Panduan Lengkap Peraturan Wasit Sepak Bola

Peran Sentral Wasit dan 17 Hukum Permainan

Sepak bola, sebagai olahraga paling populer di dunia, diatur oleh seperangkat aturan yang dikenal sebagai Hukum Permainan (Laws of the Game). Hukum ini tidak hanya mendefinisikan cara bermain, tetapi juga menempatkan wasit sebagai otoritas tunggal di lapangan. Tanpa pemahaman yang komprehensif tentang 17 Hukum ini, mustahil untuk mengapresiasi kerumitan pengambilan keputusan yang dilakukan wasit dalam sepersekian detik.

Setiap keputusan, mulai dari tendangan sudut hingga keputusan penalti yang kontroversial, berakar pada interpretasi yang ketat dan konsisten terhadap Hukum Permainan. Artikel ini akan mengupas tuntas setiap hukum, menjelaskan detail, dan memberikan konteks interpretasi modern yang digunakan oleh wasit di seluruh dunia.

Bagian I: Hukum Dasar dan Perlengkapan (Hukum 1 - 4)

Hukum 1: Lapangan Permainan

Lapangan adalah panggung utama, dan definisinya sangat presisi. Wasit bertanggung jawab memastikan lapangan memenuhi standar minimum sebelum pertandingan dimulai. Dimensi standar lapangan internasional adalah panjang 100-110 meter dan lebar 64-75 meter. Setiap garis di lapangan adalah bagian dari area yang dibatasinya (misalnya, garis gawang adalah bagian dari area gawang).

Hukum 2: Bola

Bola harus memenuhi standar ukuran, berat, dan tekanan yang ditetapkan oleh Hukum Permainan. Wasit cadangan, atau kadang asisten wasit, bertanggung jawab mengelola penggantian bola yang rusak. Jika bola rusak saat bergerak menuju gawang dan tidak ada pemain lain yang menyentuhnya, gol tidak dapat dihitung dan permainan diulang dengan bola jatuh (dropped ball).

Hukum 3: Para Pemain

Hukum ini mengatur jumlah pemain dan prosedur pergantian. Sebuah tim harus memiliki maksimal 11 pemain di lapangan, termasuk satu penjaga gawang, dan minimal tujuh pemain untuk memulai atau melanjutkan pertandingan. Keputusan wasit mengenai jumlah maksimal pergantian dapat bervariasi tergantung level pertandingan (misalnya, tiga hingga lima di pertandingan kompetitif senior).

Prosedur Penggantian Pemain

Pemain pengganti hanya boleh memasuki lapangan setelah pemain yang diganti meninggalkan lapangan, dan dilakukan di garis tengah. Jika pemain pengganti memasuki lapangan tanpa izin wasit, wasit harus menghentikan permainan, memberikan peringatan (kartu kuning) kepada pemain tersebut, dan memulai kembali permainan dengan tendangan bebas tidak langsung.

Hukum 4: Perlengkapan Pemain

Peralatan harus aman dan tidak berbahaya bagi pemain lain. Wasit memiliki otoritas untuk memeriksa dan meminta pemain mengganti perlengkapan yang dianggap tidak sesuai, termasuk perhiasan atau jam tangan. Perlengkapan dasar terdiri dari jersey, celana pendek, kaus kaki, pelindung tulang kering (wajib), dan alas kaki.

Bagian II: Inti Kepemimpinan dan Alur Permainan (Hukum 5 - 10)

Hukum 5: Wasit

Ilustrasi Wasit, Otoritas Utama di Lapangan.

Wasit adalah pembuat keputusan tertinggi. Keputusannya mengenai fakta yang berkaitan dengan permainan, termasuk apakah sebuah gol dicetak dan hasil pertandingan, adalah final. Wasit memiliki kewenangan untuk menegakkan Hukum Permainan sehubungan dengan pertandingan yang dia pimpin.

