Panduan Lengkap Niat Sholat Ashar Sendiri di Rumah
Ilustrasi seseorang sedang melaksanakan sholat di dalam rumah.
Sholat adalah tiang agama dan merupakan ibadah paling fundamental bagi seorang Muslim. Di antara lima sholat wajib, Sholat Ashar memegang kedudukan istimewa, sering disebut sebagai sholat pertengahan (Shalat al-Wustha) yang sangat ditekankan untuk dijaga. Melaksanakannya tepat waktu, baik di masjid maupun di rumah, adalah sebuah keutamaan. Artikel ini akan membahas secara mendalam dan komprehensif segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan sholat Ashar saat dikerjakan sendiri di rumah, dengan fokus utama pada pemahaman niat yang benar.
Terkadang, berbagai kondisi seperti sakit, kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, atau situasi lainnya membuat seseorang harus menunaikan sholat wajib di rumah. Melaksanakan sholat secara munfarid (sendirian) di rumah tetap sah dan bernilai pahala yang besar, selama semua rukun dan syaratnya terpenuhi dengan sempurna. Kunci utama dari sahnya sebuah ibadah adalah niat. Niat menjadi pembeda antara gerakan rutin dengan gerakan ibadah yang penuh makna dan nilai di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, memahami hakikat, lafadz, dan waktu yang tepat untuk berniat adalah langkah awal yang krusial sebelum memulai sholat.
Memahami Makna dan Kedudukan Agung Sholat Ashar
Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam pembahasan niat, sangat penting bagi kita untuk merenungi dan memahami betapa istimewanya kedudukan Sholat Ashar dalam ajaran Islam. Pemahaman ini akan menumbuhkan rasa cinta, pengagungan, dan motivasi yang lebih kuat untuk senantiasa menjaga sholat ini dengan sebaik-baiknya.
Keutamaan Sholat Ashar sebagai Shalat al-Wustha
Sholat Ashar secara spesifik disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai sholat pertengahan yang harus dijaga. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 238:
"Peliharalah semua sholat(mu), dan (peliharalah) sholat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu'."
Para ulama tafsir mayoritas berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "Shalat al-Wustha" dalam ayat ini adalah Sholat Ashar. Disebut pertengahan karena posisinya berada di antara dua sholat siang (Subuh dan Dzuhur) dan dua sholat malam (Maghrib dan Isya). Penekanan khusus dari Allah SWT ini menunjukkan betapa besar urgensi dan keutamaannya dibandingkan sholat lainnya, meskipun semua sholat wajib memiliki kedudukan yang sangat penting.
Rasulullah SAW juga memberikan banyak penekanan mengenai keutamaan menjaga Sholat Ashar. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa malaikat penjaga siang dan malam berkumpul pada waktu Subuh dan Ashar. Allah kemudian bertanya kepada malaikat (meskipun Dia Maha Mengetahui), "Dalam keadaan bagaimana kalian tinggalkan hamba-Ku?" Mereka menjawab, "Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang sholat dan kami datangi mereka dalam keadaan sedang sholat." Hadits ini menunjukkan betapa mulianya seorang hamba yang dijumpai oleh malaikat dalam kondisi sedang mendirikan sholat Subuh dan Ashar.
Ancaman Keras bagi yang Meninggalkan Sholat Ashar
Selain janji pahala yang besar, terdapat pula ancaman yang sangat keras bagi mereka yang dengan sengaja meremehkan atau meninggalkan Sholat Ashar. Hal ini menjadi bukti betapa krusialnya sholat ini. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
"Barangsiapa yang meninggalkan Sholat Ashar, maka terhapuslah amalnya."
Dalam riwayat lain, beliau bersabda:
"Orang yang terlewat (tidak mengerjakan) Sholat Ashar, seakan-akan ia telah kehilangan keluarga dan hartanya."
Dua hadits ini memberikan gambaran kerugian yang luar biasa besar, baik dari sisi spiritual (terhapusnya amal) maupun dari sisi duniawi (perumpamaan kehilangan seluruh keluarga dan harta). Ancaman ini seharusnya menjadi pengingat yang kuat bagi setiap Muslim untuk tidak pernah menyepelekan waktu Ashar.
Waktu Pelaksanaan Sholat Ashar
Mengetahui waktu sholat yang tepat adalah syarat sah sholat. Waktu Sholat Ashar memiliki rentang yang perlu dipahami dengan baik.
