Mengupas Tuntas Tajwid Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah adalah jantung dari Al-Qur'an dan merupakan rukun dalam setiap rakaat sholat. Membacanya dengan tartil dan tajwid yang benar bukan hanya sebuah keutamaan, melainkan sebuah keharusan untuk mencapai kesempurnaan ibadah. Kesalahan dalam pengucapan, panjang pendek, atau dengung dapat mengubah makna ayat secara drastis. Oleh karena itu, mempelajari hukum tajwid yang terkandung dalam setiap ayatnya adalah langkah fundamental bagi setiap Muslim.
Artikel ini akan membawa Anda menyelami setiap ayat, kata demi kata, untuk memahami hukum-hukum tajwid yang berlaku di dalamnya. Mulai dari Basmalah hingga ayat terakhir, kita akan menguraikan setiap detail makhraj, sifat huruf, hukum nun sukun, mim sukun, hingga berbagai jenis mad. Tujuannya adalah agar kita dapat membaca Ummul Qur'an ini dengan fasih, sesuai dengan kaidah yang telah diajarkan, sehingga bacaan sholat kita menjadi lebih berkualitas dan khusyuk.
Ayat 1: Basmalah
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Ayat pertama, yang dikenal sebagai Basmalah, merupakan pembuka yang penuh berkah. Meskipun ringkas, ayat ini mengandung beberapa hukum tajwid penting yang menjadi dasar bagi pembacaan Al-Qur'an.
Hukum pada Lafaz بِسْمِ
Pada lafaz ini, setiap huruf dibaca dengan jelas sesuai harakatnya. Huruf بِ (Bi) dengan harakat kasrah, سْ (s) yang sukun dibaca dengan sifat hams (aliran nafas) dan safir (desis), serta مِ (mi) dengan harakat kasrah. Tidak ada hukum tajwid yang kompleks di sini, namun kesempurnaan pengucapan makhraj huruf menjadi kuncinya.
Hukum pada Lafaz اللّٰهِ
Lafaz Allah (Lafzul Jalalah) memiliki hukum pembacaan yang unik, terutama pada huruf Lam-nya. Hukumnya terbagi menjadi dua: tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis).
- Tafkhim (Tebal): Lam pada lafaz Allah dibaca tebal jika didahului oleh huruf berharakat fathah atau dhammah. Contoh: Wallāhu (وَاللّٰهُ), Nashrullāh (نَصْرُ اللّٰهِ).
- Tarqiq (Tipis): Lam pada lafaz Allah dibaca tipis jika didahului oleh huruf berharakat kasrah.
Dalam Basmalah, lafaz اللّٰهِ didahului oleh huruf Mim berharakat kasrah (مِ). Oleh karena itu, huruf Lam dibaca secara tarqiq atau tipis. Bunyinya menjadi "Lillah" bukan "Lollah". Ini adalah poin krusial yang sering terlewatkan. Setelah itu, terdapat mad thabi'i atau mad asli pada alif kecil setelah Lam, yang dibaca panjang 2 harakat. Saat berhenti (waqf) pada lafaz ini, huruf Ha (هِ) di akhir menjadi sukun (هْ).
Hukum pada Lafaz الرَّحْمٰنِ
Kata ini mengandung beberapa hukum tajwid:
- Alif Lam Syamsiyyah: Huruf Lam pada "Al" (ال) tidak dibaca, melainkan langsung melebur ke huruf berikutnya, yaitu huruf Ra (ر). Ini terjadi karena Ra termasuk dalam 14 huruf Syamsiyyah. Ciri utamanya adalah adanya tanda tasydid ( ّ ) pada huruf setelah Alif Lam. Maka, dibaca "Ar-rahmaan" bukan "Al-rahmaan".
- Sifat Huruf Ra (ر): Huruf Ra di sini berharakat fathah, sehingga wajib dibaca secara tafkhim (tebal).
- Mad Thabi'i: Terdapat mad thabi'i pada alif kecil setelah huruf Mim (مٰ), yang dibaca panjang 2 harakat.
- Mad 'Aridh Lissukun (jika waqf): Jika kita berhenti membaca pada kata الرَّحْمٰنِ, maka hukumnya berubah menjadi Mad 'Aridh Lissukun. Ini terjadi karena huruf mad (alif kecil) bertemu dengan huruf hidup (Nun berharakat kasrah) yang disukunkan karena waqf. Panjang bacaannya boleh 2, 4, atau 6 harakat, namun harus konsisten dalam satu kali bacaan.
