Di tengah hiruk pikuk modernisasi yang tak pernah berhenti melaju di Jakarta, sebuah sosok raksasa nan berwarna-warni tetap berdiri tegak, menjadi penjaga setia ingatan kolektif akan sebuah peradaban yang kaya: Ondel-Ondel. Boneka raksasa ini bukan sekadar pajangan atau hiburan semata; ia adalah perwujudan roh nenek moyang, simbol penolak bala, penanda perayaan, dan kini, duta budaya Betawi yang tak lekang oleh waktu. Kehadirannya yang mencolok, dengan senyum ramah atau ekspresi garang, selalu berhasil menarik perhatian, mengundang decak kagum, dan membangkitkan rasa ingin tahu tentang kisah di baliknya.
Ondel-Ondel adalah salah satu ikon budaya Betawi yang paling dikenal, tak hanya di Indonesia tetapi juga di kancah internasional. Keberadaannya merefleksikan identitas masyarakat Betawi yang pluralistik, terbuka, dan kaya akan tradisi lisan maupun pertunjukan. Setiap lekuk rupa, warna, dan gerak-geriknya sarat akan makna filosofis yang mendalam, menceritakan perjalanan panjang sebuah komunitas dalam menjaga warisan leluhur di tengah arus perubahan zaman yang begitu cepat.
Artikel ini akan membawa kita menyelami lebih dalam dunia Ondel-Ondel, menyingkap lapis demi lapis sejarahnya yang panjang, makna filosofis yang terkandung di dalamnya, proses pembuatannya yang rumit, hingga perannya yang berevolusi dalam masyarakat kontemporer. Kita juga akan membahas tantangan yang dihadapinya di era modern, serta berbagai upaya pelestarian yang dilakukan agar warisan berharga ini terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.
Asal-Usul dan Sejarah Panjang Ondel-Ondel
Melacak jejak awal Ondel-Ondel membawa kita jauh ke masa lampau, ke era di mana kepercayaan animisme dan dinamisme masih sangat kuat di kalangan masyarakat Nusantara. Sebelum dikenal dengan nama Ondel-Ondel, boneka raksasa ini memiliki sebutan lain, yakni "Barongan". Istilah ini, yang memiliki kemiripan dengan barongan di Bali atau Reog Ponorogo di Jawa Timur, menunjukkan adanya akar budaya yang serupa dalam penggunaan boneka atau topeng raksasa sebagai media ritual dan pertunjukan.
Pada awalnya, Ondel-Ondel memiliki fungsi yang sakral. Ia diyakini sebagai penolak bala, penjaga desa atau kampung dari segala marabahaya, penyakit, atau gangguan roh jahat. Masyarakat Betawi di masa lalu sangat mempercayai kekuatan supranatural yang terkandung dalam sosok Ondel-Ondel. Oleh karena itu, kehadirannya selalu menjadi bagian tak terpisahkan dalam upacara-upacara adat penting, seperti sedekah bumi, ruwatan, atau perayaan panen raya, di mana ia dihadirkan untuk membersihkan lingkungan dari energi negatif dan membawa keberkahan.
Seiring berjalannya waktu dan masuknya pengaruh budaya lain, fungsi Ondel-Ondel mulai bergeser. Dari sekadar ritualistik, ia kemudian bertransformasi menjadi bagian dari pertunjukan rakyat yang bersifat hiburan. Pergeseran ini tidak menghilangkan sepenuhnya nilai sakralnya, namun menambahkan dimensi baru yang lebih populer dan mudah diakses oleh khalayak ramai. Pada masa-masa penjajahan, Ondel-Ondel menjadi salah satu bentuk hiburan yang digemari masyarakat, seringkali tampil di berbagai perayaan, pesta rakyat, atau bahkan mengiringi arak-arakan pengantin.
Penamaan "Ondel-Ondel" sendiri dipercaya muncul kemudian, kemungkinan besar berasal dari onomatope gerakan kepala boneka yang "ngondel-ondel" atau bergoyang-goyang. Ada pula yang berpendapat bahwa nama ini berasal dari lagu populer pada masa itu yang liriknya merujuk pada boneka raksasa ini. Apapun asal-usul pastinya, nama ini kemudian melekat erat dan menjadi identitas tak terpisahkan dari boneka raksasa Betawi yang ramah dan menawan.
Pemerintah setempat, dalam upaya melestarikan dan mempromosikan budaya Betawi, juga turut berperan penting dalam memperkenalkan Ondel-Ondel kepada khalayak yang lebih luas. Melalui berbagai festival budaya, parade, dan pameran, Ondel-Ondel semakin dikenal sebagai simbol kebanggaan Betawi. Kini, ia tidak hanya ditemukan di perkampungan Betawi tradisional, tetapi juga sering tampil di acara-acara resmi kenegaraan, hotel-hotel mewah, pusat perbelanjaan, bahkan menjadi ikon yang menyambut wisatawan di pintu gerbang kota Jakarta.
Makna Filosofis dan Simbolisme Ondel-Ondel
Lebih dari sekadar boneka raksasa, Ondel-Ondel adalah cerminan dari pandangan dunia masyarakat Betawi, sarat akan filosofi dan simbolisme yang mendalam. Setiap elemen pada Ondel-Ondel, mulai dari warna wajah, ekspresi, hingga pakaian dan aksesori, memiliki makna tersendiri yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Dua Sosok Utama: Pria dan Wanita
Ondel-Ondel selalu hadir berpasangan: satu Ondel-Ondel pria dan satu Ondel-Ondel wanita. Pasangan ini melambangkan keseimbangan alam semesta, harmoni antara maskulin dan feminin, serta kesuburan dan kelangsungan hidup. Keduanya saling melengkapi dan menjadi representasi dari dualitas kehidupan yang senantiasa berdampingan.
- Ondel-Ondel Pria: Umumnya memiliki wajah berwarna merah. Warna merah melambangkan keberanian, semangat, kekuatan, dan kegagahan. Ia digambarkan dengan kumis tebal, ekspresi yang lebih garang namun tetap berwibawa. Mata yang besar dan tajam menunjukkan kewaspadaan dan kemampuan untuk melindungi. Sosok Ondel-Ondel pria dipercaya memiliki kekuatan untuk menolak bala dan mengusir roh-roh jahat.