- Awal Waktu Ashar: Waktu Ashar dimulai ketika waktu Dzuhur telah berakhir. Tanda berakhirnya waktu Dzuhur adalah ketika panjang bayangan suatu benda tegak lurus menjadi sama dengan tinggi benda itu sendiri, setelah melewati titik bayangan terpendek (saat matahari tepat di atas kepala/istiwa). Secara sederhana, jika Anda menancapkan tongkat, waktu Ashar masuk saat bayangan tongkat tersebut panjangnya sama dengan panjang tongkat itu sendiri.
- Akhir Waktu Ashar: Terdapat dua pembagian waktu akhir Ashar:
- Waktu Ikhtiyari (Waktu Pilihan/Utama): Ini adalah waktu terbaik untuk melaksanakan Sholat Ashar. Waktu ini berlangsung sejak awal waktu Ashar hingga matahari mulai menguning atau meredup di ufuk barat. Ini adalah waktu di mana cahaya matahari tidak lagi begitu terik. Sangat dianjurkan untuk menunaikan Sholat Ashar dalam rentang waktu ini.
- Waktu Dharuri (Waktu Darurat): Waktu ini dimulai sejak matahari menguning hingga terbenam sepenuhnya (masuknya waktu Maghrib). Melaksanakan Sholat Ashar pada waktu ini hukumnya makruh (dibenci) jika tanpa ada uzur syar'i (alasan yang dibenarkan syariat), seperti ketiduran, lupa, atau kondisi darurat lainnya. Namun, sholatnya tetap dianggap sah dan menggugurkan kewajiban jika dikerjakan sebelum matahari terbenam.
Dengan kemajuan teknologi, kita dimudahkan dengan adanya jadwal sholat digital dan aplikasi di ponsel pintar yang dapat memberitahu masuknya waktu sholat dengan akurat. Memanfaatkannya adalah cara yang baik untuk memastikan kita sholat tepat pada waktunya.
Membedah Konsep Niat dalam Ibadah Sholat
Niat adalah ruh dari setiap amal. Tanpa niat, sebuah perbuatan hanyalah aktivitas fisik yang hampa makna. Dalam konteks sholat, niat adalah rukun pertama yang menentukan sah atau tidaknya ibadah yang kita kerjakan. Ia adalah kompas yang mengarahkan seluruh gerakan dan bacaan kita semata-mata untuk Allah SWT.
Definisi Niat Secara Bahasa dan Istilah Fikih
Secara bahasa (etimologi), kata "niat" (النية) berasal dari bahasa Arab yang berarti al-qasd, yaitu maksud, tujuan, atau kehendak. Ia merujuk pada tekad dan keinginan yang ada di dalam hati untuk melakukan sesuatu.
Adapun secara istilah syar'i atau dalam ilmu fikih, niat didefinisikan sebagai "Maksud untuk melakukan sesuatu yang diiringi dengan pelaksanaannya." Dalam konteks ibadah, niat adalah kehendak hati untuk melakukan suatu ibadah demi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Niat inilah yang membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya (misalnya, Sholat Ashar dengan Sholat Dzuhur), dan membedakan antara ibadah dengan kebiasaan sehari-hari (misalnya, berdiri biasa dengan berdiri untuk sholat).
Kedudukan Niat: Fondasi Segala Amalan
Pentingnya niat ditegaskan dalam hadits paling fundamental dalam Islam, yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan..." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menempatkan niat sebagai pondasi utama. Sebuah bangunan, seindah dan semegah apa pun, akan runtuh jika pondasinya rapuh. Begitu pula dengan amalan; sebaik apa pun gerakan sholat kita, jika niatnya tidak benar, tidak ikhlas, atau tidak sesuai, maka amalan tersebut tidak akan diterima oleh Allah SWT. Niat yang ikhlas karena Allah adalah syarat mutlak diterimanya sebuah amal.
Tempat, Waktu, dan Cara Berniat yang Benar
Memahami tiga aspek ini sangat penting agar niat kita sah menurut syariat.
- Tempat Niat: Tempat niat yang sesungguhnya adalah di dalam hati (al-qalb). Inilah kesepakatan seluruh ulama. Niat adalah amalan hati, sebuah bisikan jiwa yang terlintas dalam benak seseorang ketika hendak memulai ibadah.