Kewenangan dan Tugas Utama Wasit:

Hukum 6: Asisten Wasit (AR) dan Wasit Keempat

Asisten wasit membantu dalam mengawasi garis batas, posisi offside, dan prosedur pergantian pemain. Mereka menggunakan bendera untuk memberikan sinyal kepada wasit di lapangan tengah. Wasit keempat bertanggung jawab mengawasi area teknis, mengelola pergantian pemain, dan menunjukkan waktu tambahan.

Dalam sistem modern, Asisten Wasit Video (VAR) juga termasuk dalam Hukum ini, meski peran mereka diatur dalam protokol terpisah. VAR bertindak sebagai jaring pengaman, tetapi hanya dapat mengintervensi dalam empat situasi yang 'jelas dan nyata' (gol/tidak gol, penalti/tidak penalti, kartu merah langsung, identitas yang salah).

Hukum 7: Durasi Pertandingan

Pertandingan dimainkan dalam dua babak yang masing-masing berlangsung 45 menit. Waktu yang hilang karena pergantian pemain, cedera, penghentian medis, atau tinjauan VAR harus ditambahkan di akhir setiap babak. Penentuan waktu tambahan adalah diskresi penuh wasit.

Jika tendangan penalti diberikan tepat sebelum peluit akhir, babak harus diperpanjang untuk memungkinkan tendangan penalti itu diselesaikan.

Hukum 8: Memulai dan Memulai Kembali Permainan

Permainan dimulai dengan tendangan awal (kick-off). Bola dianggap 'dalam permainan' setelah ditendang dan bergerak jelas. Semua pemain harus berada di paruh lapangan mereka, dan pemain lawan harus berada minimal 9.15 meter (10 yard) dari bola.

Bola Jatuh (Dropped Ball): Digunakan ketika permainan dihentikan karena insiden yang tidak spesifik (misalnya, cedera parah, intervensi eksternal). Bola dijatuhkan kepada satu pemain dari tim yang terakhir menguasai bola di tempat penghentian. Kecuali di area penalti, di mana bola selalu dijatuhkan kepada penjaga gawang.

Hukum 9: Bola Keluar dan Dalam Permainan

Bola dianggap 'keluar dari permainan' hanya jika seluruh bagian bola melewati garis gawang atau garis batas, baik di tanah maupun di udara. Atau, ketika permainan dihentikan oleh wasit.

Bahkan jika bola memantul dari tiang gawang, bendera sudut, atau wasit yang berada di dalam lapangan, bola tetap 'dalam permainan'. Namun, jika bola menyentuh wasit dan menghasilkan gol, atau perubahan penguasaan bola yang signifikan, permainan harus dihentikan dan dimulai kembali dengan bola jatuh.

Hukum 10: Menentukan Hasil Pertandingan

Sebuah gol tercipta ketika seluruh bagian bola melewati garis gawang, di antara tiang gawang, dan di bawah mistar gawang, asalkan tim penyerang belum melakukan pelanggaran Hukum Permainan.

Prosedur Penentuan Pemenang (Kecuali Waktu Normal): Jika pertandingan memerlukan pemenang, digunakan babak tambahan (dua babak 15 menit) atau, jika masih imbang, adu penalti (tendangan dari titik penalti). Dalam adu penalti, tendangan dianggap selesai ketika bola berhenti bergerak, keluar dari permainan, atau wasit menghentikan permainan karena pelanggaran.

Bagian III: Pelanggaran, Kesalahan, dan Disiplin (Hukum 11 - 14)

Hukum 11: Offside

Konsep Offside: Pemain Merah (70) berada di depan bola dan pemain kedua terakhir (45) saat operan dilakukan (dari 30).

Pemain berada dalam posisi offside jika ia lebih dekat ke garis gawang lawan daripada bola dan pemain kedua terakhir lawan. Posisi ini sendiri bukanlah pelanggaran.

