Ilustrasi Islami: Bulan Sabit dan Masjid

"Sesungguhnya Allah itu Witir (ganjil) dan Dia mencintai yang ganjil."

Panduan Lengkap Sholat Witir 1 Rakaat

Sholat Witir adalah salah satu ibadah sunnah yang memiliki kedudukan sangat istimewa dalam Islam. Ia dijuluki sebagai penutup sholat malam, penyempurna ibadah, dan amalan yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Fleksibilitas dalam jumlah rakaatnya, mulai dari satu, tiga, hingga sebelas rakaat, menjadikannya amalan yang mudah dijangkau oleh setiap Muslim. Di antara berbagai pilihan tersebut, pelaksanaan sholat witir 1 rakaat menjadi fokus utama pembahasan kita kali ini. Cara ini merupakan yang paling ringkas, namun sarat akan keutamaan dan pahala jika dilaksanakan dengan penuh kekhusyukan dan pemahaman yang benar.

Artikel ini akan mengupas secara tuntas dan mendalam segala aspek yang berkaitan dengan niat sholat witir 1 rakaat. Mulai dari pemahaman makna filosofisnya, hukum pelaksanaannya, hingga panduan praktis langkah demi langkah yang mudah diikuti. Tujuannya adalah agar setiap Muslim dapat melaksanakan ibadah penutup malam ini dengan percaya diri, sesuai dengan tuntunan, dan meraih keutamaannya secara maksimal.

Memahami Hakikat dan Kedudukan Sholat Witir

Sebelum melangkah kepada tata cara praktis, sangat penting bagi kita untuk membangun fondasi pemahaman yang kokoh mengenai apa itu Sholat Witir. Dengan memahami hakikat, hukum, dan keutamaannya, motivasi kita dalam beribadah akan tumbuh dari kesadaran, bukan sekadar kebiasaan.

1. Definisi Witir: Makna di Balik Kata "Ganjil"

Secara etimologi (bahasa), kata "Al-Witr" (الوِتْرُ) dalam bahasa Arab berarti ganjil, tunggal, atau tidak memiliki pasangan. Ini adalah lawan dari kata "Asy-Syaf'u" (الشَّفْعُ) yang berarti genap. Dari sinilah nama sholat ini berasal, karena jumlah rakaatnya selalu dilaksanakan dalam bilangan ganjil: satu, tiga, lima, dan seterusnya.

Secara terminologi (istilah syar'i), Sholat Witir adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam hari, antara setelah sholat Isya hingga sebelum terbit fajar (masuk waktu Subuh), dengan jumlah rakaat ganjil sebagai penutup bagi sholat-sholat sunnah lainnya yang dikerjakan pada malam itu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jadikanlah akhir sholat malam kalian adalah sholat Witir.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini secara gamblang menunjukkan fungsi utama Sholat Witir, yaitu sebagai "kunci" atau "segel" penutup dari rangkaian ibadah di malam hari. Ia menyempurnakan sholat tahajud, sholat hajat, sholat tarawih, dan sholat sunnah malam lainnya, menjadikannya sebuah kesatuan ibadah yang paripurna.

2. Hukum Melaksanakan Sholat Witir

Mayoritas ulama dari mazhab Maliki, Syafi'i, dan Hanbali berpendapat bahwa hukum Sholat Witir adalah Sunnah Mu'akkadah. Istilah ini merujuk pada amalan sunnah yang sangat ditekankan, sangat dianjurkan, dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam baik ketika beliau sedang di rumah maupun dalam perjalanan (safar). Tingginya penekanan ini menunjukkan betapa besar keutamaan dan pentingnya sholat ini di mata syariat.