- Ondel-Ondel Wanita: Wajahnya berwarna putih atau kuning langsat. Warna putih melambangkan kesucian, kebaikan, kelembutan, dan kecantikan. Ia memiliki mata yang lebih lembut, alis melengkung, dan senyum yang menawan, seringkali dihiasi dengan riasan pipi yang kemerahan. Ondel-Ondel wanita melambangkan keanggunan, kesuburan, dan juga menjadi simbol pengharapan akan kebaikan dan berkah.
Ekspresi dan Riasan
Ekspresi wajah Ondel-Ondel, meskipun terlihat sederhana, menyimpan makna yang kaya. Ondel-Ondel pria dengan wajah merahnya seringkali menunjukkan ekspresi tegas dan sedikit menyeramkan, bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk melambangkan kekuatan penolak bala yang efektif. Ia adalah pelindung yang siap menghadapi segala ancaman.
Sementara itu, Ondel-Ondel wanita dengan wajah putihnya memancarkan kelembutan dan kebahagiaan. Senyumnya yang ramah adalah undangan untuk kebaikan dan kesejahteraan. Riasan pada wajah Ondel-Ondel, seperti garis alis yang tegas atau pipi yang merona, bukan sekadar estetika, melainkan juga bagian dari tradisi rias wajah adat Betawi yang memiliki simbolisme tersendiri.
Pakaian dan Aksesori
Pakaian Ondel-Ondel juga tidak lepas dari makna. Kedua Ondel-Ondel mengenakan busana tradisional Betawi yang khas, yaitu baju koko atau jas adat untuk pria, dan kebaya atau baju kurung untuk wanita. Pakaian ini seringkali berwarna cerah dan dihiasi motif batik Betawi atau motif-motif tradisional lainnya yang mencerminkan kekayaan budaya lokal.
Aksesori kepala, seperti mahkota atau kembang kelapa, adalah salah satu elemen paling ikonik. Kembang kelapa, yang terbuat dari lidi kelapa yang dihias kertas warna-warni, melambangkan kemakmuran, kesuburan, dan kehidupan yang berlimpah. Bentuknya yang menjulang tinggi juga melambangkan cita-cita dan harapan yang tinggi. Untuk Ondel-Ondel pria, mahkota ini seringkali lebih sederhana, sementara untuk wanita, ia lebih dihias dengan motif bunga atau rumbai yang anggun.
Perhiasan lain seperti anting, kalung, dan selendang juga ditambahkan untuk mempercantik dan memperkaya tampilan Ondel-Ondel. Perhiasan ini tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap busana, tetapi juga seringkali melambangkan status sosial atau harapan akan kemewahan dan kebahagiaan.
Gerakan dan Irama
Gerakan Ondel-Ondel yang bergoyang-goyang dengan iringan musik gambang kromong juga memiliki makna tersendiri. Gerakan ini melambangkan ritme kehidupan, dinamika, dan semangat kebersamaan. Setiap ayunan dan putaran mencerminkan kehangatan dan keramahtamahan masyarakat Betawi. Musik gambang kromong yang mengiringi, dengan melodi yang riang dan terkadang melankolis, menambahkan kedalaman emosi pada setiap pertunjukan, menjadikannya pengalaman yang tak terlupakan bagi penonton.
Secara keseluruhan, Ondel-Ondel adalah manifestasi seni yang kompleks, di mana setiap detailnya menyimpan pesan dan nilai-nilai luhur. Ia adalah perpaduan harmonis antara estetika, spiritualitas, dan tradisi, yang terus berbicara kepada kita tentang identitas dan warisan budaya Betawi yang tak ternilai harganya.
Proses Pembuatan Ondel-Ondel: Dari Rangka Hingga Riasan
Pembuatan Ondel-Ondel adalah sebuah seni kerajinan tangan yang membutuhkan keahlian, ketelatenan, dan pemahaman mendalam tentang anatomi serta makna filosofis dari setiap bagian. Prosesnya merupakan rangkaian tahapan yang panjang, dimulai dari pemilihan bahan baku hingga sentuhan akhir pada riasan dan busana. Setiap pengrajin Ondel-Ondel seakan menjadi perpanjangan tangan para leluhur, menjaga tradisi dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap ciptaannya.
1. Pembuatan Kerangka
Langkah pertama dan yang paling fundamental adalah pembuatan kerangka. Kerangka inilah yang akan menjadi penopang utama seluruh tubuh Ondel-Ondel dan memberikan bentuk dasar. Bahan utama yang digunakan untuk kerangka adalah bambu. Bambu dipilih karena sifatnya yang ringan namun kuat, mudah dibentuk, dan melambangkan kesederhanaan serta kearifan lokal.
Bambu-bambu dipotong dan dirangkai sedemikian rupa menggunakan tali atau kawat, membentuk siluet tubuh manusia. Kerangka ini harus kokoh karena ia akan menopang beban kepala dan pakaian, serta harus cukup lebar untuk memungkinkan seseorang masuk dan menggerakkan Ondel-Ondel dari dalam. Ukuran kerangka bervariasi, namun umumnya mencapai ketinggian sekitar 2,5 hingga 3 meter. Ketelitian dalam merangkai bambu sangat penting untuk memastikan Ondel-Ondel dapat berdiri tegak dan seimbang.
2. Pembentukan Kepala
Kepala adalah bagian paling ekspresif dari Ondel-Ondel dan menjadi pusat perhatian. Pada masa lampau, kepala Ondel-Ondel seringkali dibuat dari kayu ringan atau rotan, kemudian ditutup dengan kain dan diukir atau dibentuk. Namun, seiring waktu, material seperti bubur kertas (papier-mâché) atau spons busa juga digunakan karena lebih ringan dan mudah dibentuk.
Proses pembentukan kepala membutuhkan tangan yang terampil untuk menciptakan detail wajah yang khas, seperti bentuk mata, hidung, mulut, dan garis rahang. Ekspresi wajah, apakah itu garang untuk pria atau ramah untuk wanita, harus tergambar jelas pada tahap ini. Setelah bentuk dasar kepala jadi, ia akan dihaluskan dan siap untuk tahap pengecatan.
