Memahami Surat Yasin Ayat 1-83: Teks Latin dan Kedalaman Maknanya

Ilustrasi ornamen geometris Islam

Surat Yasin sering disebut sebagai "jantung Al-Qur'an" (Qalbul Qur'an). Status istimewa ini bukan tanpa alasan. Di dalamnya terkandung intisari ajaran Islam yang paling fundamental, mulai dari penegasan kerasulan, bukti-bukti kekuasaan Allah SWT, kisah umat terdahulu sebagai pelajaran, hingga gambaran detail tentang hari kebangkitan dan kehidupan akhirat. Membaca dan merenungi setiap ayatnya adalah sebuah perjalanan spiritual yang membuka mata hati tentang hakikat kehidupan dan tujuan penciptaan manusia.

Surat ke-36 dalam Al-Qur'an ini terdiri dari 83 ayat dan tergolong sebagai surat Makkiyah, yang berarti diturunkan di Mekah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Tema utama surat-surat Makkiyah adalah penguatan akidah dan tauhid. Surat Yasin secara khusus berfokus pada tiga pilar utama: keimanan kepada Allah dan keesaan-Nya, kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW, serta kepastian adanya hari kebangkitan dan pembalasan.

Artikel ini akan menyajikan bacaan lengkap Surat Yasin dari ayat 1 sampai 83 dalam tulisan Latin, yang memudahkan bagi mereka yang belum lancar membaca aksara Arab. Lebih dari sekadar teks, kita akan menyelami makna yang terkandung di setiap bagiannya, mengurai pesan-pesan ilahi yang relevan sepanjang zaman. Dengan memahami konteks dan tafsirnya, bacaan kita tidak lagi sekadar ritual, melainkan menjadi dialog yang mendalam dengan firman Sang Pencipta.

Pembukaan Agung dan Penegasan Risalah (Ayat 1-12)

Bagian awal Surat Yasin dibuka dengan huruf-huruf misterius (muqatta'at) dan sumpah Allah SWT atas nama Al-Qur'an. Ini adalah sebuah pembukaan yang sangat kuat, berfungsi untuk menarik perhatian pendengar dan menegaskan sumber ilahiah dari wahyu yang akan disampaikan. Allah bersumpah untuk meyakinkan kaum musyrikin Mekah pada waktu itu, dan seluruh umat manusia setelahnya, tentang kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW. Ayat-ayat ini juga menggarisbawahi fungsi utama Al-Qur'an sebagai pemberi peringatan dan petunjuk bagi mereka yang hatinya hidup.

Ayat 1

Yā sīn.

Ayat 2

Wal-qur'ānil-ḥakīm.

Ayat 3

Innaka laminal-mursalīn.

Ayat 4

'Alā ṣirāṭim mustaqīm.

Ayat 5

Tanzīlal-'azīzir-raḥīm.

Ayat 6

Litunżira qaumam mā unżira ābā'uhum fa hum gāfilūn.

Ayat 7

Laqad ḥaqqal-qaulu 'alā akṡarihim fa hum lā yu'minūn.

Ayat 8

Innā ja'alnā fī a'nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fa hum muqmaḥūn.

Ayat 9

Wa ja'alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fa hum lā yubṣirūn.

Ayat 10

Wa sawā'un 'alaihim a anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn.

Ayat 11

Innamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaīb, fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm.

Ayat 12

Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamụ wa āṡārahum, wa kulla syai'in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn.

Kisah Penduduk Negeri: Pelajaran dari Penolakan (Ayat 13-32)

Setelah menegaskan prinsip-prinsip dasar, Al-Qur'an seringkali menyajikan kisah (qissah) sebagai ilustrasi nyata. Di sini, Allah menceritakan perumpamaan tentang penduduk sebuah negeri (Ashab al-Qaryah) yang mendustakan para utusan. Kisah ini menjadi cerminan bagi kaum Quraisy dan siapapun yang menolak kebenaran. Cerita ini menyoroti kesombongan, kedegilan hati, dan akibat fatal dari menolak petunjuk. Puncaknya adalah kemunculan seorang lelaki beriman dari ujung kota yang dengan gagah berani membela para utusan dan mengajak kaumnya untuk berpikir logis, namun akhirnya ia menjadi syahid. Dialognya setelah wafat menunjukkan betapa besar penyesalan kaum yang ingkar dan betapa indah balasan bagi orang yang beriman.

Ayat 13

Waḍrib lahum maṡalan aṣ-ḥābal-qaryah, iż jā'ahal-mursalūn.

Ayat 14

Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabụhumā fa 'azzaznā biṡāliṡin fa qālū innā ilaikum mursalūn.

Ayat 15

Qālụ mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-raḥmānu min syai'in in antum illā takżibūn.

Ayat 16

Qālụ rabbunā ya'lamu innā ilaikum lamursalūn.

Ayat 17

Wa mā 'alainā illal-balāgul-mubīn.

