Kajian Ngawur: Menguak Filosofi Absurditas Sehari-hari dan Segala Sisi Kehidupan yang Tak Terduga
Dalam lanskap pemikiran manusia yang serba terstruktur, terdefinisi, dan terkadang terlalu serius, ada sebuah wilayah abu-abu yang seringkali terabaikan, namun memiliki daya tarik dan relevansi yang luar biasa: domain 'ngawur'. Kata 'ngawur' sendiri, dalam khazanah bahasa Indonesia, merujuk pada tindakan atau ucapan yang sembrono, tanpa dasar yang jelas, asal-asalan, atau bahkan tidak masuk akal. Namun, di balik konotasi negatif yang melekat, apakah kita pernah berhenti sejenak untuk merenungkan potensi filosofis, sosiologis, bahkan eksistensial dari 'ngawur' itu sendiri? Artikel ini akan mencoba menyelami kedalaman, atau mungkin justru kekosongan, dari konsep 'ngawur' dengan pendekatan yang, tentu saja, mungkin agak ngawur pula.
Mari kita mulai dengan definisi yang lebih fleksibel. 'Ngawur' bukanlah sekadar kesalahan atau ketidakakuratan. Ia lebih dari itu. 'Ngawur' adalah sebuah manifestasi dari kebebasan berpikir yang melampaui batas-batas logika konvensional, sebuah ekspresi spontanitas yang tidak peduli pada ekspektasi, dan terkadang, sebuah katup pelepas tekanan dari tuntutan rasionalitas yang tak henti-hentinya. Ia bisa muncul dalam tawa lepas yang tiba-tiba, dalam jawaban yang tak terduga dalam sebuah diskusi serius, atau bahkan dalam sebuah keputusan hidup yang diambil tanpa pertimbangan matang namun entah bagaimana berakhir bahagia.
Di era modern yang dipenuhi algoritma, data besar, dan optimasi, 'ngawur' seringkali dianggap sebagai anomali, sebuah bug dalam sistem yang harus diperbaiki. Namun, bukankah justru di sanalah letak keunikan dan nilai intrinsiknya? Dalam dunia yang semakin homogen, 'ngawur' bisa menjadi secercah warna yang menonjol, sebuah melodi disonan yang justru menyegarkan telinga yang jenuh dengan harmoni yang terlalu sempurna.
Ngawur sebagai Bentuk Perlawanan
Di balik kerapian dan keteraturan yang dituntut oleh masyarakat modern, ada bisikan-bisikan 'ngawur' yang kadang muncul sebagai bentuk perlawanan diam-diam. Ketika setiap langkah diukur, setiap perkataan ditimbang, dan setiap tindakan harus memiliki tujuan yang jelas, 'ngawur' menjadi semacam oase mental. Ia adalah hak istimewa untuk tidak tahu, untuk tidak peduli, untuk sekadar 'ada' tanpa harus 'menjadi sesuatu' yang produktif atau berguna dalam kacamata konvensional.
Coba kita bayangkan. Sebuah rapat penting, semua orang serius, presentasi berjalan lancar, grafik-grafik memenuhi layar. Tiba-tiba, seseorang melontarkan ide yang sama sekali tidak relevan, absurd, atau bahkan aneh. Reaksi awalnya mungkin cemooh, tawa, atau kebingungan. Namun, terkadang, dari 'kengawuran' itulah muncul perspektif baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Sebuah solusi out-of-the-box yang justru memecahkan masalah pelik, atau setidaknya, mengubah suasana tegang menjadi lebih santai dan kolaboratif. Ini bukan lagi 'ngawur' yang merusak, melainkan 'ngawur' yang konstruktif secara tidak sengaja, sebuah kebetulan yang jenius.
Filosofi Ngawur: Antara Eksistensialisme dan Dadaisme
Jika kita mencoba menempatkan 'ngawur' dalam kerangka filosofis, ia memiliki kemiripan dengan beberapa aliran pemikiran. Eksistensialisme, dengan penekanannya pada kebebasan individu dan absurditas keberadaan, bisa menjadi rumah bagi 'ngawur'. Jika hidup memang absurd, tanpa makna inheren, bukankah 'ngawur' adalah respons yang paling jujur terhadap kondisi tersebut? Daripada memaksakan makna pada kekosongan, mengapa tidak merayakan kekosongan itu dengan sedikit 'kengawuran' yang riang?