Dalil yang menguatkan pendapat ini adalah hadis dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

"Sholat Witir bukanlah suatu kewajiban sebagaimana sholat fardhu. Akan tetapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya dan bersabda, 'Wahai Ahlul Qur'an (orang-orang yang berpegang pada Al-Qur'an), lakukanlah sholat Witir, karena sesungguhnya Allah itu Witir dan Dia mencintai yang ganjil'." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan An-Nasa'i, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Di sisi lain, ulama dari mazhab Hanafi memiliki pandangan yang sedikit berbeda. Mereka berpendapat bahwa hukum Sholat Witir adalah wajib. Namun, tingkatan "wajib" dalam terminologi mazhab Hanafi ini berada di bawah "fardhu". Artinya, ia adalah sebuah kewajiban yang ditetapkan berdasarkan dalil yang bersifat zhanni (dugaan kuat), bukan qath'i (pasti) seperti sholat lima waktu. Konsekuensinya, orang yang meninggalkannya dianggap berdosa menurut pandangan mereka, meskipun dosanya tidak sebesar meninggalkan sholat fardhu.

Terlepas dari perbedaan pandangan ini, semua ulama sepakat bahwa Sholat Witir adalah ibadah yang sangat agung dan tidak selayaknya ditinggalkan oleh seorang Muslim yang mampu mengerjakannya. Meninggalkannya secara sengaja tanpa uzur adalah sebuah kerugian yang besar.

3. Lautan Keutamaan Sholat Witir

Mengapa Sholat Witir begitu ditekankan? Karena di dalamnya tersimpan berbagai keutamaan dan fadhilah yang luar biasa. Memahami keutamaan ini akan menjadi bahan bakar semangat kita untuk senantiasa menjaganya.

Fokus Utama: Niat dan Tata Cara Sholat Witir 1 Rakaat

Setelah memahami fondasi teoretisnya, kini saatnya kita masuk ke inti pembahasan, yaitu panduan praktis untuk melaksanakan sholat witir sebanyak satu rakaat. Metode ini adalah yang paling sederhana dan sah untuk dilakukan, baik sebagai sholat witir mandiri maupun sebagai penutup sholat tarawih atau tahajud.

1. Pentingnya Niat dalam Ibadah

Niat adalah rukun pertama dan terpenting dalam setiap ibadah. Ia adalah pembeda antara satu amalan dengan amalan lainnya, dan pembeda antara sebuah kebiasaan dengan ibadah yang bernilai pahala. Tempat niat adalah di dalam hati. Melafalkan niat (talaffuzh) bukanlah sebuah kewajiban, namun banyak ulama, terutama dari mazhab Syafi'i, menganggapnya sebagai sunnah untuk membantu memantapkan hati dan mengonsentrasikan pikiran.

Niat untuk sholat witir 1 rakaat harus dihadirkan di dalam hati sesaat sebelum atau bersamaan dengan takbiratul ihram. Anda harus menyadari dalam hati bahwa Anda sedang akan melaksanakan "sholat sunnah Witir" sebanyak "satu rakaat" karena "Allah Ta'ala".

2. Lafadz Niat Sholat Witir 1 Rakaat (Sendirian/Munfarid)

Berikut adalah lafadz niat yang bisa diucapkan untuk membantu konsentrasi saat hendak sholat sendirian.

أُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal witri rak'atan lillaahi ta'aalaa.

Artinya: "Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat karena Allah Ta'ala."

3. Variasi Niat dalam Kondisi Berjamaah

Sholat Witir juga sangat dianjurkan untuk dilakukan secara berjamaah, terutama saat bulan Ramadhan setelah sholat Tarawih. Niatnya sedikit berbeda tergantung pada posisi kita dalam sholat.

Niat Sebagai Makmum (Mengikuti Imam)

أُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal witri rak'atan ma'muuman lillaahi ta'aalaa.

Artinya: "Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."

Niat Sebagai Imam (Memimpin Sholat)

أُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal witri rak'atan imaaman lillaahi ta'aalaa.

Artinya: "Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat sebagai imam karena Allah Ta'ala."

Ingatlah kembali, esensi dari niat adalah apa yang terlintas dan mantap di dalam hati. Lafadz-lafadz di atas hanyalah sarana bantu.