- Melafadzkan Niat (Talaffuzh bin Niyyah): Bagaimana dengan mengucapkan niat dengan lisan? Dalam hal ini, para ulama memiliki perbedaan pendapat. Mazhab Syafi'i, yang banyak dianut di Indonesia, berpandangan bahwa melafadzkan niat hukumnya sunnah. Tujuannya adalah untuk membantu lisan menguatkan apa yang ada di dalam hati, sehingga konsentrasi menjadi lebih fokus dan terhindar dari keraguan. Namun, perlu ditekankan bahwa lafadz yang diucapkan bukanlah niat itu sendiri, melainkan hanya alat bantu. Niat yang sebenarnya tetap harus hadir di dalam hati.
- Waktu Niat: Waktu niat yang paling tepat dan wajib adalah bersamaan dengan rukun pertama sholat, yaitu Takbiratul Ihram (ucapan "Allahu Akbar" yang pertama). Artinya, ketika lisan mulai mengucapkan "Allahu Akbar", hati harus secara sadar menghadirkan niat: "Aku sengaja sholat fardhu Ashar empat rakaat karena Allah Ta'ala." Proses menyertakan niat di hati dengan takbir ini disebut muqāranah. Inilah momen krusial dimulainya sholat.
Lafadz Niat Sholat Ashar Sendiri (Munfarid) di Rumah
Setelah memahami konsep dasar niat, mari kita masuk ke pembahasan praktis mengenai lafadz niat untuk sholat Ashar yang dikerjakan sendirian di rumah. Lafadz ini mencakup semua unsur penting yang harus dihadirkan dalam hati.
Unsur-Unsur Pokok dalam Niat Sholat
Sebuah niat sholat yang lengkap setidaknya harus mengandung tiga unsur pokok agar dianggap sah:
- Qashdul Fi'li (قصد الفعل): Menyengaja perbuatan sholat itu sendiri. Ini terwakili oleh kata "Ushalli" (Aku sholat/Aku berniat sholat).
- Ta'yin (تعيين): Menentukan atau menspesifikkan sholat apa yang akan dikerjakan. Dalam hal ini adalah Sholat "Ashar". Tidak cukup hanya berniat sholat fardhu secara umum.
- Fardhiyyah (فرضية): Menegaskan status sholat tersebut sebagai sholat fardhu (wajib). Ini terwakili oleh kata "Fardha".
Unsur-unsur tambahan seperti jumlah rakaat, menghadap kiblat, dan statusnya (tepat waktu/qadha) bersifat penyempurna yang sangat dianjurkan untuk dihadirkan dalam niat agar lebih lengkap dan sempurna.
Lafadz Niat Lengkap: Arab, Latin, dan Terjemahan
Berikut adalah lafadz niat yang umum digunakan untuk sholat fardhu Ashar empat rakaat secara sendiri (munfarid):
Ushalli fardhal 'ashri arba'a raka'ātin mustaqbilal qiblati adā'an lillāhi ta'ālā.
Artinya: "Aku berniat sholat fardhu Ashar empat rakaat, menghadap kiblat, pada waktunya, karena Allah Ta'ala."
Penjabaran Makna Setiap Kata dalam Lafadz Niat
Memahami makna setiap kata akan membantu kita menghadirkan niat dengan lebih khusyu' dan sadar.
- Ushalli (اُصَلِّى): "Aku (sengaja) sholat / Aku berniat sholat". Ini adalah penegasan qashdul fi'li, yaitu niat untuk melakukan perbuatan sholat.
- Fardha (فَرْضَ): "Fardhu / Wajib". Kata ini menegaskan status hukum sholat yang akan kita kerjakan, yaitu sholat wajib, bukan sholat sunnah. Ini adalah unsur fardhiyyah.
- Al-'Ashri (الْعَصْرِ): "Ashar". Ini adalah unsur ta'yin, yaitu penentuan spesifik sholat yang kita maksudkan. Ini yang membedakannya dari sholat Dzuhur, Maghrib, atau lainnya.
- Arba'a Raka'ātin (اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ): "Empat rakaat". Menyebutkan jumlah rakaat adalah sunnah untuk menambah kesempurnaan dan kekhususan niat.
- Mustaqbilal Qiblati (مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ): "Menghadap kiblat". Ini adalah penegasan bahwa kita melaksanakan salah satu syarat sah sholat, yaitu menghadap ke arah Ka'bah.