Dadaisme, gerakan seni abad ke-20 yang menolak logika dan rasionalitas demi kekacauan dan irasionalitas, adalah manifestasi 'ngawur' dalam bentuk seni. Para seniman Dada menciptakan karya-karya yang disengaja tidak masuk akal, memotong-motong kata-kata dari koran dan menyusunnya kembali secara acak untuk menciptakan puisi, atau menempelkan benda-benda sehari-hari pada kanvas tanpa alasan yang jelas. Tujuan mereka? Untuk memprovokasi, untuk menantang kemapanan, dan untuk menunjukkan bahwa ada keindahan bahkan dalam kekacauan. 'Ngawur' dalam konteks ini adalah sebuah pernyataan, sebuah bentuk perlawanan estetika terhadap tirani akal budi.
Ngawur dalam Kehidupan Sehari-hari
Mari kita turunkan konsep ini ke ranah yang lebih membumi. Seberapa sering kita menemukan elemen 'ngawur' dalam kehidupan sehari-hari? Banyak sekali. Mulai dari obrolan warung kopi yang melompat dari satu topik ke topik lain tanpa benang merah yang jelas, keputusan belanja impulsif yang tiba-tiba membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, hingga rute perjalanan yang sengaja diambil memutar tanpa alasan selain keinginan untuk melihat sesuatu yang berbeda.
Kita seringkali mencoba membenarkan tindakan 'ngawur' ini dengan alasan rasionalisasi. "Ah, ini kan lagi promo," atau "Lagi pengen aja," atau "Siapa tahu nemu jalan pintas." Namun, jauh di lubuk hati, kita tahu bahwa inti dari tindakan itu adalah 'ngawur' murni. Sebuah dorongan untuk menyimpang dari norma, untuk mengeksplorasi batas-batas kebebasan personal, betapapun kecilnya.
Bahkan dalam dunia teknologi yang serba presisi, 'ngawur' bisa menyelinap masuk. Bug dalam program komputer, meskipun secara teknis adalah kesalahan, kadang-kadang menghasilkan efek yang tidak terduga dan menarik. Glitch dalam game yang menciptakan pengalaman visual baru. Atau, lebih jauh lagi, inovasi-inovasi besar seringkali lahir dari ide-ide yang pada awalnya dianggap 'ngawur' atau tidak mungkin. Ide untuk terbang, untuk berkomunikasi jarak jauh, untuk menjelajahi luar angkasa – semua itu pada masanya adalah ide-ide yang 'ngawur' di mata banyak orang.
Fenomena 'ngawur' ini tidak hanya terbatas pada individu, melainkan juga merambah ke ranah sosial dan budaya. Mari kita cermati bagaimana 'ngawur' termanifestasi dalam berbagai aspek kehidupan kita, dari hal yang paling remeh hingga yang mungkin kita anggap signifikan. Bayangkan sebuah percakapan di antara sekelompok teman lama yang sudah jarang bertemu. Topik-topik akan melompat dari kenangan masa lalu, ke gosip terbaru, ke teori konspirasi lucu, lalu tiba-tiba beralih ke resep masakan yang baru dicoba. Tidak ada agenda, tidak ada arah, hanya aliran bebas dari pikiran yang saling bersahutan. Ini adalah esensi 'ngawur' yang paling murni, sebuah kebahagiaan dalam kekacauan informatif yang tidak memiliki tujuan selain kebersamaan dan tawa.
Atau ambil contoh lain, ketika seseorang secara tidak sengaja mengucapkan kata yang salah dalam sebuah presentasi penting, atau tersandung saat berjalan di depan umum. Reaksi pertama adalah rasa malu, keinginan untuk bumi menelan diri. Namun, setelahnya, seringkali insiden 'ngawur' tersebut menjadi anekdot lucu yang dikenang, sebuah pengingat bahwa kita semua manusia, rentan terhadap ketidaksempurnaan dan kejadian tak terduga. 'Ngawur' di sini berfungsi sebagai pengingat akan kerapuhan manusiawi, sebuah bumbu yang membuat hidup tidak terlalu datar dan serius.
Manfaat Tak Terduga dari Ngawur
Meskipun sering dicap negatif, 'ngawur' tidak selalu buruk. Ada beberapa manfaat tersembunyi yang bisa kita petik dari keberanian untuk sesekali 'ngawur'.