4. Tata Cara Pelaksanaan Sholat Witir 1 Rakaat (Langkah demi Langkah)

Pelaksanaan sholat witir 1 rakaat pada dasarnya sama seperti sholat fardhu satu rakaat, namun dengan beberapa anjuran bacaan khusus. Mari kita urai secara detail agar tidak ada keraguan.

  1. Berdiri Tegak Menghadap Kiblat dan Niat
    Posisikan diri Anda berdiri tegak menghadap kiblat. Tenangkan hati dan pikiran. Hadirkan niat di dalam hati untuk melaksanakan sholat sunnah Witir satu rakaat karena Allah Ta'ala.
  2. Takbiratul Ihram
    Angkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau telinga seraya mengucapkan "Allahu Akbar" (الله أَكْبَر). Pandangan mata lurus ke arah tempat sujud. Dengan diucapkannya takbir ini, maka Anda telah masuk ke dalam sholat dan segala hal di luar gerakan dan bacaan sholat menjadi terlarang.
  3. Membaca Doa Iftitah
    Setelah takbir, sedekapkan tangan di antara dada dan pusar (tangan kanan di atas tangan kiri). Disunnahkan membaca doa iftitah. Salah satu bacaan iftitah yang populer adalah:

    "Allahu akbar kabiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa'ashiilaa. Inni wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha, haniifan musliman wamaa anaa minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil 'aalamiin. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa anaa minal muslimiin."

  4. Membaca Surat Al-Fatihah
    Membaca surat Al-Fatihah adalah rukun sholat yang tidak boleh ditinggalkan. Bacalah dengan tartil, jelas, dan benar makhraj hurufnya, mulai dari "Bismillahir rahmanir rahiim" hingga "Waladh dhaalliin, aamiin".
  5. Membaca Surat Pendek
    Setelah selesai membaca Al-Fatihah, disunnahkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Untuk sholat witir satu rakaat, sangat dianjurkan untuk membaca tiga surat sekaligus secara berurutan, yaitu:
    • Surat Al-Ikhlas (Qul Huwallahu Ahad)
    • Surat Al-Falaq (Qul A'udzu birabbil Falaq)
    • Surat An-Nas (Qul A'udzu birabbin Nas)
    Membaca ketiga surat ini dalam satu rakaat witir adalah sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat hadis. Jika tidak hafal, Anda boleh membaca surat lain yang Anda hafal.
  6. Rukuk dengan Tuma'ninah
    Setelah selesai membaca surat, angkat kedua tangan seraya mengucapkan "Allahu Akbar", kemudian bungkukkan badan untuk rukuk. Punggung dan kepala lurus sejajar, pandangan ke tempat sujud, dan kedua tangan memegang lutut. Saat rukuk, bacalah tasbih minimal tiga kali:

    "Subhaana rabbiyal 'azhiimi wa bihamdih." (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya).

    Pastikan Anda melakukan rukuk dengan tuma'ninah, yaitu tenang dan diam sejenak setelah posisi sempurna sebelum bangkit.
  7. I'tidal dengan Tuma'ninah
    Bangkit dari rukuk seraya mengangkat kedua tangan dan mengucapkan:

    "Sami'allaahu liman hamidah." (Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya).

    Setelah berdiri tegak, bacalah:

    "Rabbanaa lakal hamdu mil'us samaawati wa mil'ul ardhi wa mil'u maa syi'ta min syai'in ba'du." (Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sepenuh langit, sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu).

    Lakukan i'tidal dengan tuma'ninah.
  8. Sujud Pertama dengan Tuma'ninah
    Turun untuk sujud seraya mengucapkan "Allahu Akbar". Pastikan tujuh anggota sujud menempel pada alas sholat: dahi (dan hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki. Saat sujud, bacalah tasbih minimal tiga kali:

    "Subhaana rabbiyal a'laa wa bihamdih." (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya).

    Perbanyaklah doa di dalam sujud karena saat itu adalah momen terdekat seorang hamba dengan Tuhannya.
  9. Duduk di Antara Dua Sujud dengan Tuma'ninah
    Bangkit dari sujud untuk duduk iftirasy (menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan) seraya mengucapkan "Allahu Akbar". Bacalah doa:

    "Rabbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'aafinii, wa'fu 'annii." (Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku).

