Di antara hamparan waktu yang terbentang dari fajar hingga senja, terdapat satu momen istimewa yang seringkali terlewatkan dalam kesibukan duniawi. Momen itu adalah waktu Dhuha, saat matahari mulai meninggi, menebarkan kehangatan dan cahayanya ke seluruh penjuru bumi. Di waktu inilah, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan sebuah ibadah sunnah yang penuh berkah, yaitu Sholat Dhuha. Ibadah ini bukan sekadar rangkaian gerakan, melainkan sebuah bentuk syukur, permohonan, dan komunikasi mendalam dengan Sang Pencipta di awal hari.
Sholat Dhuha sering disebut sebagai sholatnya orang-orang yang kembali bertaubat (awwabin). Ia adalah kesempatan emas untuk memulai hari dengan ketenangan jiwa, memohon kelancaran rezeki, dan menggugurkan dosa. Kunci utama untuk membuka pintu keajaiban sholat ini terletak pada pemahaman yang benar mengenai esensinya, yang dimulai dari sebuah lafaz dan tekad suci di dalam hati, yaitu niat sholat dhuha.
Memahami Makna dan Kedudukan Niat Sholat Dhuha
Dalam ajaran Islam, niat memegang peranan yang sangat fundamental. Ia adalah ruh dari setiap amalan. Sebuah hadis yang menjadi pilar dalam fikih Islam menyatakan, "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini berlaku mutlak untuk semua ibadah, termasuk Sholat Dhuha. Tanpa niat yang benar, gerakan sholat hanya akan menjadi senam tanpa makna spiritual.
Lafaz Niat Sholat Dhuha
Niat sesungguhnya bersemayam di dalam hati. Namun, para ulama memperbolehkan melafazkan niat (talaffuzh binniyyah) untuk membantu memantapkan dan mengonsentrasikan hati. Berikut adalah lafaz niat sholat dhuha untuk dua rakaat:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatadh dhuhaa rak'ataini mustaqbilal qiblati adaa'an lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Dhuha dua rakaat, menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala."
Menyelami Makna di Balik Lafaz Niat
Setiap kata dalam lafaz niat memiliki makna mendalam yang perlu kita resapi agar sholat kita lebih khusyuk dan bermakna:
- Ushalli (أُصَلِّيْ): "Aku sholat". Ini adalah pernyataan sadar dan sengaja dari seorang hamba bahwa ia akan memulai ibadah sholat. Ini adalah bentuk komitmen awal yang memisahkan antara aktivitas duniawi dengan ibadah yang sakral.
- Sunnata (سُنَّةَ): "Sunnah". Kata ini menegaskan status hukum dari sholat yang akan dikerjakan. Dengan menyebut 'sunnah', kita menyadari bahwa ibadah ini adalah anjuran dari Rasulullah SAW, sebuah amalan yang dicintai beliau dan memiliki keutamaan besar, meskipun tidak diwajibkan.
- Ad-Dhuha (الضُّحَى): "Dhuha". Ini adalah penamaan spesifik untuk sholat yang dikerjakan pada waktu Dhuha. Penyebutan ini membedakannya dari sholat sunnah lainnya seperti Tahajud, Rawatib, atau Tahiyatul Masjid.
- Rak'ataini (رَكْعَتَيْنِ): "Dua rakaat". Ini adalah penentuan jumlah rakaat yang akan kita kerjakan dalam satu kali salam. Jika berniat mengerjakan empat rakaat, maka niatnya bisa disesuaikan, meskipun praktik yang paling umum adalah niat dua rakaat dan salam, lalu mengulanginya lagi.
- Mustaqbilal Qiblati (مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ): "Menghadap kiblat". Ini adalah syarat sahnya sholat. Dengan menegaskan ini dalam niat, kita menyatukan arah fisik dan spiritual kita ke Baitullah, Ka'bah, sebagai simbol persatuan umat Islam di seluruh dunia.
- Lillaahi Ta'aala (لِلهِ تَعَالَى): "Karena Allah Ta'ala". Ini adalah puncak dan inti dari niat. Kalimat ini membersihkan seluruh niat kita dari tujuan-tujuan duniawi, seperti ingin dipuji orang (riya'), mencari keuntungan materi, atau sekadar kebiasaan. Seluruh ibadah ini kita persembahkan murni hanya untuk Allah, Sang Penguasa Alam Semesta.