Pertama, pelepasan stres. Di tengah tekanan hidup yang serba terencana, kesempatan untuk bertindak tanpa berpikir panjang atau tanpa tujuan jelas bisa sangat melegakan. Seolah-olah ada beban ekspektasi yang terangkat, memberikan ruang bagi jiwa untuk bernapas.
Kedua, mendorong kreativitas dan inovasi. Seperti yang disinggung sebelumnya, banyak penemuan besar lahir dari ide-ide yang awalnya dianggap 'ngawur'. Ketika kita membebaskan diri dari belenggu logika dan berpikir 'di luar kotak' (atau bahkan di luar 'kotak' yang sama sekali tidak ada), kita membuka diri terhadap kemungkinan-kemungkinan baru. Otak kita dipaksa untuk membuat koneksi yang tidak biasa, menghasilkan ide-ide segar.
Ketiga, meningkatkan kemampuan adaptasi. Jika kita terbiasa dengan segala sesuatu yang teratur dan terprediksi, kita akan kesulitan menghadapi ketidakpastian. Dengan sesekali merangkul 'ngawur', kita melatih diri untuk menjadi lebih lentur, lebih fleksibel dalam menghadapi situasi yang tidak sesuai rencana. Kita belajar untuk tidak panik ketika hal-hal tidak berjalan sesuai skenario.
Keempat, memperkaya pengalaman hidup. Melakukan sesuatu yang 'ngawur' kadang membawa kita ke tempat-tempat, bertemu orang-orang, atau mengalami hal-hal yang tidak akan pernah kita temukan jika kita selalu mengikuti jalur yang telah ditentukan. Sebuah perjalanan tanpa rencana, obrolan dengan orang asing yang tiba-tiba, atau mencoba hobi baru tanpa alasan yang jelas bisa menjadi sumber pengalaman yang tak ternilai.
Risiko dan Batasan Ngawur
Tentu saja, sama seperti pisau bermata dua, 'ngawur' juga memiliki risikonya. 'Ngawur' yang berlebihan, terutama dalam konteks yang membutuhkan presisi atau tanggung jawab besar, bisa berakibat fatal. Mengemudi secara 'ngawur' bisa menyebabkan kecelakaan. Mengelola keuangan secara 'ngawur' bisa berujung kebangkrutan. Membuat keputusan medis secara 'ngawur' bisa mengancam nyawa.
Penting untuk memahami bahwa 'ngawur' yang kita bahas di sini bukanlah dorongan untuk menjadi sembrono atau tidak bertanggung jawab secara kronis. Sebaliknya, ia adalah sebuah ekspresi sesekali, sebuah eksperimen, sebuah jeda dari tuntutan rasionalitas yang dominan. Kuncinya adalah keseimbangan. Tahu kapan harus serius dan kapan kita bisa membiarkan diri sedikit 'ngawur'. Seperti bumbu dalam masakan, sedikit 'ngawur' bisa membuat hidup lebih berwarna, tetapi terlalu banyak bisa merusak segalanya.
Jadi, kita berbicara tentang 'ngawur' yang terkontrol, atau 'ngawur' yang disadari. Sebuah kesadaran bahwa kita sedang berada dalam modus 'ngawur' dan siap menerima konsekuensi yang mungkin timbul. Ini bukan tentang kekacauan yang merusak, melainkan tentang eksplorasi batas-batas kehendak bebas dan kemungkinan yang tidak terduga.
Ngawur dalam Seni dan Sastra
Dunia seni dan sastra adalah medan subur bagi 'ngawur'. Puisi-puisi surealis, lukisan abstrak, atau cerita-cerita pendek yang alur plotnya melompat-lompat tanpa sebab-akibat yang jelas, semuanya adalah manifestasi 'ngawur' yang disengaja. Para seniman menggunakan 'ngawur' sebagai alat untuk memecah konvensi, untuk mengejutkan audiens, dan untuk membuka interpretasi-interpretasi baru yang tak terbatas.
Dalam musik, terkadang ada improvisasi yang terdengar 'ngawur', melodi-melodi yang keluar dari struktur yang diharapkan, namun justru itulah yang memberikan sentuhan jenius. Sebuah solo gitar yang 'menggila' atau ritme drum yang 'tidak beraturan' bisa jadi adalah ungkapan emosi paling jujur dari seorang musisi yang membiarkan dirinya sepenuhnya terbawa oleh momen.