Pelanggaran Offside Terjadi Hanya Jika:

Pemain yang berada di posisi offside terlibat dalam permainan aktif ketika bola dimainkan atau disentuh oleh rekan setimnya, dengan:

  1. Mengganggu Permainan: Menyentuh atau memainkan bola yang dimainkan atau disentuh oleh rekan setim.
  2. Mengganggu Lawan: Mencegah lawan memainkan atau mampu memainkan bola dengan jelas menghalangi pandangan lawan atau menantang lawan.
  3. Mendapatkan Keuntungan: Mendapatkan bola setelah bola memantul dari tiang gawang, mistar gawang, atau lawan setelah berada dalam posisi offside.

Penting: Tidak ada offside jika pemain menerima bola langsung dari lemparan ke dalam, tendangan gawang, atau tendangan sudut.

Hukum 12: Pelanggaran dan Kesalahan (Fouls and Misconduct)

Ini adalah Hukum paling kompleks dan sering diperdebatkan. Pelanggaran dibagi menjadi pelanggaran yang menghasilkan Tendangan Bebas Langsung (TFL) dan Tendangan Bebas Tidak Langsung (TFTL).

A. Tendangan Bebas Langsung (TFL)

Diberikan jika pemain melakukan salah satu dari 10 pelanggaran berikut dengan cara yang dianggap ceroboh (careless), sembrono (reckless), atau menggunakan kekuatan berlebihan (excessive force):

Definisi Disiplin dalam TFL:

  1. Ceroboh (Careless): Tindakan yang dilakukan tanpa perhatian. Ini menghasilkan TFL tetapi tanpa hukuman disiplin (Kartu Kuning/Merah).
  2. Sembrono (Reckless): Tindakan yang dilakukan dengan mengabaikan bahaya terhadap lawan. Ini selalu menghasilkan TFL dan peringatan (Kartu Kuning).
  3. Kekuatan Berlebihan (Excessive Force): Tindakan di luar batas wajar dan membahayakan keselamatan lawan. Ini menghasilkan TFL dan pengusiran (Kartu Merah).

B. Tendangan Bebas Tidak Langsung (TFTL)

Diberikan untuk pelanggaran yang lebih teknis, seperti:

C. Tindakan Disiplin (Kartu Kuning dan Kartu Merah)

Wasit menggunakan kartu untuk memberikan peringatan (Kartu Kuning/Cautions) atau mengusir (Kartu Merah/Send-offs) pemain.

Pelanggaran yang Menyebabkan Kartu Kuning (7 Jenis):

  1. Penundaan restart permainan.
  2. Tidak mematuhi jarak yang ditentukan (9.15m) saat tendangan bebas atau sudut.
  3. Terus-menerus melanggar Hukum Permainan.
  4. Masuk/masuk kembali ke lapangan tanpa izin.
  5. Meninggalkan lapangan tanpa izin.
  6. Perilaku tidak sportif (misalnya, simulasi/diving, melepas jersey).
  7. Protes melalui kata-kata atau tindakan (dissent).

Pelanggaran yang Menyebabkan Kartu Merah (7 Jenis):

  1. Mencegah gol atau peluang mencetak gol yang jelas melalui handsball (kecuali kiper di areanya).
  2. Mencegah peluang mencetak gol yang jelas (DOGSO - Denying an Obvious Goal Scoring Opportunity) dengan pelanggaran yang menghasilkan TFL (seperti tekel atau jegalan).
  3. Pelanggaran serius (Serious Foul Play), seperti tekel dari belakang dengan kekuatan berlebihan.
  4. Perilaku kekerasan (Violent Conduct), seperti memukul atau meludah.
  5. Menggunakan bahasa ofensif, menghina, atau kasar.
  6. Menerima kartu kuning kedua dalam pertandingan yang sama.
  7. Memasuki ruang VAR/ruang operasi pertandingan.