- Adā'an (اَدَاءً): "Pada waktunya / Tunai". Kata ini menegaskan bahwa sholat yang kita kerjakan dilakukan pada rentang waktu yang telah ditentukan, bukan sebagai sholat qadha (pengganti sholat yang terlewat). Jika Anda meng-qadha sholat Ashar, kata ini diganti menjadi Qadhā'an (قضاءً).
- Lillāhi Ta'ālā (ِللهِ تَعَالَى): "Karena Allah Ta'ala". Ini adalah puncak dari niat, yaitu penegasan keikhlasan. Seluruh rangkaian ibadah ini kita persembahkan murni hanya untuk Allah Yang Maha Tinggi, bukan karena riya' (ingin dilihat orang) atau tujuan duniawi lainnya.
Ingatlah selalu, lafadz di atas adalah panduan. Inti dari niat adalah apa yang terlintas dan terpatri di dalam hati Anda pada saat mengucapkan "Allahu Akbar" di awal sholat. Cukup dengan menghadirkan di dalam hati: "Saya niat sholat fardhu Ashar 4 rakaat karena Allah," itu sudah dianggap sah.
Panduan Lengkap Tata Cara Sholat Ashar Sendiri (4 Rakaat)
Berikut adalah panduan langkah demi langkah yang terperinci untuk melaksanakan sholat Ashar sendirian di rumah, dari persiapan hingga salam. Mengikuti setiap langkah dengan thuma'ninah (tenang dan tidak tergesa-gesa) adalah kunci untuk mencapai kekhusyu'an.
Tahap Persiapan Sebelum Sholat
Persiapan yang baik akan membantu menunjang kualitas sholat kita.
- Bersuci (Thaharah): Pastikan diri Anda suci dari hadas kecil dan hadas besar. Jika memiliki hadas kecil, berwudhulah dengan sempurna. Jika memiliki hadas besar, wajib mandi junub terlebih dahulu. Lakukan wudhu dengan tertib, meratakan air ke seluruh anggota wudhu yang wajib, dan sunnah untuk berdoa sebelum dan sesudahnya.
- Pakaian yang Suci dan Menutup Aurat: Kenakan pakaian yang bersih dari najis. Bagi laki-laki, aurat minimal adalah dari pusar hingga lutut. Namun, adab terbaik adalah mengenakan pakaian yang sopan dan rapi, seperti kemeja koko dan celana panjang atau sarung. Bagi wanita, wajib menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Gunakan mukena yang tidak transparan dan cukup longgar.
- Tempat Sholat yang Suci: Pastikan tempat Anda akan sholat (lantai, sajadah) bersih dari segala jenis najis.
- Menghadap Kiblat: Arahkan tubuh Anda lurus ke arah Kiblat. Jika ragu, gunakan kompas atau aplikasi penunjuk arah Kiblat yang kini banyak tersedia. Keyakinan kuat (ghalabatuz zhan) terhadap arah Kiblat sudah mencukupi.
- Menyiapkan Hati: Kosongkan pikiran dari urusan duniawi sejenak. Fokuskan hati dan pikiran bahwa Anda akan menghadap Sang Pencipta, Allah 'Azza wa Jalla.
Rakaat Pertama
- Berdiri Tegak dan Niat: Berdirilah dengan tegak lurus menghadap Kiblat. Hadirkan niat sholat Ashar di dalam hati seperti yang telah dijelaskan di atas.
- Takbiratul Ihram: Angkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau telinga, sambil mengucapkan lafadz takbir dengan jelas:
Allāhu Akbar
Artinya: "Allah Maha Besar."
Saat mengucapkan takbir ini, niat di dalam hati harus sudah mantap. Setelah takbir, letakkan tangan kanan di atas tangan kiri di antara dada dan pusar (bersedekap).
- Membaca Doa Iftitah (Sunnah): Baca salah satu doa iftitah yang dianjurkan. Contoh yang populer adalah:
Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā. Innī wajjahtu wajhiya lilladzī fatharas samāwāti wal ardha hanīfan musliman wa mā anā minal musyrikīn. Inna shalātī, wa nusukī, wa mahyāya, wa mamātī lillāhi rabbil ‘ālamīn. Lā syarīka lahu wa bidzālika umirtu wa anā minal muslimīn.
Artinya: "Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang. Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (muslim)."