  10. Sujud Kedua dengan Tuma'ninah
    Lakukan sujud kedua seperti sujud pertama, dengan bacaan tasbih yang sama.
  11. Duduk Tasyahud Akhir (Tahiyat Akhir)
    Bangkit dari sujud kedua seraya mengucapkan "Allahu Akbar" dan langsung mengambil posisi duduk tawarruk (kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, dan duduk di atas lantai). Bacalah bacaan tasyahud akhir secara lengkap:

    "At-tahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah. As-salaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shaalihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah. Allaahumma shalli 'alaa sayyidinaa muhammad, wa 'alaa aali sayyidinaa muhammad. Kamaa shallaita 'alaa sayyidinaa ibraahiim, wa 'alaa aali sayyidinaa ibraahiim. Wa baarik 'alaa sayyidinaa muhammad, wa 'alaa aali sayyidinaa muhammad. Kamaa baarakta 'alaa sayyidinaa ibraahiim, wa 'alaa aali sayyidinaa ibraahiim. Fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid."

  12. Mengucapkan Salam
    Setelah selesai membaca tasyahud akhir, palingkan wajah ke kanan hingga pipi kanan terlihat dari belakang seraya mengucapkan:

    "Assalaamu'alaikum wa rahmatullah." (Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah padamu).

    Kemudian, palingkan wajah ke kiri hingga pipi kiri terlihat dari belakang seraya mengucapkan salam yang sama. Dengan demikian, selesailah sholat witir satu rakaat Anda.

Amalan dan Doa Setelah Sholat Witir

Ibadah tidak berhenti begitu saja setelah salam. Terdapat beberapa amalan zikir dan doa yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dibaca setelah menyelesaikan sholat Witir. Amalan-amalan ini menjadi penyempurna dan penambah bobot pahala dari sholat yang baru saja kita kerjakan.

1. Dzikir Khusus Setelah Witir

Setelah salam, jangan langsung beranjak. Luangkan waktu sejenak untuk berdzikir. Dzikir yang paling utama dan khas setelah sholat witir adalah:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

Subhaanal malikil qudduus.

Artinya: "Maha Suci Raja Yang Maha Suci."

Bacaan ini diulang sebanyak tiga kali. Pada bacaan yang ketiga, dianjurkan untuk memanjangkan dan mengeraskan suara sedikit, lalu dilanjutkan dengan bacaan: "Rabbil malaa'ikati war ruuh" (Tuhan para malaikat dan ruh/Jibril).

Amalan ini didasarkan pada hadis dari Ubay bin Ka'ab radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah salam dari sholat witir, beliau mengucapkan "Subhaanal malikil qudduus" tiga kali. (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i, shahih).

2. Doa Komprehensif Setelah Witir

Setelah berdzikir, sangat baik untuk menutupnya dengan doa yang lengkap. Terdapat doa yang ma'tsur (diriwayatkan) dan sering dipanjatkan oleh para ulama setelah sholat Witir. Meskipun panjang, doa ini berisi permohonan yang sangat lengkap mencakup kebaikan dunia dan akhirat.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Allahumma innaa nas'aluka iimaanan daa'iman, wanas'aluka qalban khaasyi'an, wanas'aluka 'ilman naafi'an, wanas'aluka yaqiinan shaadiqan, wanas'aluka 'amalan shaalihan, wanas'aluka diinan qayyiman, wanas'aluka khairan katsiiran, wanas'alukal 'afwa wal'aafiyah, wanas'aluka tamaamal 'aafiyah, wanas'alukasy syukra 'alal 'aafiyah, anas'alukal ghinaa'a 'anin naas. Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa washiyaamanaa waqiyaamanaa watakhusy-syu'anaa watadharru'anaa wata'abbudanaa watammim taqshiiranaa yaa allaah yaa arhamar raahimiin. Washallallaahu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihi washahbihi ajma'iina, walhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin.