Dengan memahami setiap komponen ini, niat bukan lagi sekadar kalimat hafalan, melainkan sebuah deklarasi spiritual yang komprehensif, yang mempersiapkan jiwa dan raga untuk menghadap Allah SWT.
Waktu Terbaik Pelaksanaan Sholat Dhuha
Mengetahui waktu pelaksanaan Sholat Dhuha sangat penting agar ibadah kita sah dan lebih utama. Waktu Dhuha adalah rentang waktu yang cukup panjang, memberikan fleksibilitas bagi siapa saja yang ingin melaksanakannya.
Awal Waktu Dhuha
Waktu Sholat Dhuha dimulai ketika matahari telah terbit dan naik sekitar sepenggalah. Para ulama mengonversikannya ke dalam waktu modern, yaitu sekitar 15 hingga 20 menit setelah waktu matahari terbit (syuruq). Waktu syuruq dapat dilihat di jadwal sholat harian. Dilarang untuk melaksanakan sholat tepat saat matahari terbit karena menyerupai kaum penyembah matahari.
Akhir Waktu Dhuha
Batas akhir waktu Dhuha adalah sesaat sebelum matahari berada tepat di tengah-tengah langit (istiwa'), yaitu sebelum masuk waktu sholat Dzuhur. Sebagai patokan aman, waktu Dhuha berakhir sekitar 10 hingga 15 menit sebelum adzan Dzuhur berkumandang.
Waktu Paling Utama (Afdhal)
Meskipun rentang waktunya panjang, terdapat waktu yang paling utama (afdhal) untuk melaksanakan Sholat Dhuha. Rasulullah SAW bersabda:
"Sholat Awwabin (orang-orang yang kembali kepada Allah) adalah ketika anak unta mulai kepanasan." (HR. Muslim)
Istilah "anak unta mulai kepanasan" menggambarkan kondisi ketika pasir di gurun sudah mulai terasa sangat panas karena sengatan matahari. Ini terjadi ketika matahari sudah cukup tinggi. Jika dikonversikan ke waktu kita, ini adalah sekitar pukul 09.00 pagi hingga menjelang pukul 11.00 siang. Melaksanakan sholat di waktu ini dianggap memiliki keutamaan lebih karena pada saat itu, banyak orang sedang sibuk-sibuknya dengan urusan dunia, dan kita memilih untuk meninggalkannya sejenak demi beribadah kepada Allah.
Jumlah Rakaat Sholat Dhuha
Fleksibilitas Sholat Dhuha juga terlihat dari jumlah rakaatnya. Hal ini memungkinkan setiap muslim untuk melaksanakannya sesuai dengan kelapangan waktu dan kemampuannya.
- Jumlah Minimal: Jumlah rakaat paling sedikit untuk Sholat Dhuha adalah 2 rakaat. Ini didasarkan pada banyak hadis, termasuk hadis dari Abu Hurairah. Melaksanakan 2 rakaat secara rutin sudah cukup untuk mendapatkan keutamaan besarnya.
- Jumlah Umum: Umumnya, Sholat Dhuha dilaksanakan sebanyak 2, 4, 6, atau 8 rakaat. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara salam pada setiap dua rakaat.
- Jumlah Maksimal: Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai jumlah maksimal rakaat Sholat Dhuha. Sebagian berpendapat 8 rakaat, sebagian lagi berpendapat 12 rakaat, dan ada pula yang berpendapat tidak ada batasan maksimal. Pendapat yang paling populer adalah 12 rakaat, berdasarkan riwayat hadis yang menyebutkan keutamaan bagi yang melaksanakannya.
Yang terpenting bukanlah kuantitas, melainkan kualitas dan konsistensi (istiqamah). Melaksanakan 2 rakaat dengan khusyuk dan rutin jauh lebih baik daripada melaksanakan 12 rakaat namun tergesa-gesa dan hanya sesekali.
Panduan Lengkap Tata Cara Sholat Dhuha
Pelaksanaan Sholat Dhuha pada dasarnya sama seperti sholat sunnah lainnya. Perbedaannya terletak pada niat, waktu, dan bacaan surah yang dianjurkan. Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk 2 rakaat Sholat Dhuha.
Rakaat Pertama
-
Niat dalam Hati
Berdirilah tegak menghadap kiblat. Mantapkan hati dan pusatkan pikiran hanya kepada Allah. Ucapkan niat di dalam hati seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Niat ini dibersamakan dengan gerakan Takbiratul Ihram.