3. Pengecatan Wajah dan Riasan
Ini adalah tahap yang memberikan ‘nyawa’ pada Ondel-Ondel. Warna wajah, seperti yang telah dibahas sebelumnya, adalah penanda jenis kelamin dan makna filosofis. Ondel-Ondel pria dicat dengan warna merah menyala, sementara Ondel-Ondel wanita dicat dengan warna putih bersih atau kuning langsat.
Selain warna dasar, detail riasan juga sangat penting. Pengrajin akan melukiskan alis mata, bulu mata, bibir, dan terkadang kumis untuk Ondel-Ondel pria, serta bintik-bintik merah di pipi (pipi rona) untuk Ondel-Ondel wanita. Riasan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar ekspresi wajah yang diinginkan dapat tersampaikan dengan sempurna. Cat yang digunakan haruslah awet dan tahan terhadap cuaca, mengingat Ondel-Ondel sering dipamerkan di luar ruangan.
4. Pembuatan Rambut dan Aksesori Kepala
Rambut Ondel-Ondel umumnya dibuat dari ijuk, serat kelapa, atau rumbai-rumbai kain yang diwarnai hitam. Rambut ini dipasang mengelilingi kepala, memberikan efek mengembang dan menutupi bagian sambungan kepala dengan kerangka tubuh.
Kemudian, aksesori kepala yang paling menonjol, yaitu kembang kelapa, dipasang. Kembang kelapa dibuat dari lidi kelapa yang dipasangi kertas warna-warni yang dipotong memanjang dan melengkung. Lidi-lidi ini kemudian diikat menjadi satu membentuk semacam mahkota yang mengembang dan menjulang tinggi. Warna-warni kembang kelapa melambangkan kemakmuran dan keberagaman, menambah semarak penampilan Ondel-Ondel.
5. Penjahitan Pakaian
Pakaian Ondel-Ondel adalah tahapan selanjutnya. Pakaian dijahit dari kain berwarna cerah, seringkali menggunakan kain batik Betawi atau motif-motif tradisional lainnya. Ondel-Ondel pria mengenakan baju koko atau jas adat lengkap dengan celana panjang dan sarung yang diikatkan di pinggang. Sedangkan Ondel-Ondel wanita mengenakan kebaya atau baju kurung yang dipadukan dengan kain sarung.
Desain pakaian harus cukup longgar agar tidak menghalangi gerakan orang yang ada di dalamnya. Detail seperti kancing, saku, atau hiasan sulaman juga ditambahkan untuk mempercantik busana. Pemilihan warna dan motif pakaian seringkali disesuaikan dengan tema atau acara di mana Ondel-Ondel akan ditampilkan, namun tetap berpegang pada estetika tradisional Betawi.
6. Pemasangan Aksesori Pelengkap
Setelah pakaian terpasang, barulah berbagai aksesori pelengkap ditambahkan. Ini meliputi selendang yang dikalungkan di leher atau bahu, kalung, anting-anting, dan hiasan tangan. Aksesori ini tidak hanya berfungsi sebagai perhiasan, tetapi juga memperkuat karakter dan identitas Ondel-Ondel. Misalnya, Ondel-Ondel wanita seringkali diberi anting-anting besar dan kalung mutiara palsu untuk menonjolkan keanggunannya.
Seluruh proses pembuatan ini bisa memakan waktu berminggu-minggu, tergantung pada tingkat kerumitan detail dan keahlian pengrajin. Setiap Ondel-Ondel yang dihasilkan adalah karya seni unik yang mencerminkan dedikasi dan cinta terhadap warisan budaya Betawi.
Fungsi dan Peran dalam Masyarakat: Dulu dan Kini
Sepanjang sejarahnya, Ondel-Ondel telah memainkan berbagai peran penting dalam kehidupan masyarakat Betawi. Dari fungsi sakral hingga hiburan, dari penolak bala hingga duta kebudayaan, evolusi perannya mencerminkan adaptasi budaya Betawi terhadap perubahan zaman.
Fungsi Tradisional: Penolak Bala dan Ritual Adat
Di masa lampau, fungsi utama Ondel-Ondel adalah sebagai ritual penolak bala (tolak bala). Kehadirannya diyakini dapat mengusir roh-roh jahat, penyakit, atau musibah yang mengancam kampung. Dalam kepercayaan masyarakat tradisional, Ondel-Ondel adalah perwujudan roh pelindung nenek moyang yang menjaga keseimbangan alam dan keselamatan komunitas.
Ondel-Ondel selalu hadir dalam berbagai upacara adat Betawi yang penting, seperti:
- Sedekah Bumi atau Bersih Kampung: Untuk membersihkan kampung dari aura negatif dan memohon keselamatan serta kesuburan tanah.
- Nazar atau Hajat: Ketika seseorang memiliki keinginan atau nazar yang terpenuhi, Ondel-Ondel diundang untuk turut serta dalam syukuran sebagai bentuk penghormatan dan pembawa berkah.
- Penyambutan Tamu Penting: Dalam konteks yang lebih formal, Ondel-Ondel juga digunakan untuk menyambut tamu-tamu kehormatan sebagai simbol kebahagiaan dan keramahan.
- Perayaan Panen: Sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang melimpah, Ondel-Ondel menari-nari di tengah masyarakat yang bergembira.
Pada masa ini, Ondel-Ondel bukanlah sekadar tontonan, melainkan bagian integral dari keyakinan dan praktik spiritual masyarakat. Pergerakannya yang dinamis dan musik pengiring yang riang dipercaya dapat mengusir hal-hal buruk dan menarik energi positif.
Fungsi Hiburan Rakyat dan Perayaan
Seiring berjalannya waktu dan berkurangnya kepercayaan murni pada fungsi supranatural, Ondel-Ondel mulai bergeser menjadi bentuk hiburan rakyat. Namun, pergeseran ini tidak menghilangkan nilai-nilai spiritual sepenuhnya, melainkan mengintegrasikannya dalam konteks yang lebih santai dan meriah.
Ondel-Ondel menjadi daya tarik utama dalam berbagai perayaan, seperti:
- Pesta Pernikahan: Mengarak pengantin dengan iringan Ondel-Ondel adalah tradisi yang masih sering ditemui, menambahkan kemeriahan dan doa restu bagi pasangan baru.
- Sunatan: Sama halnya dengan pernikahan, arak-arakan anak yang baru disunat dengan diiringi Ondel-Ondel menjadi momen yang sangat dinantikan.