Artinya: "Ya Allah, kami memohon kepada-Mu iman yang tetap, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang saleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan afiat, kami memohon kepada-Mu kesempurnaan afiat, kami memohon kepada-Mu syukur atas afiat, dan kami memohon kepada-Mu kecukupan dari manusia. Ya Allah, Tuhan kami, terimalah dari kami sholat kami, puasa kami, sholat malam kami, kekhusyukan kami, kerendahan hati kami, ibadah kami, dan sempurnakanlah kekurangan kami, ya Allah, ya Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang. Semoga rahmat Allah tercurahkan kepada junjungan kami Muhammad, kepada keluarga dan seluruh sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."

Konteks dan Pertanyaan Seputar Witir 1 Rakaat

Untuk melengkapi pemahaman, ada beberapa pertanyaan umum yang sering muncul terkait pelaksanaan sholat witir satu rakaat.

Bolehkah Sholat Witir Hanya Satu Rakaat Saja?

Tentu saja, boleh. Melaksanakan sholat witir hanya satu rakaat adalah sah dan sesuai dengan sunnah. Ini adalah pilihan paling minimalis yang diajarkan oleh Rasulullah. Sahabat Nabi, Sa'ad bin Abi Waqqash, pernah melakukan witir satu rakaat. Ini adalah kemudahan dalam syariat Islam yang menunjukkan bahwa ibadah ini dapat dijangkau oleh semua orang, bahkan bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu atau tenaga. Namun, jika memiliki kelapangan, melaksanakannya tiga rakaat atau lebih tentu lebih utama.

Bagaimana Jika Sudah Witir, Lalu Ingin Sholat Tahajud Lagi?

Ini adalah skenario yang sering terjadi. Seseorang mungkin sholat witir setelah Isya karena khawatir tidak bangun malam, namun ternyata Allah memberinya kemudahan untuk bangun di sepertiga malam terakhir dan ingin sholat tahajud. Apa yang harus dilakukan?

Prinsipnya didasarkan pada hadis Nabi: "Laa witraani fii lailah" yang artinya "Tidak ada dua witir dalam satu malam." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasa'i).

Berdasarkan hadis ini, jika Anda sudah melaksanakan sholat witir, Anda tidak perlu mengulanginya lagi di malam yang sama. Anda boleh melaksanakan sholat tahajud atau sholat sunnah lainnya sebanyak yang Anda mau dengan jumlah rakaat genap (dua rakaat salam, dua rakaat salam), dan tidak perlu menutupnya lagi dengan sholat witir. Sholat witir yang pertama sudah cukup sebagai penutup sholat malam Anda.

Kapan Waktu Terbaik Melaksanakan Sholat Witir?

Waktu pelaksanaan sholat witir terbentang luas, yaitu sejak selesainya sholat Isya hingga sebelum masuk waktu Subuh. Namun, ada pembagian waktu afdhal (lebih utama):


Kesimpulan: Jadikan Witir Kebiasaan Indah Penutup Malam

Sholat witir 1 rakaat adalah sebuah mutiara berharga dalam khazanah ibadah Islam. Ia adalah bukti kasih sayang Allah yang memberikan kemudahan bagi hamba-Nya untuk meraih pahala besar melalui amalan yang ringkas. Dengan niat yang tulus, tata cara yang benar, dan pemahaman yang mendalam, satu rakaat ini bisa menjadi amalan pemberat timbangan kebaikan kita di akhirat kelak.

Jangan pernah meremehkan sholat witir, meskipun hanya satu rakaat. Konsistensi dalam menjalankannya jauh lebih baik daripada amalan banyak yang hanya dilakukan sesekali. Jadikanlah ia sebagai penutup hari yang indah, sebagai momen dialog terakhir kita dengan Sang Pencipta sebelum memejamkan mata, dan sebagai bukti bahwa kita adalah hamba yang senantiasa berusaha meneladani sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita taufik dan hidayah untuk dapat menjaga ibadah yang agung ini. Aamiin.

🏠 Kembali ke Homepage