Hukum pada Lafaz الرَّحِيْمِ
Hukum pada lafaz ini sangat mirip dengan lafaz sebelumnya.
- Alif Lam Syamsiyyah: Sama seperti pada الرَّحْمٰنِ, Alif Lam melebur ke huruf Ra (ر) yang bertasydid.
- Sifat Huruf Ra (ر): Ra berharakat fathah, maka dibaca tafkhim (tebal).
- Mad Thabi'i: Huruf Ya sukun (يْ) didahului oleh huruf berharakat kasrah (حِ), ini membentuk Mad Thabi'i yang dibaca panjang 2 harakat.
- Mad 'Aridh Lissukun (jika waqf): Saat berhenti di akhir ayat, hukumnya adalah Mad 'Aridh Lissukun. Huruf mad (Ya sukun) bertemu dengan Mim yang disukunkan karena waqf. Panjangnya boleh 2, 4, atau 6 harakat.
Ayat 2: Hamdalah
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Ayat kedua menegaskan segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Ayat ini juga kaya akan hukum tajwid yang perlu diperhatikan.
Hukum pada Lafaz اَلْحَمْدُ
Frasa ini memiliki beberapa poin penting:
- Alif Lam Qamariyyah: Berbeda dengan ayat pertama, Alif Lam di sini adalah Alif Lam Qamariyyah. Huruf Lam (لْ) dibaca dengan jelas atau izhar karena bertemu dengan huruf Ha (ح), yang merupakan salah satu dari 14 huruf Qamariyyah. Cirinya adalah adanya tanda sukun pada huruf Lam. Dibaca "Al-hamdu".
- Sifat Huruf Ha (ح): Pastikan huruf Ha (ح) diucapkan dari makhraj yang benar, yaitu tengah tenggorokan, dan memiliki sifat hams (aliran nafas). Jangan sampai tertukar dengan huruf Kha (خ) atau Ha (ه).
- Mim Sukun (مْ): Huruf Mim sukun di sini dibaca dengan jelas, tidak didengungkan.
Hukum pada Lafaz لِلّٰهِ
Hukumnya sama persis seperti pada Basmalah. Lafaz Allah didahului oleh Lam berharakat kasrah (لِ), sehingga Lam pada lafaz Allah dibaca tarqiq (tipis). Bunyinya "lillāhi".
Hukum pada Lafaz رَبِّ
Huruf Ra (ر) di awal kata berharakat fathah, sehingga wajib dibaca tafkhim (tebal). Huruf Ba (بِّ) bertasydid, artinya ada penekanan (nabr) saat mengucapkannya, seolah-olah ada dua huruf Ba, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat kasrah.
Hukum pada Lafaz الْعٰلَمِيْنَ
- Alif Lam Qamariyyah: Huruf Lam pada "Al" (ال) dibaca jelas (izhar) karena bertemu dengan huruf 'Ain (ع), salah satu huruf Qamariyyah.
- Pengucapan 'Ain (ع): Huruf 'Ain memiliki makhraj di tengah tenggorokan. Pengucapannya harus jelas dan tidak boleh tertukar dengan hamzah (ء).
- Mad Thabi'i: Ada dua Mad Thabi'i di sini. Pertama pada alif kecil setelah 'Ain (عٰ), dan kedua pada Ya sukun (يْ) yang didahului oleh Mim berharakat kasrah (مِيْ). Keduanya dibaca panjang 2 harakat.
- Mad 'Aridh Lissukun (jika waqf): Saat berhenti di akhir ayat, hukumnya adalah Mad 'Aridh Lissukun karena huruf mad (Ya sukun) bertemu dengan Nun yang disukunkan karena waqf. Panjangnya boleh 2, 4, atau 6 harakat.
Ayat 3: Penegasan Sifat Allah
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Ayat ketiga merupakan pengulangan dua Asmaul Husna dari Basmalah. Oleh karena itu, hukum tajwid yang berlaku di dalamnya pun sama persis dengan penjelasan pada ayat pertama.
Pada lafaz الرَّحْمٰنِ, terdapat hukum Alif Lam Syamsiyyah, Ra yang dibaca tafkhim, Mad Thabi'i, dan Mad 'Aridh Lissukun jika berhenti padanya.