- Festival dan Parade Budaya: Ondel-Ondel menjadi bintang utama dalam parade kebudayaan, memperkenalkan kekayaan Betawi kepada masyarakat luas, termasuk wisatawan domestik maupun mancanegara.
- Acara Peringatan Hari Besar: Hari Kemerdekaan, hari ulang tahun kota, atau festival seni lokal seringkali menampilkan Ondel-Ondel sebagai simbol kegembiraan dan kebanggaan.
Dalam konteks hiburan, Ondel-Ondel tidak hanya menari, tetapi juga berinteraksi dengan penonton, membuat suasana menjadi hidup dan penuh canda tawa. Musik gambang kromong yang mengiringi selalu mengajak penonton untuk ikut bergoyang dan merasakan semaraknya suasana.
Fungsi Modern: Ikon Pariwisata dan Identitas Kota
Di era kontemporer, peran Ondel-Ondel semakin meluas. Ia telah bertransformasi menjadi salah satu ikon pariwisata terkemuka bagi Jakarta dan Indonesia. Kehadirannya dapat ditemui di berbagai tempat strategis, seperti:
- Bandara dan Terminal: Menyambut kedatangan wisatawan, memberikan kesan pertama yang otentik tentang budaya Betawi.
- Hotel dan Restoran: Sebagai elemen dekorasi atau pertunjukan untuk memperkenalkan budaya lokal kepada tamu.
- Pusat Perbelanjaan: Menjadi bagian dari acara promosi atau perayaan tertentu, menarik perhatian pengunjung dengan keunikan dan warnanya yang cerah.
- Media dan Souvenir: Gambar Ondel-Ondel banyak digunakan pada produk-produk souvenir, poster promosi, bahkan menjadi karakter dalam media anak-anak, membantu menyebarkan pengenalan budaya ini ke khalayak yang lebih muda dan luas.
Meskipun peran modern ini membawa tantangan tersendiri, seperti komersialisasi yang berlebihan atau hilangnya nilai sakral, ia juga memastikan bahwa Ondel-Ondel tetap relevan dan dikenal oleh generasi baru. Ia menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, menjaga agar identitas Betawi tetap kokoh di tengah arus globalisasi.
Pemerintah daerah dan berbagai komunitas budaya juga aktif mempromosikan Ondel-Ondel melalui pendidikan, lokakarya, dan festival. Hal ini dilakukan untuk menanamkan pemahaman yang benar tentang sejarah dan filosofi Ondel-Ondel, sekaligus melestarikannya sebagai warisan budaya tak benda yang patut dibanggakan.
Pertunjukan Ondel-Ondel: Harmoni Gerak dan Irama Gambang Kromong
Sebuah pertunjukan Ondel-Ondel adalah pengalaman multisensori yang memadukan visual boneka raksasa yang bergerak lincah dengan melodi riang dari musik tradisional. Ini bukan hanya tentang menari; ini adalah narasi yang diceritakan melalui gerak, irama, dan ekspresi yang tak terucapkan, menciptakan suasana kegembiraan dan kebersamaan.
Persiapan Sebelum Pertunjukan
Sebelum Ondel-Ondel mulai menari, ada serangkaian persiapan yang harus dilakukan. Pertama, para pemain (biasanya dua orang untuk sepasang Ondel-Ondel) akan masuk ke dalam kerangka boneka. Mereka harus terampil dalam mengendalikan Ondel-Ondel dari dalam, memastikan keseimbangan dan mampu bergerak bebas. Gerakan bahu dan pinggul pemain adalah kunci untuk membuat Ondel-Ondel bergoyang dengan lincah.
Pada saat yang sama, kelompok musik pengiring, yang dikenal sebagai Gambang Kromong, akan bersiap dengan alat musik mereka. Peralatan ini meliputi gambang (xylophone dari kayu), kromong (gong kecil berderet), gong, kendang, rebana, sukong, tehyan, kongahyan (alat musik gesek Tionghoa), dan kadang-kadang suling atau terompet. Penataan alat musik ini membutuhkan ruang yang cukup dan biasanya diletakkan di dekat area pertunjukan.
Pembuka Pertunjukan
Pertunjukan biasanya dimulai dengan lagu-lagu pembuka dari Gambang Kromong yang ceria dan energik, membangun antisipasi di antara penonton. Melodi yang dimainkan adalah lagu-lagu tradisional Betawi yang sudah dikenal luas, seperti "Jali-Jali" atau "Lenggang Kangkung", yang segera mengundang senyuman dan tepuk tangan. Seiring dengan irama yang semakin kuat, Ondel-Ondel akan muncul, berpasangan, dengan langkah-langkah yang mantap namun gemulai.
Gerakan dan Koreografi
Gerakan Ondel-Ondel cenderung sederhana namun berulang dan khas. Mereka akan bergoyang-goyang, melenggang, berputar, dan terkadang mendekati penonton untuk berinteraksi. Gerakan ini tidak memiliki koreografi yang terlalu rumit seperti tarian klasik, melainkan lebih mengandalkan improvisasi dan kelincahan pemain di dalamnya. Namun, ada beberapa gerakan dasar yang menjadi ciri khas, seperti:
- Lenggang Ondel-Ondel: Gerakan berjalan atau melenggang dengan tubuh bergoyang ke kiri dan kanan.
- Putaran: Ondel-Ondel berputar perlahan atau cepat, menampilkan seluruh sisi boneka kepada penonton.
- Interaksi: Terkadang, Ondel-Ondel akan "menyapa" penonton dengan membungkuk kecil atau mendekatkan diri, terutama kepada anak-anak, yang seringkali menimbulkan tawa dan kegembiraan.
Meski berbadan besar, Ondel-Ondel harus mampu bergerak dengan luwes, seolah-olah boneka itu sendiri yang menari. Harmoni antara gerak Ondel-Ondel dan irama Gambang Kromong adalah kunci keberhasilan pertunjukan. Musik memberikan tempo dan semangat, sementara Ondel-Ondel menerjemahkannya menjadi visual yang hidup.
