Sholat Dhuha adalah permata di pagi hari, sebuah kesempatan emas yang Allah SWT berikan kepada hamba-Nya untuk memulai hari dengan keberkahan, ketenangan, dan harapan. Ia adalah sholatnya orang-orang yang kembali kepada Allah (awwabin). Namun, keindahan sholat Dhuha tidak berhenti pada gerakan dan bacaan di dalamnya saja. Momen setelah salam, ketika jiwa masih terhubung erat dengan Sang Pencipta, adalah waktu yang mustajab untuk memanjatkan dzikir dan doa. Dzikir sesudah sholat Dhuha bukanlah sekadar rutinitas, melainkan sebuah dialog mendalam, ungkapan syukur, permohonan ampun, dan penyerahan total atas segala urusan, terutama yang berkaitan dengan rezeki.
Meluangkan waktu sejenak untuk berdzikir setelah Dhuha adalah cara kita menyempurnakan ibadah ini. Ini adalah momen untuk mengakui kebesaran Allah, mengakui bahwa segala keindahan, kekuatan, dan kekuasaan hanyalah milik-Nya. Dalam untaian dzikir dan doa tersebut, tersimpan permohonan yang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, yaitu permohonan kelancaran rezeki. Artikel ini akan mengupas tuntas bacaan dzikir sesudah sholat Dhuha, menyelami makna yang terkandung di dalamnya, serta membahas amalan-amalan lain yang dapat menyempurnakan ibadah pagi kita.
Doa Utama Sesudah Sholat Dhuha: Sebuah Pengakuan Total
Ada satu doa yang sangat masyhur dan dianjurkan untuk dibaca setelah menunaikan sholat Dhuha. Doa ini bukan sekadar permintaan, melainkan sebuah deklarasi tauhid yang agung, di mana kita mengembalikan segala sifat kesempurnaan hanya kepada Allah SWT.
اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَآؤُكَ، وَالْبَهَآءَ بَهَآؤُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ
Allahumma innad-duhaa'a duhaa'uka, wal-bahaa'a bahaa'uka, wal-jamaala jamaaluka, wal-quwwata quwwatuka, wal-qudrata qudratuka, wal-'ismata 'ismatuka.
"Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha ini adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, dan perlindungan adalah perlindungan-Mu."
Membedah Makna di Balik Setiap Kalimat
Setiap frasa dalam doa ini memiliki kedalaman makna yang luar biasa, mengajarkan kita untuk melihat dunia melalui kacamata tauhid.
- "Sesungguhnya waktu dhuha ini adalah waktu dhuha-Mu": Ini adalah pengakuan awal yang paling fundamental. Kita mengakui bahwa waktu yang kita gunakan untuk beribadah ini bukanlah milik kita, melainkan anugerah dari Allah. Waktu Dhuha yang cerah, hangat, dan penuh harapan adalah manifestasi dari rahmat-Nya. Pengakuan ini melatih kita untuk tidak sombong atas amal ibadah yang kita lakukan, karena sejatinya semua terjadi atas izin dan karunia-Nya.
- "Keagungan adalah keagungan-Mu": Saat matahari meninggi, memancarkan cahayanya yang agung, kita diingatkan bahwa sumber segala keagungan (Al-Bahaa') hanyalah Allah. Keagungan gunung, luasnya lautan, megahnya bangunan, semuanya hanyalah percikan kecil dari keagungan-Nya. Dzikir ini membersihkan hati dari kekaguman yang salah alamat, mengembalikannya hanya kepada Sang Maha Agung.
- "Keindahan adalah keindahan-Mu": Dunia penuh dengan keindahan (Al-Jamaal). Indahnya bunga yang mekar, merdunya kicau burung, eloknya pemandangan alam. Kalimat ini mengajarkan kita bahwa semua keindahan itu bersumber dari Allah, Al-Jamil (Yang Maha Indah). Dengan mengucapkannya, kita melatih diri untuk melihat jejak-jejak keindahan Allah dalam setiap ciptaan-Nya, sehingga seluruh alam semesta menjadi media untuk berdzikir.
- "Kekuatan adalah kekuatan-Mu": Manusia seringkali merasa kuat dengan jabatan, harta, atau fisik yang dimilikinya. Dzikir ini adalah pengingat telak bahwa kekuatan sejati (Al-Quwwah) hanyalah milik Allah, Al-Qawiy (Yang Maha Kuat). Kekuatan yang kita miliki hanyalah titipan yang sangat terbatas. Pengakuan ini menumbuhkan sifat tawadhu (rendah hati) dan menjauhkan kita dari kesombongan.
- "Kekuasaan adalah kekuasaan-Mu": Begitu pula dengan kekuasaan (Al-Qudrah). Kemampuan kita untuk melakukan sesuatu, merencanakan, dan mengeksekusi, semua itu berasal dari kekuasaan Allah. Tanpa qudrah dari-Nya, kita tidak akan mampu menggerakkan satu jari pun. Ini adalah penyerahan total, mengakui bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan selalu bergantung pada kekuasaan-Nya.