- Membaca Ta'awudz dan Surat Al-Fatihah (Rukun): Membaca Al-Fatihah adalah rukun qauli (ucapan) yang wajib dibaca di setiap rakaat. Awali dengan membaca ta'awudz (A'ūdzu billāhi minasy syaithānir rajīm) dan basmalah. Bacalah Al-Fatihah dengan tartil, jelas, dan benar makhraj hurufnya.
- Membaca Surat Pendek (Sunnah): Setelah Al-Fatihah, disunnahkan membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Pilihlah surat yang Anda hafal dengan baik.
- Ruku' dengan Thuma'ninah: Angkat tangan seperti takbiratul ihram, lalu membungkuk untuk ruku'. Posisikan punggung lurus sejajar dengan kepala, letakkan kedua telapak tangan di lutut, dan pandangan ke tempat sujud. Bacalah tasbih ruku' sebanyak tiga kali:
Subhāna rabbiyal 'azhīmi wa bihamdih.
Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya."
- I'tidal dengan Thuma'ninah: Bangkit dari ruku' kembali ke posisi berdiri tegak (i'tidal). Saat bangkit, angkat kedua tangan sambil membaca:
Sami'allāhu liman hamidah.
Artinya: "Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya."
Setelah berdiri tegak sempurna, baca pujian:
Rabbanā lakal hamdu mil'as samāwāti wa mil'al ardhi wa mil'a mā syi'ta min syai'in ba'du.
Artinya: "Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu."
- Sujud Pertama dengan Thuma'ninah: Turun untuk sujud, dahulukan lutut, kemudian kedua tangan, lalu dahi dan hidung. Pastikan tujuh anggota sujud menempel di lantai: dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan ujung jari kedua kaki. Saat sujud, baca tasbih sebanyak tiga kali:
Subhāna rabbiyal a'lā wa bihamdih.
Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya."
- Duduk di Antara Dua Sujud (Duduk Iftirasy): Bangkit dari sujud untuk duduk. Duduklah di atas telapak kaki kiri, sementara telapak kaki kanan ditegakkan jari-jarinya menghadap kiblat. Ini disebut duduk iftirasy. Saat duduk dengan tenang, bacalah doa:
Rabbighfirlī, warhamnī, wajburnī, warfa'nī, warzuqnī, wahdinī, wa'āfinī, wa'fu 'annī.
Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku, sayangilah aku, cukupkanlah kekuranganku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku."
- Sujud Kedua: Lakukan sujud kedua seperti sujud pertama, dengan bacaan yang sama.
- Bangkit untuk Rakaat Kedua: Setelah sujud kedua, bangkitlah langsung berdiri untuk memulai rakaat kedua, tanpa duduk istirahat sejenak.
Rakaat Kedua
Rakaat kedua dilaksanakan sama persis seperti rakaat pertama, mulai dari membaca Al-Fatihah, surat pendek, ruku', i'tidal, hingga dua kali sujud. Perbedaannya terletak pada bagian akhir.
- Tasyahud Awal: Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, jangan langsung berdiri. Duduklah dalam posisi iftirasy (sama seperti duduk di antara dua sujud) untuk membaca tasyahud (tahiyat) awal.
At-tahiyyātul mubārakātush shalawātut thayyibātu lillāh. As-salāmu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullāhi wa barakātuh. As-salāmu 'alainā wa 'alā 'ibādillāhish shālihīn. Asyhadu an lā ilāha illallāh, wa asyhadu anna Muhammadar rasūlullāh. Allāhumma shalli 'alā sayyidinā Muhammad.
Artinya: "Segala penghormatan, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah milik Allah. Semoga keselamatan tercurah atasmu, wahai Nabi, beserta rahmat dan keberkahan Allah. Semoga keselamatan tercurah atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad."
Setelah selesai membaca sampai "Allāhumma shalli 'alā sayyidinā Muhammad", langsung bangkit berdiri untuk rakaat ketiga.
Rakaat Ketiga dan Keempat
Rakaat ketiga dan keempat memiliki tata cara yang sama, dengan sedikit perbedaan dari dua rakaat pertama.
- Berdiri dan Membaca Al-Fatihah: Setelah bangkit dari tasyahud awal, langsung bersedekap dan membaca surat Al-Fatihah saja. Tidak disunnahkan lagi untuk membaca surat pendek pada rakaat ketiga dan keempat dalam sholat fardhu.