Ayat 18

Qālū innā taṭayyarnā bikum, la'il lam tantahụ lanarjumannakum wa layamassannakum minnā 'ażābun alīm.

Ayat 19

Qālụ ṭā'irukum ma'akum, a in żukkirtum, bal antum qaumum musrifūn.

Ayat 20

Wa jā'a min aqṣal-madīnati rajuluy yas'ā qāla yā qaumittabi'ul-mursalīn.

Ayat 21

Ittabi'ụ mal lā yas'alukum ajraw wa hum muhtadūn.

Ayat 22

Wa mā liya lā a'budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja'ūn.

Ayat 23

A attakhiżu min dụnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni 'annī syafā'atuhum syai'aw wa lā yunqiżụn.

Ayat 24

Innī iżal lafī ḍalālim mubīn.

Ayat 25

Innī āmantụ birabbikum fasma'ụn.

Ayat 26

Qīladkhulil-jannah, qāla yā laita qaumī ya'lamụn.

Ayat 27

Bimā gafara lī rabbī wa ja'alanī minal-mukramīn.

Ayat 28

Wa mā anzalnā 'alā qaumihī mim ba'dihī min jundim minas-samā'i wa mā kunnā munzilīn.

Ayat 29

In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum khāmidūn.

Ayat 30

Yā ḥasratan 'alal-'ibād, mā ya'tīhim mir rasụlin illā kānụ bihī yastahzi'ūn.

Ayat 31

A lam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurụni annahum ilaihim lā yarji'ūn.

Ayat 32

Wa in kullul lammā jamī'ul ladainā muḥḍarūn.

Tanda-tanda Kekuasaan Allah di Alam Semesta (Ayat 33-44)

Bagian ini adalah sebuah galeri keajaiban. Allah mengajak manusia untuk membuka mata dan pikiran, melihat tanda-tanda (ayat) kekuasaan-Nya yang terhampar di alam semesta. Dimulai dari bumi yang mati lalu dihidupkan dengan air hujan, tumbuhnya berbagai tanaman berpasangan, pergiliran siang dan malam yang presisi, hingga peredaran matahari dan bulan pada orbitnya masing-masing. Semua ini adalah bukti nyata akan adanya Sang Pencipta yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Tanda-tanda ini juga secara implisit menjadi argumen kuat untuk hari kebangkitan; Dzat yang mampu menghidupkan bumi yang mati, tentu lebih mampu lagi membangkitkan manusia setelah kematiannya.

Ayat 33

Wa āyatul lahumul-arḍul-maitah, aḥyaināhā wa akhrajnā min-hā ḥabban fa min-hu ya'kulūn.

Ayat 34

Wa ja'alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a'nābiw wa fajjarnā fīhā minal-'uyūn.

Ayat 35

Liya'kulụ min ṡamarihī wa mā 'amilat-hu aidīhim, a fa lā yasykurūn.

Ayat 36

Sub-ḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya'lamūn.

Ayat 37

Wa āyatul lahumul-lailu naslakhu min-hun-nahāra fa iżā hum muẓlimūn.

Ayat 38

Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-'azīzil-'alīm.

Ayat 39

Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm.

Ayat 40

Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥūn.

Ayat 41

Wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masy-ḥūn.

Ayat 42

Wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabūn.

Ayat 43

Wa in nasya' nugriq-hum fa lā ṣarīkha lahum wa lā hum yunqażūn.

Ayat 44

Illā raḥmatam minnā wa matā'an ilā ḥīn.

Argumentasi dengan Kaum Ingkar dan Detik-detik Kiamat (Ayat 45-68)

Setelah menyajikan bukti-bukti yang jelas, surat ini beralih menggambarkan respons kaum yang ingkar. Mereka tetap berpaling, bahkan ketika diperingatkan tentang azab di dunia dan akhirat. Mereka mencemooh perintah untuk berinfak dengan logika yang bengkok. Puncak keingkaran mereka adalah pertanyaan sinis, "Kapan janji (hari kiamat) itu akan datang?" Allah menjawab bahwa kedatangannya akan tiba-tiba, melalui satu tiupan sangkakala yang mematikan semua makhluk. Kemudian, tiupan kedua akan membangkitkan mereka semua dari kubur untuk diadili. Pada hari itu, mulut mereka akan dikunci, dan anggota tubuh mereka—tangan dan kaki—yang akan bersaksi atas semua perbuatan mereka. Ini adalah sebuah pengadilan yang seadil-adilnya, di mana tidak ada satu pun yang dapat disembunyikan.

Ayat 45

Wa iżā qīla lahumuttaqụ mā baina aidīkum wa mā khalfakum la'allakum tur-ḥamūn.

Ayat 46

Wa mā ta'tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānụ 'an-hā mu'riḍīn.

Ayat 47

Wa iżā qīla lahum anfiqụ mimmā razaqakumullāhu qālal-lażīna kafarụ lil-lażīna āmanū a nuṭ'imu mal lau yasyā'ullāhu aṭ'amahū in antum illā fī ḍalālim mubīn.