-
Takbiratul Ihram
Mengangkat kedua tangan sejajar telinga (bagi laki-laki) atau dada (bagi perempuan) sambil mengucapkan:
اللهُ أَكْبَرُ
Allahu Akbar
Artinya: "Allah Maha Besar"
-
Membaca Doa Iftitah
Setelah bersedekap, bacalah doa iftitah. Salah satu doa iftitah yang umum dibaca adalah:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا...
Allaahu akbar kabiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa'ashiilaa...
Artinya: "Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang..."
-
Membaca Surat Al-Fatihah
Membaca surat Al-Fatihah secara lengkap, dari basmalah hingga ayat terakhir. Membaca Al-Fatihah adalah rukun sholat yang wajib dipenuhi.
-
Membaca Surat Pendek
Setelah Al-Fatihah, dianjurkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Untuk Sholat Dhuha, sangat dianjurkan (mustahab) untuk membaca Surat Asy-Syams (الشمس) pada rakaat pertama.
-
Ruku' dengan Tuma'ninah
Angkat tangan untuk takbir, lalu membungkuk untuk ruku'. Pastikan punggung lurus dan pandangan tertuju ke tempat sujud. Bacalah tasbih ruku' sebanyak tiga kali:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
Subhaana robbiyal 'adziimi wa bihamdih.
-
I'tidal dengan Tuma'ninah
Bangkit dari ruku' sambil mengangkat kedua tangan dan mengucapkan:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Sami'allaahu liman hamidah.
Setelah berdiri tegak, bacalah:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Robbanaa lakal hamdu mil'us samaawaati wa mil'ul ardhi wa mil'u maa syi'ta min syai'in ba'du.
-
Sujud Pertama
Bertakbir lalu turun untuk sujud. Pastikan tujuh anggota badan (dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki) menyentuh lantai. Bacalah tasbih sujud sebanyak tiga kali:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
Subhaana robbiyal a'laa wa bihamdih.
-
Duduk di Antara Dua Sujud
Bangkit dari sujud untuk duduk iftirasy sambil membaca:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَارْفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَاعْفُ عَنِّيْ
Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu 'annii.
-
Sujud Kedua
Lakukan sujud kedua dengan bacaan yang sama seperti sujud pertama.
Rakaat Kedua
-
Bangkit ke Rakaat Kedua
Bangkit dari sujud kedua untuk berdiri, langsung memulai rakaat kedua tanpa duduk istirahat (jika mengikuti mazhab Syafi'i).
-
Membaca Al-Fatihah dan Surat Pendek
Bacalah kembali Surat Al-Fatihah. Setelah itu, dianjurkan untuk membaca Surat Ad-Dhuha (الضحى) atau Al-Lail pada rakaat kedua.
-
Melakukan Gerakan Seperti Rakaat Pertama
Lanjutkan dengan melakukan ruku', i'tidal, sujud pertama, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua, persis seperti pada rakaat pertama.
-
Tasyahud Akhir
Setelah sujud kedua, duduk tawarruk dan bacalah doa Tasyahud (Tahiyat) akhir secara lengkap, termasuk shalawat Ibrahimiyah.
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ...
-
Salam
Akhiri sholat dengan menoleh ke kanan sambil mengucapkan "Assalaamu'alaikum wa rahmatullah", kemudian menoleh ke kiri dengan ucapan yang sama.
Jika ingin melanjutkan ke rakaat ketiga dan keempat (atau lebih), ulangi lagi langkah-langkah di atas dimulai dari niat yang baru (di dalam hati) dan takbiratul ihram.
Doa Mustajab Setelah Sholat Dhuha
Setelah menyelesaikan Sholat Dhuha, dianjurkan untuk tidak langsung beranjak pergi. Luangkan waktu sejenak untuk berdzikir dan memanjatkan doa. Terdapat doa khusus yang sangat populer dan dianjurkan untuk dibaca setelah Sholat Dhuha. Doa ini berisi pengakuan atas keagungan Allah dan permohonan rezeki serta perlindungan.
اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَآؤُكَ، وَالْبَهَآءَ بَهَآؤُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِى اْلأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضُحَآئِكَ وَبَهَآئِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ، آتِنِيْ مَآ أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Allahumma innad-duhaa'a duhaa'uka, wal bahaa'a bahaa'uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal-qudrota qudratuka, wal 'ismata 'ismatuka. Allahumma in kaana rizqii fis-samaa'i fa anzilhu, wa in kaana fil ardi fa akhrijhu, wa in kaana mu'assiran fa yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahhirhu, wa in kaana ba'iidan fa qarribhu, bi haqqi duhaa'ika wa bahaa'ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa atayta 'ibaadakash-shalihiin.