Musik Pengiring: Gambang Kromong
Gambang Kromong adalah jantung dari setiap pertunjukan Ondel-Ondel. Tanpa iringan musik ini, Ondel-Ondel terasa hampa. Gaya musiknya merupakan perpaduan unik antara elemen musik Tionghoa dan lokal Betawi, menghasilkan melodi yang riang, harmonis, dan mudah diterima.
- Gambang: Alat musik utama yang terbuat dari bilah-bilah kayu yang disusun berurutan dan dimainkan dengan dipukul.
- Kromong: Satu set gong kecil yang diletakkan di atas ancak (rangka kayu) dan dimainkan dengan dipukul.
- Gong dan Kenong: Memberikan penekanan pada ketukan dan irama dasar.
- Kendang: Memimpin tempo dan dinamika musik.
- Alat Musik Gesek (Tehyan, Kongahyan, Sukong): Memberikan sentuhan melodi yang meliuk-liuk, seringkali dengan nuansa Tionghoa.
- Suling atau Terompet: Menambah variasi melodi dan seringkali memainkan bagian vokal instrumental.
Lagu-lagu yang dimainkan biasanya adalah lagu-lagu pop Betawi tradisional yang liriknya menceritakan kehidupan sehari-hari, cinta, atau nasihat. Irama yang dihasilkan sangat khas, mampu membangkitkan semangat dan suasana pesta, serta memberikan identitas unik pada pertunjukan Ondel-Ondel.
Interaksi dengan Penonton dan Akhir Pertunjukan
Salah satu daya tarik pertunjukan Ondel-Ondel adalah interaksinya dengan penonton. Anak-anak seringkali berlarian mengikuti Ondel-Ondel, sementara orang dewasa menikmati irama musik dan suasana ceria. Terkadang, para pengiring musik akan berkeliling dengan kotak sumbangan, dan penonton dipersilakan untuk memberikan uang sebagai bentuk apresiasi. Ini adalah bagian dari tradisi pertunjukan rakyat di mana seniman hidup dari sumbangan masyarakat.
Pertunjukan akan diakhiri dengan beberapa lagu penutup yang masih mempertahankan semangat ceria. Ondel-Ondel akan melambaikan tangan atau membungkuk sebagai tanda perpisahan, meninggalkan kesan gembira dan mengingatkan akan kekayaan budaya Betawi yang terus hidup.
Tantangan dan Upaya Pelestarian di Era Modern
Di tengah deru pembangunan dan gempuran budaya global, Ondel-Ondel menghadapi berbagai tantangan signifikan dalam menjaga eksistensi dan makna aslinya. Namun, kesadaran akan pentingnya warisan budaya juga memicu berbagai upaya pelestarian yang gigih, memastikan Ondel-Ondel tetap relevan dan dicintai.
Tantangan Modern
- Komersialisasi dan De-sakralisasi: Salah satu tantangan terbesar adalah komersialisasi. Ondel-Ondel yang awalnya memiliki fungsi ritualistik kini banyak digunakan sebagai pengamen jalanan atau pajangan semata untuk menarik wisatawan. Praktik ini, meskipun membantu pengrajin dan seniman mendapatkan penghasilan, seringkali mengikis makna sakral dan filosofisnya. Ada kekhawatiran bahwa Ondel-Ondel hanya dilihat sebagai objek hiburan semata tanpa pemahaman konteks budayanya.
- Ancaman Kepunahan Pengrajin: Proses pembuatan Ondel-Ondel memerlukan keahlian khusus yang diwariskan secara turun-temurun. Generasi muda mungkin kurang tertarik untuk mempelajari seni ini karena dianggap kurang menjanjikan secara ekonomi atau terlalu tradisional. Jika tidak ada penerus, keterampilan membuat Ondel-Ondel yang otentik dapat terancam punah.
- Pergeseran Minat Generasi Muda: Anak muda di perkotaan modern lebih akrab dengan budaya populer global daripada kesenian tradisional. Kurangnya paparan dan pemahaman tentang Ondel-Ondel sejak dini dapat menyebabkan hilangnya apresiasi di masa depan.
- Plagiarisme dan Penjiplakan: Desain dan estetika Ondel-Ondel seringkali ditiru atau dimodifikasi tanpa penghargaan yang layak terhadap hak kekayaan intelektual budaya. Hal ini dapat mengurangi keunikan dan keaslian Ondel-Ondel sebagai ikon Betawi.
- Ketersediaan Bahan Baku: Beberapa bahan tradisional seperti bambu berkualitas tinggi atau jenis ijuk tertentu mungkin semakin sulit didapatkan seiring dengan urbanisasi dan perubahan lingkungan.
Upaya Pelestarian
Meskipun menghadapi banyak tantangan, berbagai pihak, mulai dari pemerintah, komunitas budaya, hingga individu, aktif melakukan upaya pelestarian. Upaya ini bertujuan untuk menjaga keaslian, meningkatkan pemahaman, dan memastikan keberlanjutan Ondel-Ondel sebagai warisan budaya.
- Penetapan sebagai Warisan Budaya Tak Benda: Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan Ondel-Ondel sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Penetapan ini memberikan pengakuan resmi dan payung hukum untuk perlindungan dan pelestarian.
- Pendidikan dan Sosialisasi: Program-program pendidikan di sekolah-sekolah, lokakarya, dan seminar tentang Ondel-Ondel diadakan untuk memperkenalkan sejarah, makna, dan proses pembuatannya kepada generasi muda. Museum Betawi dan pusat-pusat kebudayaan juga aktif menyelenggarakan pameran dan demonstrasi.
- Regulasi dan Perlindungan: Pemerintah daerah berupaya membuat peraturan yang mengatur penggunaan Ondel-Ondel, terutama yang terkait dengan pengamen jalanan, untuk memastikan penggunaannya tetap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan tidak merusak citranya.
- Pengembangan Komunitas dan Sanggar: Berbagai sanggar dan komunitas seni Betawi menjadi garda terdepan dalam melestarikan Ondel-Ondel. Mereka tidak hanya melatih penari dan musisi, tetapi juga mengajari teknik pembuatan Ondel-Ondel kepada generasi berikutnya. Mereka juga aktif mengadakan pertunjukan dan workshop.
- Festival dan Acara Budaya: Festival budaya Betawi secara rutin menampilkan Ondel-Ondel sebagai daya tarik utama, memberikan panggung bagi para seniman dan mengenalkannya kepada masyarakat luas. Acara-acara ini juga seringkali menjadi ajang bagi pengrajin untuk memamerkan karya mereka.