- "Dan perlindungan adalah perlindungan-Mu": Hidup ini penuh dengan ujian, godaan, dan marabahaya. Kita memohon perlindungan (Al-'Ismah) dari Allah. Hanya Dia yang mampu menjaga kita dari tergelincir dalam dosa, dari kejahatan makhluk, dan dari segala keburukan. Ini adalah permohonan agar Allah menjaga iman dan takwa kita, yang merupakan perlindungan terbaik di dunia dan akhirat.
Permohonan Rezeki: Puncak Harapan Seorang Hamba
Setelah mengakui segala keagungan Allah, doa ini berlanjut ke bagian yang sangat menyentuh kebutuhan dasar manusia: permohonan rezeki. Bagian ini menunjukkan betapa Islam adalah agama yang seimbang, memperhatikan urusan duniawi sebagai jembatan menuju akhirat.
اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِى اْلأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ، آتِنِيْ مَا أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Allahumma in kaana rizqii fis-samaa'i fa anzilhu, wa in kaana fil-ardi fa akhrijhu, wa in kaana mu'siran fa yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahhirhu, wa in kaana ba'iidan fa qarribhu, bi haqqi duhaa'ika wa bahaa'ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa aataita 'ibaadakash-shalihin.
"Ya Allah, jika rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, jika berada di dalam bumi maka keluarkanlah, jika sukar maka mudahkanlah, jika haram maka sucikanlah, jika jauh maka dekatkanlah, dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih."
Menyelami Makna Permohonan Rezeki yang Komprehensif
Doa ini mencakup segala aspek dan kemungkinan tentang rezeki. Ini bukan hanya meminta uang, tetapi meminta rezeki yang baik, halal, dan mudah didapat dari sumber manapun yang Allah kehendaki.
- "Jika rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah": Rezeki "di langit" dapat dimaknai sebagai rezeki yang belum terlihat, yang datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Ini adalah permohonan untuk dibukakan pintu-pintu rezeki yang ghaib, seperti inspirasi, peluang baru, atau pertolongan tak terduga yang turun laksana hujan rahmat.
- "Jika berada di dalam bumi maka keluarkanlah": Ini merujuk pada rezeki yang didapat melalui usaha dan ikhtiar di bumi. Baik itu dari hasil pertanian, perdagangan, pekerjaan kantor, atau keahlian yang kita miliki. Kita memohon agar Allah memberkahi usaha kita dan mengeluarkan hasil terbaik dari jerih payah kita di muka bumi.
- "Jika sukar maka mudahkanlah": Setiap orang pernah mengalami kesulitan dalam mencari nafkah. Mungkin bisnis sedang lesu, proyek terhambat, atau pekerjaan terasa sangat berat. Kalimat ini adalah permohonan tulus agar Allah mengangkat segala kesulitan (mu'siran) dan menggantinya dengan kemudahan (yassirhu). Ini adalah pengakuan bahwa hanya Allah yang mampu melancarkan segala urusan.
- "Jika haram maka sucikanlah": Ini adalah permohonan yang sangat penting, menunjukkan kualitas iman seseorang. Kita tidak hanya meminta rezeki, tetapi rezeki yang suci dan halal (thahir). Kita memohon perlindungan dari pendapatan yang syubhat apalagi haram. Jika tanpa sadar ada bagian haram yang tercampur dalam rezeki kita, kita memohon agar Allah mensucikannya dan menunjukkan jalan yang benar.
- "Jika jauh maka dekatkanlah": Terkadang, peluang rezeki terlihat begitu jauh dan sulit dijangkau. Mungkin kesempatan kerja di kota lain, atau klien potensial di negara seberang. Dengan doa ini, kita memohon agar Allah, dengan kuasa-Nya, mendekatkan (qarribhu) yang jauh itu, menghilangkan rintangan jarak dan waktu.
- "Dengan kebenaran dhuha-Mu... berikanlah kepadaku...": Di akhir doa, kita bertawassul (menggunakan perantara) dengan sifat-sifat keagungan Allah yang telah kita akui di awal. Seolah-olah kita berkata, "Ya Allah, demi keagungan waktu Dhuha-Mu, demi keindahan dan kekuatan-Mu, kabulkanlah permohonan kami." Ini adalah puncak dari adab berdoa, memuji Allah sebelum meminta. Dan permintaan puncaknya adalah agar kita diberi apa yang telah Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang shalih, yaitu keberkahan, kecukupan, dan rezeki yang membawa pada ketaatan, bukan kelalaian.
Amalan Dzikir Tambahan untuk Menyempurnakan Dhuha
Selain doa utama di atas, sangat dianjurkan untuk melengkapinya dengan dzikir-dzikir umum yang biasa dibaca setelah sholat fardhu. Ini akan menambah bobot pahala dan memperkuat koneksi spiritual kita. Konsistensi dalam mengamalkan dzikir-dzikir ini akan memberikan dampak ketenangan yang luar biasa dalam jiwa.
1. Membaca Istighfar (100 kali)
Memulai dzikir dengan permohonan ampun adalah adab yang sangat baik. Sholat Dhuha sering disebut sebagai pengganti sedekah bagi seluruh sendi di tubuh kita, dan istighfar membersihkan jiwa dari noda-noda dosa yang mungkin menghalangi turunnya rahmat dan rezeki.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
Astaghfirullahal 'adzim.