Bahkan komedi seringkali bersandar pada 'ngawur'. Lelucon-lelucon yang tiba-tiba melenceng dari topik, humor absurd yang membalikkan logika, atau karakter-karakter yang bertindak di luar nalar – semuanya adalah cara untuk memancing tawa. Tawa yang muncul dari 'ngawur' adalah tawa yang membebaskan, tawa yang mengakui bahwa hidup memang kadang-kadang tidak masuk akal, dan tidak apa-apa untuk menertawakannya.
Ambiguitas, ketidakpastian, dan kekacauan yang disengaja dalam seni adalah cerminan dari 'ngawur' yang disalurkan melalui medium ekspresi. Ini adalah 'ngawur' yang memiliki tujuan, yaitu untuk merangsang pemikiran, untuk memperluas imajinasi, dan untuk menantang persepsi kita tentang realitas. Ketika kita melihat sebuah karya seni yang 'ngawur', kita diajak untuk melepaskan keinginan kita akan makna yang jelas dan sebaliknya, merangkul misteri dan kemungkinan yang tak terbatas.
Ngawur dan Teknologi: Sebuah Hubungan yang Kompleks
Di era digital, di mana algoritma dan kecerdasan buatan berusaha mengoptimalkan setiap aspek kehidupan, peran 'ngawur' menjadi semakin menarik. Teknologi dirancang untuk efisiensi, presisi, dan prediktabilitas. Namun, bagaimana jika kita secara sengaja memperkenalkan elemen 'ngawur' ke dalamnya?
Beberapa seniman digital dan pengembang game telah mulai bereksperimen dengan "glitch art" atau "procedural generation" yang disengaja acak. Mereka menciptakan algoritma yang menghasilkan pola, tekstur, atau bahkan seluruh dunia virtual yang tidak terduga, melanggar kaidah estetika tradisional. Hasilnya seringkali mengejutkan, indah dalam kekacauannya, atau bahkan memprovokasi pemikiran baru tentang apa itu keindahan atau desain.
Di sisi lain, ada 'ngawur' yang tak disengaja: bug perangkat lunak. Meskipun seringkali menyebalkan, terkadang bug kecil yang 'ngawur' bisa menjadi awal dari fitur baru yang tidak pernah direncanakan, atau bahkan menghasilkan sebuah subkultur yang merayakan 'kengawuran' digital tersebut. Dari kegagalan yang tidak terduga, muncul kesempatan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.
Namun, 'ngawur' di dunia teknologi juga memiliki implikasi serius. Algoritma yang 'ngawur' dalam pengambilan keputusan penting, seperti penilaian kredit atau diagnosis medis, bisa memiliki konsekuensi yang merusak. Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara 'ngawur' yang kreatif dan 'ngawur' yang ceroboh, terutama di bidang-bidang yang berdampak langsung pada kehidupan manusia.
Mengelola Dosis Ngawur Pribadi Anda
Setelah mengarungi lautan 'kengawuran' ini, mungkin pertanyaan yang muncul adalah: bagaimana kita bisa mengaplikasikan ini dalam hidup kita secara bijak? Jawabannya terletak pada kesadaran dan niat. 'Ngawur' bukanlah tentang menjadi orang yang sembarangan, melainkan tentang memberikan izin kepada diri sendiri untuk sesekali menyimpang dari jalur yang sudah direncanakan.
Mulai dengan hal-hal kecil. Coba pesan menu yang belum pernah Anda coba di restoran favorit. Ambil jalan pulang yang berbeda. Luangkan waktu 15 menit setiap hari untuk membiarkan pikiran Anda melayang ke mana saja tanpa tujuan. Lontarkan lelucon aneh yang tidak masuk akal kepada teman dekat. Biarkan diri Anda melakukan 'tindakan ngawur' yang tidak berbahaya, hanya untuk merasakan sensasi kebebasan dari ekspektasi dan keharusan.
Perhatikan bagaimana hal ini memengaruhi suasana hati Anda, pola pikir Anda, dan interaksi Anda dengan dunia. Mungkin Anda akan menemukan bahwa sedikit 'kengawuran' justru dapat mengisi ulang energi mental Anda, memicu ide-ide baru, atau hanya sekadar membuat hidup terasa sedikit lebih ringan dan menyenangkan.