- Inovasi dan Adaptasi: Meskipun penting menjaga keaslian, beberapa seniman juga mencoba berinovasi dalam penyajian Ondel-Ondel agar lebih menarik bagi penonton modern, tanpa menghilangkan esensinya. Misalnya, melalui kolaborasi dengan genre musik lain atau penggunaan media digital untuk dokumentasi dan promosi.
- Dokumentasi dan Penelitian: Penelitian akademik dan dokumentasi visual (foto, video) tentang Ondel-Ondel sangat penting untuk mencatat sejarah, teknik pembuatan, dan evolusi budayanya, sehingga informasi ini tidak hilang ditelan waktu.
Melalui kombinasi upaya-upaya ini, diharapkan Ondel-Ondel tidak hanya bertahan, tetapi juga terus berkembang sebagai simbol kebanggaan Betawi yang lestari, beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan jati dirinya yang kaya.
Ondel-Ondel di Mata Dunia: Pengakuan dan Daya Tarik Internasional
Keunikan dan kekayaan budaya Ondel-Ondel telah menarik perhatian tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga di kancah internasional. Sosoknya yang ikonik, berwarna-warni, dan sarat makna telah menempatkannya sebagai salah satu representasi seni pertunjukan Indonesia yang paling mudah dikenali dan diminati oleh dunia luar.
Duta Budaya Indonesia
Ondel-Ondel seringkali menjadi bagian dari misi kebudayaan Indonesia di luar negeri. Di berbagai festival internasional, pameran seni, atau acara promosi pariwisata, Ondel-Ondel tampil memukau penonton dari berbagai latar belakang budaya. Kehadirannya yang menonjol dan gerak-geriknya yang ceria berhasil memecah kebekuan dan menarik perhatian, menjadi jembatan awal bagi pemahaman yang lebih dalam tentang kekayaan budaya Indonesia.
Saat Ondel-Ondel bergoyang di jalanan kota-kota besar di Eropa, Asia, atau Amerika, ia tidak hanya membawa nuansa Betawi, tetapi juga semangat keberagaman dan keramahan bangsa Indonesia. Reaksi positif dari penonton asing, mulai dari anak-anak yang terkesima hingga para ahli budaya yang mengagumi, menunjukkan daya tarik universal dari seni tradisional ini.
Objek Studi dan Apresiasi
Para peneliti, etnomusikolog, dan seniman dari berbagai negara tertarik untuk mempelajari Ondel-Ondel. Mereka menelaah sejarahnya, struktur musik Gambang Kromong, makna filosofis di balik setiap warna dan gerakan, serta bagaimana Ondel-Ondel beradaptasi di tengah modernisasi. Studi-studi ini membantu menyebarkan pengetahuan tentang Ondel-Ondel ke lingkungan akademis global dan meningkatkan apresiasi terhadapnya sebagai bentuk seni yang kompleks dan berharga.
Pameran seni dan museum di luar negeri juga sesekali menampilkan Ondel-Ondel sebagai bagian dari koleksi seni atau pameran temporer tentang budaya Asia Tenggara. Hal ini memungkinkan audiens global untuk melihat langsung detail dan keindahan Ondel-Ondel dari dekat, yang mungkin tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Inspirasi dalam Seni Modern dan Desain
Sosok Ondel-Ondel juga telah menjadi inspirasi bagi seniman dan desainer internasional. Motif Ondel-Ondel atau elemen-elemennya kerap diadaptasi dalam karya seni kontemporer, busana, desain interior, hingga ilustrasi. Penggunaan elemen Ondel-Ondel dalam konteks modern ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan, tetapi juga menunjukkan bagaimana warisan budaya dapat tetap relevan dan menginspirasi inovasi kreatif di era global.
Misalnya, beberapa desainer mode mungkin mengadaptasi pola kembang kelapa pada desain kain mereka, atau seniman grafis menciptakan ilustrasi digital yang terinspirasi dari ekspresi wajah Ondel-Ondel. Hal ini membantu menjaga Ondel-Ondel tetap terlihat "segar" dan menarik bagi audiens yang lebih muda dan global.
Wisata Budaya dan Pengalaman Unik
Bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Jakarta, menyaksikan pertunjukan Ondel-Ondel secara langsung adalah pengalaman yang tak terlupakan. Mereka mencari pengalaman otentik, dan Ondel-Ondel memberikan itu. Baik di pementasan festival, arak-arakan di kampung, atau bahkan penampilan sederhana di sudut kota, interaksi dengan Ondel-Ondel menjadi sorotan dalam perjalanan mereka.
Potensi pariwisata budaya yang dibawa Ondel-Ondel sangat besar. Dengan promosi yang tepat, Ondel-Ondel dapat menjadi salah satu magnet utama yang menarik lebih banyak turis untuk menjelajahi kekayaan budaya Jakarta dan Indonesia secara keseluruhan. Pengalaman yang diperoleh wisatawan dari menonton, berinteraksi, dan mempelajari Ondel-Ondel seringkali menjadi cerita yang mereka bawa pulang dan bagikan kepada teman dan keluarga, secara tidak langsung mempromosikan budaya Betawi lebih jauh.
Dengan demikian, Ondel-Ondel bukan hanya sebuah warisan lokal, melainkan sebuah aset budaya yang memiliki nilai universal. Kemampuannya untuk berbicara tanpa kata, mengundang tawa, dan menyampaikan pesan-pesan mendalam telah menjadikannya permata budaya yang bersinar terang di mata dunia.
Perbandingan dengan Boneka Raksasa atau Pertunjukan Serupa di Berbagai Budaya
Fenomena boneka raksasa atau sosok figuratif besar yang digerakkan oleh manusia bukanlah hal yang unik di Indonesia. Banyak budaya di seluruh dunia memiliki tradisi serupa, meskipun dengan nama, bentuk, dan fungsi yang berbeda. Membandingkan Ondel-Ondel dengan tradisi serupa ini dapat memberikan perspektif yang lebih luas tentang signifikansi budaya dan antropologisnya.