Ayat 48

Wa yaqụlụna matā hāżal-wa'du in kuntum ṣādiqīn.

Ayat 49

Mā yanẓurụna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta'khużuhum wa hum yakhiṣṣimụn.

Ayat 50

Fa lā yastaṭī'ụna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji'ụn.

Ayat 51

Wa nufikha fiṣ-ṣụri fa iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilụn.

Ayat 52

Qālụ yā wailanā mam ba'aṡanā mim marqadinā, hāżā mā wa'adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalụn.

Ayat 53

In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum jamī'ul ladainā muḥḍarūn.

Ayat 54

Fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai'aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta'malụn.

Ayat 55

Inna aṣ-ḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihụn.

Ayat 56

Hum wa azwājuhum fī ẓilālin 'alal-arā'iki muttaki'ụn.

Ayat 57

Lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda'ụn.

Ayat 58

Salāmun qaulam mir rabbir raḥīm.

Ayat 59

Wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimụn.

Ayat 60

Alam a'had ilaikum yā banī ādama al lā ta'budusy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn.

Ayat 61

Wa ani'budụnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm.

Ayat 62

Wa laqad aḍalla minkum jibillan kaṡīrā, a fa lam takụnụ ta'qilụn.

Ayat 63

Hāżihī jahannamul-latī kuntum tụ'adụn.

Ayat 64

Iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurụn.

Ayat 65

Al-yauma nakhtimu 'alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasy-hadu arjuluhum bimā kānụ yaksibụn.

Ayat 66

Wa lau nasyā'u laṭamasnā 'alā a'yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirūn.

Ayat 67

Wa lau nasyā'u lamasakhnāhum 'alā makānatihim fa mastaṭā'ụ muḍiyyaw wa lā yarji'ụn.

Ayat 68

Wa man nu'ammir-hu nunakkis-hu fil-khalq, a fa lā ya'qilụn.

Penutup: Kebenaran Al-Qur'an dan Kekuasaan Mutlak Allah (Ayat 69-83)

Bagian terakhir ini adalah kesimpulan yang agung dan penegasan kembali poin-poin utama. Allah membantah tuduhan kaum musyrikin bahwa Al-Qur'an adalah syair buatan Nabi Muhammad. Ditegaskan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu murni, sebuah peringatan dan petunjuk. Kemudian, Allah kembali mengingatkan manusia akan nikmat-Nya, seperti penciptaan hewan ternak, namun manusia tetap ingkar dan mencari tuhan selain-Nya. Puncak argumen Surat Yasin ada di ayat-ayat terakhir. Allah menantang logika manusia yang ragu akan kebangkitan dengan pertanyaan retoris: "Tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air mani, lalu ia menjadi penantang yang nyata?" Ayat ini dijawab dengan penegasan bahwa Dzat yang mampu menciptakan dari ketiadaan, apalagi dari tulang-belulang yang hancur, tentu sangat mampu untuk membangkitkannya kembali. Surat ini ditutup dengan tasbih, mengagungkan Allah, Raja dari segala sesuatu, yang di tangan-Nya kekuasaan mutlak, dan kepada-Nya lah semua akan kembali. Inilah inti dari "Kun Fayakun" (Jadilah, maka terjadilah).

Ayat 69

Wa mā 'allamnāhusy-syi'ra wa mā yambagī lah, in huwa illā żikruw wa qur'ānum mubīn.

Ayat 70

Liyunżira man kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu 'alal-kāfirīn.

Ayat 71

A wa lam yarau annā khalaqnā lahum mimmā 'amilat aidīnā an'āman fa hum lahā mālikụn.

Ayat 72

Wa żallalnāhā lahum fa min-hā rakụbuhum wa min-hā ya'kulụn.

Ayat 73

Wa lahum fīhā manāfi'u wa masyārib, a fa lā yasykurūn.

Ayat 74

Wattakhażụ min dụnillāhi ālihatal la'allahum yunṣarụn.

Ayat 75

Lā yastaṭī'ụna naṣrahum wa hum lahum jundum muḥḍarūn.

Ayat 76

Fa lā yaḥzunka qauluhum, innā na'lamu mā yusirrụna wa mā yu'linụn.

Ayat 77

A wa lam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa iżā huwa khaṣīmum mubīn.

Ayat 78

Wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah, qāla may yuḥyil-'iẓāma wa hiya ramīm.

Ayat 79

Qul yuḥyīhal-lażī ansya'ahā awwala marrah, wa huwa bikulli khalqin 'alīm.

Ayat 80

Allażī ja'ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nāran fa iżā antum min-hu tụqidụn.

Ayat 81

A wa laisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin 'alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-'alīm.

Ayat 82

Innamā amruhū iżā arāda syai'an an yaqụla lahụ kun fa yakụn.

Ayat 83

Fa sub-ḥānal-lażī biyadihī malakụtu kulli syai'iw wa ilaihi turja'ụn.

🏠 Kembali ke Homepage