Penafsiran DOGSO (Denying an Obvious Goal Scoring Opportunity)

Untuk menentukan DOGSO, wasit mempertimbangkan empat faktor kunci (D-F-A-T): Jarak (Distance) ke gawang, Arah (Direction) permainan, Kemungkinan (Foul) menguasai bola, dan jumlah pemain Bertahan (Teammates) yang tersisa. Jika DOGSO terjadi di area penalti, biasanya diberikan penalti dan hanya Kartu Kuning (Kecuali jika pelanggarannya adalah memegang, menarik, atau Kekuatan Berlebihan).

Hukum 13: Tendangan Bebas

Tendangan bebas harus dilakukan dari tempat pelanggaran terjadi. Pemain lawan harus berjarak minimal 9.15 meter (10 yard) dari bola sampai bola dalam permainan.

Hukum 14: Tendangan Penalti

Titik Penalti (35) dan Garis Area Penalti.

Tendangan penalti diberikan ketika pemain melakukan pelanggaran yang menghasilkan TFL di dalam area penaltinya sendiri.

Prosedur Penalti yang Ketat:

Pelanggaran Prosedur Penalti (Encroachment): Konsekuensi bervariasi tergantung tim mana yang melanggar. Jika pemain bertahan melanggar dan gol tercipta, gol tetap sah. Jika pemain penyerang melanggar dan gol tercipta, tendangan diulang. Jika kedua tim melanggar, tendangan selalu diulang.

Bagian IV: Pengaturan Ulang Permainan (Hukum 15 - 17)

Hukum 15: Lemparan ke Dalam (Throw-in)

Diberikan ketika bola melewati garis batas secara keseluruhan. Lemparan ke dalam dilakukan oleh tim lawan dari pemain yang terakhir menyentuh bola, dari titik di mana bola keluar. Ini adalah cara untuk memulai kembali permainan, bukan untuk keuntungan taktikal jangka panjang.

Prosedur yang Wajib Diikuti: Pemain harus menghadap lapangan, sebagian dari kedua kakinya harus berada di garis batas atau di luar garis, menggunakan kedua tangan, dan melempar bola dari belakang kepala. Jika lemparan ke dalam tidak sah, tim lawan mendapatkan lemparan ke dalam.

Hukum 16: Tendangan Gawang (Goal Kick)

Diberikan ketika bola melewati garis gawang (tidak melalui gawang) dan sentuhan terakhir dilakukan oleh pemain penyerang. Tendangan gawang dapat langsung menghasilkan gol ke gawang lawan.

Pembaruan Kunci: Bola dianggap 'dalam permainan' segera setelah ditendang dan bergerak jelas. Ini berarti pemain bertahan sekarang diizinkan menerima bola di dalam area penalti, sedangkan lawan harus tetap berada di luar area penalti sampai bola dalam permainan.

Hukum 17: Tendangan Sudut (Corner Kick)

Diberikan ketika bola melewati garis gawang (tidak melalui gawang) dan sentuhan terakhir dilakukan oleh pemain bertahan. Tendangan sudut harus dilakukan dari busur sudut terdekat, dan tiang bendera tidak boleh dipindahkan.

Gol dapat dicetak langsung dari tendangan sudut. Pemain lawan harus tetap berjarak 9.15 meter (10 yard) dari busur sudut sampai bola dalam permainan.

Bagian V: Interpretasi Modern dan Aplikasi Disiplin Lanjutan

Handsball yang Tidak Disengaja vs. Pelanggaran

Interpretasi handsball terus berkembang. Wasit kini fokus pada posisi tangan yang 'tidak wajar' daripada niat murni. Pelanggaran handsball terjadi jika:

Jika bola memantul dari tubuh pemain atau kepala rekan setim dan kemudian menyentuh tangan/lengan secara tidak sengaja, biasanya itu bukan pelanggaran.

Penggunaan Wasit Asisten Video (VAR)

VAR telah mengubah aplikasi Hukum Permainan di level elite. VAR hanya digunakan untuk meninjau kesalahan 'jelas dan nyata' atau insiden serius yang terlewatkan. Wasit di lapangan tetaplah pembuat keputusan akhir.