Di dunia yang terus-menerus menuntut kesempurnaan dan optimalisasi, kemampuan untuk sesekali 'ngawur' bisa menjadi sebuah kekuatan. Ini adalah pengakuan bahwa hidup tidak harus selalu berjalan sesuai rencana, bahwa ada keindahan dalam ketidaksempurnaan, dan bahwa kadang-kadang, jawaban terbaik untuk pertanyaan sulit adalah jawaban yang paling tidak terduga. Ini adalah sebuah pengingat bahwa di balik segala hiruk pikuk, kekacauan dan absurditas, kita memiliki kebebasan untuk sekadar menjadi diri sendiri, dengan segala 'kengawuran' yang melekat pada kita.
Kita sering diajari untuk mencari kejelasan, untuk menuntut penjelasan, dan untuk memahami segala sesuatu sampai ke akar-akarnya. Namun, 'ngawur' mengajarkan kita sebaliknya: bahwa ada nilai dalam ketidakjelasan, ada keindahan dalam misteri, dan ada kedalaman dalam sesuatu yang tampak dangkal atau tanpa makna. Seperti awan yang bentuknya terus berubah, tanpa tujuan, namun tetap memukau, demikian pula 'ngawur' bisa menjadi sumber kekaguman dan refleksi.
Coba ingat kembali masa kecil kita. Dunia terasa begitu luas, penuh dengan kemungkinan tak terbatas, dan seringkali, dipenuhi dengan tindakan 'ngawur' murni. Anak-anak membangun istana pasir yang akan hancur oleh ombak, berlarian tanpa tujuan, atau menciptakan cerita-cerita fantastis yang tidak masuk akal. Mereka tidak khawatir tentang efisiensi atau produktivitas. Mereka hidup dalam momen 'ngawur' yang murni, dan seringkali, itulah puncak kebahagiaan.
Mungkin, dengan merangkul sedikit 'ngawur' dalam hidup dewasa kita, kita bisa kembali merasakan keajaiban dan kebebasan seperti anak kecil. Kita bisa melepaskan beban ekspektasi, meruntuhkan dinding-dinding logika yang membatasi, dan membiarkan diri kita 'bermain' dengan hidup, alih-alih melulu 'bekerja' dalam hidup.
Ini bukan ajakan untuk hidup tanpa arah atau tanpa tujuan, melainkan sebuah undangan untuk menambahkan sedikit elemen kejutan, sedikit sentuhan tak terduga, pada kanvas kehidupan kita yang mungkin sudah terlalu terencana. Biarkan beberapa warna menyebar secara acak, biarkan beberapa garis melengkung tanpa sebab, dan lihatlah bagaimana keseluruhan gambar menjadi lebih hidup, lebih dinamis, dan lebih autentik.
Pada akhirnya, kajian tentang 'ngawur' ini sendiri mungkin terdengar 'ngawur'. Namun, bukankah ironi itu sendiri adalah bentuk 'ngawur' yang paling canggih? Sebuah pemikiran yang melingkar, yang menantang dirinya sendiri, dan yang pada akhirnya justru menegaskan poinnya. Jadi, marilah kita sesekali, dengan sengaja dan penuh kesadaran, menjadi sedikit 'ngawur'. Karena di situlah, mungkin, letak keindahan sejati dari keberadaan kita yang penuh teka-teki ini. Sebuah teka-teki yang tidak selalu membutuhkan jawaban, melainkan kadang-kadang hanya membutuhkan tawa, senyum, atau anggukan kepala yang tidak mengerti, namun penuh pemakluman.
Bahkan dalam tatanan alam semesta yang maha luas, banyak elemen 'ngawur' yang terjadi. Bintang-bintang meledak tanpa peringatan, galaksi-galaksi bertabrakan dalam tarian kosmik yang kacau, atau komet-komet melintas tanpa tujuan yang jelas. Alam semesta sendiri, dalam keagungan dan kekacauannya, tampaknya merangkul 'ngawur' sebagai bagian integral dari keberadaannya. Jika alam semesta saja bisa 'ngawur', mengapa manusia tidak?
