya kehidupan di alam barzakh. Siksa kubur adalah nyata, dan berlindung darinya adalah prioritas bagi seorang mukmin.
- Wa min ‘adzâbi jahannam (وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ): "Dan dari siksa neraka Jahannam." Ini adalah puncak kengerian di akhirat. Memohon perlindungan dari neraka adalah tujuan utama setelah meraih ridha Allah dan surga-Nya. Ini mencerminkan rasa takut (khauf) kita kepada azab Allah yang dahsyat.
- Wa min fitnatil mahyâ wal mamât (وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ): "Dan dari fitnah kehidupan dan kematian." Fitnah di sini berarti ujian, cobaan, dan godaan.
- Fitnah kehidupan (al-mahya) mencakup segala ujian yang bisa menyesatkan manusia, seperti godaan harta, tahta, wanita, syubhat (kerancuan pemikiran), dan syahwat.
- Fitnah kematian (al-mamât) mencakup ujian berat saat sakaratul maut, seperti godaan setan untuk kufur di akhir hayat dan beratnya proses pencabutan nyawa.
- Wa min syarri fitnatil masîhid dajjâl (وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ): "Dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal." Rasulullah SAW menyebut fitnah Dajjal sebagai fitnah terbesar sejak diciptakannya Nabi Adam hingga hari kiamat. Dajjal akan datang dengan membawa berbagai macam tipu daya luar biasa untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah. Dengan memohon perlindungan dari fitnah ini di setiap shalat, kita berharap Allah akan menjaga iman kita jika kita hidup di zaman tersebut atau di zaman yang mendekatinya.
Dalil dan Landasan Hadits Pilihan Tarjih Muhammadiyah
Pilihan bacaan tahiyat akhir oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah tidaklah asal-asalan. Pilihan ini didasarkan pada prinsip memilih dalil yang paling kuat (rajih) dan otentik. Landasan utama bacaan ini adalah kombinasi dari beberapa hadits shahih.
Untuk bagian tasyahud awal hingga syahadat, dalil utamanya adalah hadits yang sangat masyhur dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu. Beliau berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajariku tasyahud sebagaimana beliau mengajariku surat dari Al-Qur'an, sementara telapak tanganku berada di antara kedua telapak tangan beliau: (kemudian Ibnu Mas'ud menyebutkan bacaan tasyahud hingga syahadatain)." (HR. Bukhari no. 6265 dan Muslim no. 402).
Adapun untuk bagian shalawat, tuntunannya merujuk pada hadits dari Ka'ab bin 'Ujrah radhiyallahu 'anhu. Para sahabat bertanya kepada Nabi, "Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui bagaimana cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana kami bershalawat kepadamu?" Beliau menjawab, "Ucapkanlah: 'Allahumma shalli ‘ala Muhammad... (hingga akhir shalawat Ibrahimiyah)'." (HR. Bukhari no. 3370 dan Muslim no. 406).
Sementara untuk doa perlindungan dari empat perkara, dasarnya adalah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, di mana Rasulullah SAW bersabda: "Apabila salah seorang di antara kalian telah selesai dari tasyahud akhir, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dari empat perkara: dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal." (HR. Muslim no. 588).
Dengan menggabungkan dalil-dalil yang shahih ini, Majelis Tarjih merumuskan satu rangkaian bacaan tahiyat akhir yang komprehensif, kuat landasannya, dan mencakup semua unsur penting: pujian, salam, syahadat, shalawat, dan doa perlindungan.
Penutup: Menghayati Momen Emas di Akhir Shalat
Tasyahud akhir adalah momen emas, sebuah kesempatan berharga untuk berdialog secara intim dengan Allah SWT sebelum mengakhiri shalat. Bacaan yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW dan menjadi pegangan Muhammadiyah ini bukanlah sekadar rangkaian kata tanpa makna. Ia adalah sebuah struktur doa yang sempurna: dimulai dengan pengagungan total kepada Allah, dilanjutkan dengan penghormatan kepada Nabi dan seluruh umat, diperbarui dengan ikrar iman, disempurnakan dengan shalawat termulia, dan ditutup dengan permohonan perlindungan dari ancaman terbesar bagi iman seorang hamba.
Dengan memahami dan menghayati setiap kalimatnya, semoga shalat kita tidak lagi menjadi rutinitas mekanis. Semoga setiap tasyahud akhir yang kita lakukan menjadi momen perenungan yang mendalam, memperkuat tauhid, menumbuhkan cinta kepada Rasul, mempererat ikatan dengan sesama muslim, dan membentengi diri kita dari segala fitnah yang mengancam dunia dan akhirat kita. Inilah esensi dari shalat yang khusyu', yang mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, serta mengantarkan seorang hamba menuju derajat takwa yang tertinggi.