Protokol VAR Kritis:

  1. Fase Tinjauan (Review Phase): VAR meninjau insiden dan merekomendasikan peninjauan di lapangan (OFR - On-Field Review) atau intervensi langsung (jika kesalahan sangat jelas).
  2. Kesalahan Subyektif: Wasit harus pergi ke monitor (RRA) untuk menilai ulang insiden yang melibatkan interpretasi subjektif (misalnya, intensitas tekel, apakah terjadi DOGSO atau tidak).
  3. Kesalahan Faktual: Untuk offside atau lokasi pelanggaran (di dalam/luar kotak penalti), VAR dapat menginformasikan wasit secara langsung.

Penerapan VAR menuntut akurasi maksimum, tetapi juga memicu perdebatan mengenai aliran permainan dan intervensi yang berlebihan. Wasit lapangan tetap harus berusaha mengambil keputusan terbaik tanpa bergantung sepenuhnya pada teknologi.

Perilaku di Area Teknis dan Disiplin Pelatih

Hukum Permainan memberikan wasit wewenang untuk mengambil tindakan disiplin terhadap ofisial tim di area teknis. Jika pelanggarannya minor, wasit dapat memberi peringatan lisan. Untuk perilaku yang lebih parah, wasit dapat menunjukkan Kartu Kuning atau Kartu Merah kepada pelatih atau ofisial lainnya. Ini memastikan bahwa standar perilaku yang tinggi ditegakkan di seluruh pinggir lapangan, mendukung wasit di lapangan.

Simulasi dan Ketidakjujuran

Simulasi (diving) adalah salah satu bentuk perilaku tidak sportif yang paling sering dihukum. Jika pemain jatuh untuk mencoba menipu wasit agar memberikan tendangan bebas atau penalti, wasit wajib memberikan kartu kuning atas perilaku tidak sportif. Mempertahankan integritas permainan dari upaya penipuan adalah prioritas tinggi wasit.

Prinsip Keuntungan (Advantage) yang Efektif

Penerapan keuntungan adalah salah satu penanda wasit yang berkualitas. Wasit harus memutuskan dalam waktu kurang dari satu detik apakah mengizinkan permainan berlanjut akan menguntungkan tim yang dilanggar, alih-alih menghentikan permainan dan memberikan tendangan bebas.

Jika keuntungan diterapkan tetapi dalam beberapa detik keuntungan tersebut hilang (misalnya, tim kehilangan bola), wasit tidak bisa kembali dan memberikan tendangan bebas awal. Namun, hukuman disiplin (Kartu Kuning atau Merah) untuk pelanggaran awal harus tetap diberikan saat bola keluar dari permainan berikutnya.

Kesimpulan: Otoritas, Konsistensi, dan Evolusi Hukum

Peraturan wasit dalam sepak bola adalah fondasi di mana permainan dimainkan. Hukum Permainan, yang disusun dan dipelihara oleh IFAB (International Football Association Board), terus berevolusi untuk menjaga keseimbangan antara tradisi dan tuntutan kecepatan serta teknologi modern.

Dari presisi ukuran lapangan hingga penafsiran subjektif mengenai DOGSO atau handsball, wasit dituntut untuk menguasai tidak hanya teks dari 17 Hukum tetapi juga filosofi di baliknya—yaitu menjaga keadilan, keamanan pemain, dan memastikan alur permainan tetap terjaga. Konsistensi dalam interpretasi dan keberanian dalam menerapkan sanksi disiplin adalah ciri khas dari wasit yang efektif. Memahami kerangka kerja ini memungkinkan penggemar, pemain, dan pelatih untuk menghargai pekerjaan sulit dan penting yang dilakukan oleh wasit di setiap pertandingan.

Penerapan hukum secara akurat menjamin bahwa hasil pertandingan ditentukan oleh keterampilan dan semangat olahraga, bukan oleh pelanggaran aturan yang tidak terdeteksi.

🏠 Kembali ke Homepage