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, dan penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih."
Membaca doa ini dengan penuh penghayatan dapat meningkatkan kualitas ibadah kita. Doa ini adalah bentuk pengakuan total bahwa segala sesuatu di alam semesta, termasuk rezeki kita, berada sepenuhnya dalam genggaman dan kekuasaan Allah SWT.
Keutamaan dan Keajaiban Sholat Dhuha
Sholat Dhuha bukanlah ibadah biasa. Ia adalah sebuah "investasi" spiritual yang menjanjikan keuntungan luar biasa, baik di dunia maupun di akhirat. Rasulullah SAW dalam berbagai hadisnya telah menjelaskan betapa istimewanya sholat ini.
1. Sebagai Sedekah untuk Seluruh Sendi Tubuh
Setiap pagi, kita memiliki kewajiban untuk bersedekah atas 360 sendi yang ada di dalam tubuh kita. Sholat Dhuha mampu menunaikan kewajiban sedekah ini. Nabi SAW bersabda:
"Setiap pagi, setiap ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, dan melarang kemungkaran adalah sedekah. Dan semua itu dapat digantikan dengan dua rakaat Sholat Dhuha." (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan betapa ringannya syariat Islam. Dengan dua rakaat yang singkat, kita telah menunaikan hak syukur atas nikmat kesehatan sendi yang tak ternilai harganya.
2. Dicukupi Kebutuhannya Sepanjang Hari
Salah satu keutamaan yang paling didambakan dari Sholat Dhuha adalah janji kecukupan dari Allah. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT berfirman:
"Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu." (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi)
Kecukupan di sini memiliki makna yang luas, mencakup kecukupan rezeki, perlindungan dari mara bahaya, kemudahan dalam urusan, serta ketenangan hati sepanjang hari.
3. Pengampunan Dosa
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Dosa adalah noda yang mengotori jiwa. Sholat Dhuha menjadi salah satu sarana untuk membersihkan noda-noda tersebut. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang menjaga sholat Dhuha, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Ini adalah sebuah tawaran ampunan yang sangat luar biasa, yang seharusnya memotivasi kita untuk tidak pernah meninggalkannya.
4. Dibangunkan Rumah di Surga
Bagi mereka yang konsisten (istiqamah) dalam menjalankan Sholat Dhuha, Allah telah menyiapkan ganjaran istimewa di surga. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Barangsiapa yang mengerjakan sholat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah istana di surga." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Hadis ini menjadi penyemangat bagi mereka yang memiliki kelapangan waktu untuk menambah jumlah rakaat sholat Dhuha-nya.
5. Merupakan Wasiat Khusus dari Rasulullah
Sholat Dhuha adalah amalan yang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW, hingga beliau mewasiatkannya secara khusus kepada beberapa sahabatnya. Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
"Kekasihku (Rasulullah SAW) telah berwasiat kepadaku tentang tiga perkara yang tidak pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal dunia, yaitu: puasa tiga hari setiap bulan, sholat Dhuha, dan sholat witir sebelum tidur." (HR. Bukhari dan Muslim)
Wasiat dari seorang kekasih tentu akan dijaga dengan segenap jiwa. Begitulah seharusnya sikap kita terhadap wasiat Rasulullah SAW ini.
Penutup: Menjadikan Sholat Dhuha Gaya Hidup
Sholat Dhuha lebih dari sekadar rutinitas ibadah. Ia adalah sebuah oase spiritual di tengah padang pasir kesibukan dunia. Ia adalah waktu berkualitas seorang hamba dengan Rabb-nya. Memulai hari dengan Sholat Dhuha berarti memulai hari dengan rasa syukur, optimisme, dan kepasrahan total kepada Allah SWT.
Kuncinya adalah memahami dan menghayati niat sholat dhuha yang kita ucapkan, melaksanakannya dengan tata cara yang benar, dan berusaha untuk konsisten. Mungkin pada awalnya terasa berat, namun jika dipaksakan dengan penuh keikhlasan, ia akan berubah menjadi kebutuhan dan kenikmatan yang dirindukan setiap pagi. Semoga kita semua dimampukan oleh Allah untuk menjadi ahli Dhuha, para hamba yang senantiasa kembali kepada-Nya, dan meraih segala keutamaan yang telah dijanjikan.