Kita sering merasa terbebani dengan tuntutan untuk menjadi rasional, logis, dan konsisten. Namun, tekanan ini dapat menghambat spontanitas dan kegembiraan hidup. 'Ngawur' dapat menjadi antitesis yang menyegarkan, sebuah cara untuk memecah monoton dan memperkenalkan elemen kejutan yang diperlukan. Ini bukan tentang menolak logika sepenuhnya, melainkan tentang menyadari bahwa ada ruang di luar logika yang juga valid, bahkan esensial, untuk pengalaman manusia yang utuh.
Jadi, ketika Anda menemukan diri Anda merenungkan keputusan kecil yang tidak memiliki dasar rasional, atau ketika Anda tiba-tiba merasa ingin melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan, jangan langsung menolaknya. Berikan ruang bagi 'ngawur' untuk bermanifestasi. Rasakan sensasi kebebasan yang muncul dari tindakan tanpa ekspektasi, dari ucapan tanpa tujuan, atau dari pemikiran yang melayang bebas tanpa beban. Siapa tahu, di balik 'kengawuran' itu, Anda akan menemukan secercah kebahagiaan, sebuah wawasan baru, atau bahkan sebuah jalan yang tidak pernah Anda duga sebelumnya.
Ini adalah undangan untuk merayakan keacakan yang indah, kekacauan yang kreatif, dan absurditas yang membebaskan. Ini adalah ode untuk 'ngawur', bukan sebagai kekurangan, melainkan sebagai sebuah ciri khas manusia yang memungkinkan kita untuk tumbuh, beradaptasi, dan menemukan kegembiraan dalam ketidaksempurnaan dunia yang kita huni. Sebuah dunia yang, pada dasarnya, juga sedikit 'ngawur' dalam banyak hal.
Pengalaman 'ngawur' dapat menjadi sebuah jembatan menuju pemahaman diri yang lebih dalam. Ketika kita mengamati reaksi kita terhadap situasi yang 'ngawur', atau ketika kita merenungkan motif di balik tindakan 'ngawur' kita sendiri, kita belajar lebih banyak tentang preferensi, batasan, dan keinginan tersembunyi kita. 'Ngawur' bukan hanya tentang kekacauan eksternal, tetapi juga tentang eksplorasi kekacauan internal yang seringkali kita tekan.
Bayangkan sebuah sesi brainstorming di mana semua orang diizinkan untuk melontarkan ide 'ngawur' tanpa takut dihakimi. Tanpa batas, tanpa kriteria logis awal. Dari gunung ide-ide yang tampaknya tidak masuk akal itu, mungkin ada satu permata tersembunyi, sebuah ide radikal yang memiliki potensi untuk mengubah segalanya. Dalam konteks ini, 'ngawur' adalah pintu gerbang menuju inovasi yang disruptif, sebuah cara untuk membebaskan pemikiran dari belenggu konvensional.
Bahkan dalam hubungan interpersonal, sedikit 'ngawur' bisa menjadi bumbu yang menyenangkan. Lelucon spontan yang tak terduga, tindakan kebaikan yang random, atau janji kencan yang tiba-tiba ke tempat yang aneh, semua ini dapat memperkaya ikatan antarmanusia. Ini menunjukkan sisi ringan, sisi petualang, dan sisi tak terduga dari diri kita, yang dapat membuat hubungan terasa lebih hidup dan autentik.
Pada akhirnya, 'ngawur' adalah tentang menerima ketidaksempurnaan. Menerima bahwa tidak semua hal harus sempurna, tidak semua hal harus masuk akal, dan tidak semua hal harus memiliki tujuan yang jelas. Ada keindahan dalam proses itu sendiri, dalam perjalanan yang tidak terduga, dan dalam momen-momen yang, meskipun tidak terencana, justru menjadi yang paling berkesan.
Ini adalah pengakuan bahwa hidup adalah sebuah petualangan, dan setiap petualangan membutuhkan elemen kejutan, beberapa jalan memutar yang tak terduga, dan sesekali, lompatan keyakinan ke dalam ketidakpastian. Jadi, biarkan diri Anda sedikit 'ngawur', dan saksikanlah bagaimana hidup Anda menjadi lebih kaya, lebih menarik, dan, ironisnya, mungkin justru lebih bermakna dalam segala 'kengawurannya' yang menawan. Selamat 'mengawur' dengan bijak!