1. Barongsai dan Naga (Tionghoa)
Salah satu yang paling sering dikaitkan adalah Barongsai dan Naga dalam tradisi Tionghoa, terutama karena pengaruh Tionghoa yang kuat dalam kebudayaan Betawi, termasuk dalam musik Gambang Kromong. Barongsai dan Naga juga merupakan boneka atau figur raksasa yang digerakkan oleh beberapa orang dari dalam atau bawahnya. Mirip Ondel-Ondel, Barongsai memiliki fungsi penolak bala dan pembawa keberuntungan, sering tampil dalam perayaan Imlek atau acara penting lainnya.
- Persamaan: Fungsi ritualistik (penolak bala, pembawa keberuntungan), pertunjukan bergerak yang digerakkan manusia, sering tampil dalam perayaan, warna-warni yang mencolok.
- Perbedaan: Barongsai umumnya berupa hewan mitologis (singa atau naga), sementara Ondel-Ondel berwujud manusia. Gerakan Barongsai lebih akrobatik, sedangkan Ondel-Ondel lebih cenderung bergoyang dan melenggang.
2. Gigantes y Cabezudos (Spanyol)
Di Spanyol, ada tradisi Gigantes y Cabezudos (Raksasa dan Kepala Besar) yang sangat populer, terutama di festival-festival daerah. Gigantes adalah boneka raksasa yang tingginya bisa mencapai beberapa meter, menggambarkan raja, ratu, atau tokoh sejarah/mitologis, digerakkan oleh satu orang dari dalam. Cabezudos adalah kepala-kepala besar yang dikenakan di kepala penari. Mereka menari dan berinteraksi dengan kerumunan.
- Persamaan: Boneka raksasa berwujud manusia yang digerakkan dari dalam, tampil dalam perayaan publik, interaktif dengan penonton, seringkali berpasangan atau berkelompok.
- Perbedaan: Gigantes lebih berfokus pada representasi tokoh historis atau mitos, sedangkan Ondel-Ondel lebih pada roh pelindung. Estetika dan gaya pakaian juga sangat berbeda, mencerminkan budaya masing-masing.
3. Karagöz dan Hacivat (Turki)
Meskipun bukan boneka raksasa yang digerakkan dari dalam, tradisi Karagöz dan Hacivat dari Turki adalah teater bayangan yang menggunakan boneka berbentuk manusia sebagai karakter utama. Boneka-boneka ini adalah representasi dari arketipe masyarakat (orang awam dan intelektual) dan seringkali menyampaikan pesan moral atau satir. Kemiripan terletak pada penggunaan figur untuk merepresentasikan karakteristik manusia dan menyampaikan pesan budaya.
- Persamaan: Figuratif berwujud manusia, menyampaikan pesan budaya atau moral, populer di kalangan rakyat, bagian dari tradisi lisan dan pertunjukan.
- Perbedaan: Karagöz dan Hacivat adalah boneka bayangan, bukan boneka raksasa yang digerakkan secara langsung dalam parade. Ukurannya kecil dan fokusnya pada narasi verbal.
4. Reog Ponorogo (Indonesia)
Dari tanah Jawa, Reog Ponorogo juga menggunakan elemen boneka raksasa berupa 'Dadak Merak' yang sangat besar, digerakkan oleh satu orang yang menopangnya dengan gigi. Meskipun secara keseluruhan Reog adalah pertunjukan yang lebih kompleks dengan kuda lumping dan penari jathil, elemen raksasanya memiliki kesamaan dalam daya tarik visual dan kekuatan simbolis.
- Persamaan: Penggunaan figur raksasa yang digerakkan oleh manusia, memiliki fungsi ritualistik dan hiburan, bagian dari tradisi yang diwariskan.
- Perbedaan: Dadak Merak adalah kepala harimau dengan merak di atasnya, bukan figur manusia. Penggerakannya lebih pada kekuatan fisik dan keseimbangan ekstrem, sangat berbeda dengan gerakan goyang-goyangan Ondel-Ondel.
5. Wayang Golek (Indonesia)
Wayang Golek dari Jawa Barat adalah boneka kayu tiga dimensi yang digerakkan oleh dalang. Meskipun ukurannya jauh lebih kecil dari Ondel-Ondel, kesamaannya terletak pada penggunaan boneka sebagai medium untuk bercerita dan menyampaikan nilai-nilai budaya. Keduanya adalah bentuk seni pertunjukan yang sangat personal dan memerlukan keahlian tinggi dari penggeraknya.
- Persamaan: Boneka berwujud manusia, media penyampaian cerita dan nilai budaya, membutuhkan keterampilan khusus dari penggerak.
- Perbedaan: Wayang Golek adalah boneka tangan dan bukan boneka raksasa yang dapat dimasuki. Fokusnya pada narasi dramatis yang kompleks.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa Ondel-Ondel, meskipun memiliki keunikan Betawi yang tak tergantikan, juga merupakan bagian dari tradisi global yang lebih besar dalam menggunakan figuratif raksasa sebagai ekspresi budaya, ritual, dan hiburan. Hal ini menegaskan bahwa seni pertunjukan boneka raksasa adalah bentuk universal dari ekspresi manusia yang bertujuan untuk memukau, mendidik, dan menghubungkan masyarakat dengan warisan mereka.
Masa Depan Ondel-Ondel: Adaptasi, Inovasi, dan Harapan
Di tengah pusaran modernisasi yang tak terhindarkan, masa depan Ondel-Ondel sebagai warisan budaya Betawi menjadi sebuah pertanyaan penting. Akankah ia mampu bertahan, beradaptasi, atau bahkan berkembang menjadi sesuatu yang baru? Jawabannya terletak pada kombinasi antara kesadaran masyarakat, inovasi kreatif, dan komitmen pelestarian.
Adaptasi Tanpa Kehilangan Jati Diri
Agar Ondel-Ondel tetap relevan, ia harus mampu beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan esensi dan nilai-nilai luhurnya. Adaptasi ini bisa berarti:
- Kolaborasi Seni: Ondel-Ondel dapat berkolaborasi dengan bentuk seni modern lainnya, seperti musik kontemporer, tarian urban, atau seni visual. Misalnya, penampilan Ondel-Ondel yang diiringi musik etnik-modern atau tampil dalam instalasi seni interaktif. Kolaborasi ini dapat menarik perhatian audiens baru tanpa menghilangkan pesona aslinya.