"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."
Atau bisa juga dengan bacaan Sayyidul Istighfar yang memiliki keutamaan luar biasa. Merutinkan istighfar adalah salah satu kunci pembuka pintu rezeki, sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur'an.
2. Tasbih, Tahmid, dan Takbir (Masing-masing 33 kali)
Ini adalah dzikir ringan di lisan namun berat di timbangan amal. Rangkaian dzikir ini adalah bentuk pujian dan pengagungan tertinggi kepada Allah SWT.
- Tasbih (سُبْحَانَ اللهِ - Subhanallah): "Maha Suci Allah". Dengan membacanya 33 kali, kita mensucikan Allah dari segala sifat kekurangan dan dari segala sesuatu yang tidak layak bagi-Nya. Kita mengakui kesempurnaan-Nya yang mutlak.
- Tahmid (اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ - Alhamdulillah): "Segala puji bagi Allah". Dengan membacanya 33 kali, kita mengungkapkan rasa syukur atas segala nikmat yang tak terhitung jumlahnya, mulai dari nikmat iman, kesehatan, hingga kesempatan untuk bisa melaksanakan sholat Dhuha itu sendiri.
- Takbir (اَللهُ أَكْبَرُ - Allahu Akbar): "Allah Maha Besar". Dengan membacanya 33 kali, kita menegaskan bahwa Allah lebih besar dari segala masalah kita, lebih besar dari segala kekhawatiran kita, dan lebih besar dari segala harapan duniawi kita. Ini memberikan kekuatan dan optimisme.
3. Ditutup dengan Tahlil
Untuk menggenapkan hitungan menjadi seratus, rangkaian dzikir di atas disempurnakan dengan kalimat tauhid.
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai'in qadir.
"Tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Rasulullah SAW bersabda bahwa barangsiapa yang membaca dzikir ini setelah sholat, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.
4. Membaca Ayat Kursi
Ayat Kursi (Al-Baqarah: 255) adalah ayat teragung dalam Al-Qur'an. Membacanya setelah sholat, termasuk sholat Dhuha, memiliki keutamaan untuk mendapatkan perlindungan dari Allah SWT hingga waktu sholat berikutnya. Ayat ini menegaskan keesaan, kekuasaan, dan ilmu Allah yang meliputi langit dan bumi, memberikan rasa aman dan tentram bagi siapa saja yang membacanya dengan penuh penghayatan.
5. Memperbanyak Shalawat Nabi
Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah langsung dari Allah. Bershalawat adalah bentuk cinta dan penghormatan kita kepada Rasulullah, dan menjadi sebab turunnya rahmat Allah. Salah satu manfaat terbesar dari shalawat adalah dikabulkannya doa. Mengiringi doa Dhuha kita dengan shalawat akan memperbesar kemungkinan doa tersebut diijabah oleh Allah SWT.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad.
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad."
Menjadikan Dzikir Dhuha Sebagai Gaya Hidup
Inti dari dzikir sesudah sholat Dhuha adalah membangun koneksi yang kuat dan konsisten dengan Allah di awal hari. Ini bukan sekadar ritual mekanis, tetapi sebuah proses internalisasi makna yang mengubah cara pandang kita terhadap dunia, rezeki, dan kehidupan itu sendiri.
Konsistensi adalah Kunci
Melaksanakan sholat Dhuha dua rakaat dan berdzikir sesudahnya secara rutin jauh lebih baik daripada melaksanakan dua belas rakaat tetapi hanya sesekali. Istiqomah atau konsistensi adalah amalan yang paling dicintai oleh Allah. Jadikan beberapa menit setelah sholat Dhuha sebagai "waktu emas" Anda bersama Allah. Matikan gangguan, fokuskan hati, dan resapi setiap kata yang terucap.
Memahami Konsep Rezeki yang Luas
Dzikir Dhuha mengajarkan kita bahwa rezeki bukan hanya materi. Kesehatan adalah rezeki. Ketenangan jiwa adalah rezeki. Keluarga yang harmonis adalah rezeki. Ilmu yang bermanfaat adalah rezeki. Teman yang shalih adalah rezeki. Kemudahan untuk beribadah adalah rezeki. Dengan memahami ini, kita akan menjadi hamba yang lebih bersyukur dan tidak mudah putus asa ketika rezeki dalam bentuk materi terasa sempit.
Penutup: Gerbang Keberkahan di Pagi Hari
Dzikir sesudah sholat Dhuha adalah paket lengkap. Ia dimulai dengan pengagungan dan pengakuan total atas kebesaran Allah, dilanjutkan dengan permohonan yang komprehensif atas kebutuhan duniawi (rezeki), dan disempurnakan dengan dzikir-dzikir pembersih dosa dan penenang jiwa. Mengamalkannya secara rutin adalah seperti membuka gerbang keberkahan di pagi hari, mengundang rahmat Allah untuk menyertai setiap langkah kita sepanjang hari. Semoga kita semua dimampukan untuk senantiasa menghidupkan sunnah yang mulia ini.