- Ruku', I'tidal, Sujud: Lanjutkan dengan gerakan ruku', i'tidal, dua kali sujud, dan duduk di antara dua sujud, persis seperti rakaat-rakaat sebelumnya.
- Lanjutkan ke Rakaat Keempat: Setelah menyelesaikan rakaat ketiga, bangkit berdiri untuk melaksanakan rakaat keempat dengan cara yang sama (hanya membaca Al-Fatihah, lalu ruku', i'tidal, dan sujud).
Tasyahud Akhir dan Salam
Ini adalah bagian penutup sholat yang sangat penting.
- Duduk Tawarruk: Setelah sujud kedua pada rakaat keempat, duduklah untuk tasyahud akhir. Posisinya berbeda, yaitu duduk tawarruk. Caranya: keluarkan kaki kiri ke bawah kaki kanan, dan duduklah langsung di lantai (bukan di atas kaki kiri). Telapak kaki kanan tetap ditegakkan.
- Membaca Tasyahud Akhir: Bacaan tasyahud akhir sama dengan tasyahud awal, tetapi dilanjutkan dengan shalawat Ibrahimiyyah. Bacaannya menjadi:
...Allāhumma shalli 'alā sayyidinā Muhammad wa 'alā āli sayyidinā Muhammad. Kamā shallaita 'alā sayyidinā Ibrāhīm wa 'alā āli sayyidinā Ibrāhīm. Wa bārik 'alā sayyidinā Muhammad wa 'alā āli sayyidinā Muhammad. Kamā bārakta 'alā sayyidinā Ibrāhīm wa 'alā āli sayyidinā Ibrāhīm. Fil 'ālamīna innaka hamīdum majīd.
Artinya: "...Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad. Sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan keluarga junjungan kami Nabi Ibrahim. Dan limpahkanlah keberkahan kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad. Sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan keluarga junjungan kami Nabi Ibrahim. Di seluruh alam, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia."
Disunnahkan juga untuk membaca doa memohon perlindungan dari empat perkara sebelum salam.
- Salam (Rukun): Setelah selesai tasyahud akhir, ucapkan salam untuk mengakhiri sholat. Palingkan wajah ke kanan hingga pipi kanan terlihat dari belakang, sambil mengucapkan:
As-salāmu 'alaikum wa rahmatullāh.
Artinya: "Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah atas kalian."
Kemudian, palingkan wajah ke kiri hingga pipi kiri terlihat dari belakang, sambil mengucapkan salam yang sama.
Dengan mengucapkan salam kedua, maka selesailah rangkaian sholat Ashar empat rakaat Anda.
Amalan Setelah Sholat
Jangan terburu-buru beranjak setelah salam. Dianjurkan untuk berdiam sejenak untuk berdzikir dan berdoa. Ini adalah waktu yang mustajab. Beberapa dzikir yang dianjurkan antara lain:
- Membaca Istighfar (Astaghfirullāhal 'azhīm) 3 kali.
- Membaca doa keselamatan (Allāhumma antas salām wa minkas salām...).
- Membaca Ayat Kursi (Al-Baqarah: 255).
- Membaca tasbih (Subhānallāh) 33 kali, tahmid (Alhamdulillāh) 33 kali, dan takbir (Allāhu Akbar) 33 kali, lalu ditutup dengan kalimat tauhid.
- Memanjatkan doa-doa pribadi sesuai hajat dan keinginan Anda.
Kesimpulan
Melaksanakan Sholat Ashar sendiri di rumah adalah sebuah kemudahan sekaligus tanggung jawab yang harus ditunaikan dengan kesempurnaan rukun dan syarat. Kunci dari semua itu terletak pada niat yang benar, ikhlas, dan hadir di dalam hati pada saat memulai sholat. Niat adalah ruh yang menghidupkan setiap gerakan dan bacaan, mengubahnya dari sekadar ritual fisik menjadi sebuah dialog spiritual yang agung antara hamba dengan Penciptanya.
Dengan memahami keutamaan Sholat Ashar, mengerti makna mendalam di balik lafadz niat, serta mengikuti tata cara yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, semoga sholat kita menjadi lebih berkualitas, khusyu', dan diterima di sisi Allah SWT. Menjaga sholat, terutama Sholat Ashar, adalah wujud ketaatan dan rasa syukur kita, yang insya Allah akan mendatangkan keberkahan dan ketenangan dalam hidup kita di dunia dan keselamatan di akhirat kelak.