- Kontekstualisasi Baru: Selain tampil di acara tradisional, Ondel-Ondel juga bisa menemukan tempat di acara-acara modern seperti festival musik, pameran seni rupa, atau sebagai bagian dari kampanye sosial. Menggunakan Ondel-Ondel dalam konteks baru dapat memberikan relevansi yang segar bagi generasi muda.
- Eksplorasi Media Digital: Pembuatan konten digital seperti video animasi, game edukasi, atau aplikasi augmented reality (AR) yang menampilkan Ondel-Ondel dapat menjadi cara yang efektif untuk memperkenalkan dan mengajarkan budaya ini kepada anak-anak dan remaja yang akrab dengan teknologi.
Inovasi dalam Pelestarian
Inovasi tidak hanya terbatas pada penampilan, tetapi juga pada metode pelestarian. Beberapa ide inovatif meliputi:
- Program Mentor-Mentee: Memfasilitasi program di mana pengrajin dan seniman Ondel-Ondel senior dapat secara intensif melatih generasi muda, memberikan insentif agar mereka tertarik menekuni seni ini.
- Pusat Kreasi dan Inovasi Ondel-Ondel: Mendirikan pusat khusus yang tidak hanya berfungsi sebagai museum atau sanggar, tetapi juga sebagai laboratorium kreativitas di mana seniman dapat bereksperimen dengan desain, bahan, atau teknologi baru untuk Ondel-Ondel, sambil tetap menghormati tradisi.
- Ekonomi Kreatif Berbasis Ondel-Ondel: Mengembangkan produk-produk turunan Ondel-Ondel yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti patung mini, kerajinan tangan, fesyen dengan motif Ondel-Ondel, atau suvenir digital. Ini dapat memberikan peluang ekonomi bagi komunitas dan meningkatkan nilai komersial Ondel-Ondel secara positif.
- Dokumentasi Interaktif: Membuat dokumenter interaktif atau platform digital yang memungkinkan pengguna menjelajahi sejarah, makna, dan proses pembuatan Ondel-Ondel dengan cara yang menarik dan mendalam.
Harapan untuk Masa Depan
Harapan terbesar adalah agar Ondel-Ondel tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan terus menjadi sumber kebanggaan bagi masyarakat Betawi dan Indonesia.
- Generasi Penerus yang Berkomitmen: Lahirnya generasi muda yang tidak hanya tertarik, tetapi juga berkomitmen untuk mempelajari, melestarikan, dan mengembangkan Ondel-Ondel dengan penuh rasa cinta dan tanggung jawab.
- Pengakuan Internasional yang Lebih Luas: Semoga Ondel-Ondel dapat meraih pengakuan lebih luas lagi di kancah global, mungkin melalui penetapan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia, yang akan membawa perhatian dan perlindungan internasional.
- Kebanggaan Lokal yang Kuat: Ondel-Ondel harus terus menjadi simbol identitas dan kebanggaan bagi warga Jakarta, mengingatkan mereka akan akar budaya yang kaya di tengah modernitas kota metropolitan.
- Sumber Inspirasi yang Tak Habis: Sebagai sumber inspirasi tak terbatas bagi seniman, pendidik, dan masyarakat umum, mendorong mereka untuk terus mengeksplorasi nilai-nilai dan kreativitas yang terkandung dalam Ondel-Ondel.
Masa depan Ondel-Ondel adalah cerminan dari bagaimana suatu masyarakat menghargai dan merawat warisannya. Dengan upaya kolektif, dedikasi, dan visi ke depan, Ondel-Ondel akan terus menari, bergoyang, dan tersenyum, menjaga semangat Betawi tetap hidup untuk generasi-generasi yang akan datang.
Kesimpulan
Ondel-Ondel, dengan segala keunikan dan kedalamannya, adalah jauh lebih dari sekadar boneka raksasa. Ia adalah manifestasi hidup dari kebudayaan Betawi yang kaya, sebuah entitas yang merangkum sejarah panjang, kepercayaan spiritual, filosofi kehidupan, dan semangat kerakyatan yang tak pernah padam. Dari asalnya sebagai penjaga ritual penolak bala, ia telah berevolusi menjadi ikon hiburan yang meriah, dan kini, duta budaya yang memukau dunia.
Setiap elemen pada Ondel-Ondel, mulai dari warna merah yang melambangkan keberanian pada Ondel-Ondel pria, hingga warna putih yang mencerminkan kesucian pada Ondel-Ondel wanita, serta kembang kelapa yang menjulang tinggi sebagai simbol kesuburan dan harapan, semuanya sarat akan makna. Proses pembuatannya yang membutuhkan ketelatenan dan keahlian tinggi dari para pengrajin, dari kerangka bambu hingga riasan wajah dan busana, menunjukkan betapa berharganya setiap detail dalam karya seni ini.
Pertunjukan Ondel-Ondel yang selalu diiringi oleh melodi ceria dari Gambang Kromong adalah sebuah perayaan kehidupan, sebuah interaksi dinamis antara penari, musisi, dan penonton, yang bersama-sama menciptakan suasana kegembiraan dan kebersamaan. Ia adalah pengingat akan pentingnya musik dan tarian sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya.
Namun, di tengah gemerlapnya kota metropolitan, Ondel-Ondel tidak luput dari tantangan. Komersialisasi, pergeseran minat generasi muda, dan ancaman kepunahan keahlian tradisional adalah isu-isu serius yang harus dihadapi. Untungnya, kesadaran akan urgensi pelestarian telah mendorong berbagai pihak untuk bergerak, melalui penetapan sebagai warisan budaya, program pendidikan, pengembangan sanggar, hingga inovasi dalam presentasi dan ekonomi kreatif.
Ondel-Ondel telah membuktikan kemampuannya untuk beradaptasi, bertransformasi, dan tetap relevan. Ia bukan hanya sekadar artefak masa lalu, melainkan sebuah entitas yang hidup dan bernapas, terus menari di tengah modernitas, membawa pesan dari leluhur, dan menginspirasi harapan untuk masa depan. Sebagai sebuah warisan yang tak ternilai harganya, Ondel-Ondel adalah cermin dari semangat dan identitas Betawi yang tak lekang oleh waktu, sebuah kekayaan budaya yang patut kita jaga, lestarikan, dan banggakan selalu.