Pada lafaz الرَّحِيْمِ, terdapat hukum Alif Lam Syamsiyyah, Ra yang dibaca tafkhim, Mad Thabi'i, dan Mad 'Aridh Lissukun jika berhenti di akhir ayat. Mengulangi pembacaan dengan hukum yang sama membantu melatih konsistensi dan kefasihan lidah.
Ayat 4: Penguasa Hari Pembalasan
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
Ayat keempat menegaskan kekuasaan mutlak Allah di Hari Kiamat. Ayat ini memperkenalkan beberapa hukum tajwid baru yang menarik untuk dipelajari.
Hukum pada Lafaz مٰلِكِ
Pada kata ini, terdapat Mad Thabi'i pada alif kecil setelah huruf Mim (مٰ). Bacaan "Maa" harus dipanjangkan sebanyak 2 harakat. Kesalahan umum adalah membacanya terlalu pendek (Maliki) atau terlalu panjang. Konsistensi panjang 2 harakat adalah kunci.
Hukum pada Lafaz يَوْمِ
Di sini kita bertemu dengan hukum Mad Lin atau sering juga disebut Huruf Lin. Mad Lin terjadi apabila ada huruf Waw sukun (وْ) atau Ya sukun (يْ) yang didahului oleh huruf berharakat fathah. Pada kata يَوْمِ (yau), Waw sukun didahului oleh Ya berharakat fathah. Cara membacanya adalah dengan melembutkan suara tanpa dipanjangkan jika bacaan bersambung (wasal). Namun, jika kita terpaksa berhenti (waqf) pada kata yang mengandung Mad Lin, maka ia boleh dibaca panjang 2, 4, atau 6 harakat seperti Mad 'Aridh Lissukun.
Hukum pada Lafaz الدِّيْنِ
- Alif Lam Syamsiyyah: Huruf Lam pada "Al" (ال) tidak dibaca karena bertemu dengan huruf Dal (د), yang merupakan huruf Syamsiyyah. Tanda tasydid pada Dal mengonfirmasi hukum ini. Dibaca "Ad-diin".
- Mad Thabi'i: Terdapat Mad Thabi'i pada Ya sukun (يْ) yang didahului oleh Dal berharakat kasrah (دِيْ). Dibaca panjang 2 harakat.
- Mad 'Aridh Lissukun (jika waqf): Ketika berhenti di akhir ayat, hukumnya adalah Mad 'Aridh Lissukun karena huruf mad (Ya sukun) bertemu dengan Nun yang disukunkan. Panjangnya boleh 2, 4, atau 6 harakat.
Ayat 5: Ikrar Penyembahan dan Permohonan
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Ini adalah ayat inti dari Al-Fatihah, sebuah dialog langsung antara hamba dengan Tuhannya. Ketepatan pengucapan di sini sangat krusial karena kesalahan kecil dapat mengubah makna secara total.
Hukum pada Lafaz اِيَّاكَ
Poin paling kritis pada kata ini adalah tasydid pada huruf Ya (يَّ). Tasydid ini harus dibaca dengan penekanan (nabr) yang jelas. Jika tasydid ini tidak dibaca atau dibaca ringan, kata iyyāka (hanya kepada-Mu) bisa berubah menjadi iyāka, yang berarti "cahaya matahari-Mu". Perubahan makna ini sangat fatal dalam konteks sholat. Jadi, pastikan untuk menekan suara pada huruf Ya. Selain itu, ada Mad Thabi'i pada alif setelah Ya, yang dibaca panjang 2 harakat.
Hukum pada Lafaz نَعْبُدُ
Fokus utama di sini adalah pengucapan huruf 'Ain (ع). Makhrajnya berada di tengah tenggorokan dan harus dibunyikan dengan jelas. Banyak yang keliru mengucapkannya seperti hamzah (ء), sehingga terbaca na'budu, yang salah. Latihlah pengucapan 'Ain hingga fasih. Huruf 'Ain yang sukun memiliki sifat tawassuth atau bayniyyah, artinya aliran suaranya tidak tertahan sempurna dan tidak juga mengalir sempurna.
Hukum pada Lafaz وَاِيَّاكَ
Hukumnya sama persis dengan lafaz اِيَّاكَ yang pertama. Jaga tasydid pada huruf Ya dan panjang Mad Thabi'i 2 harakat.
Hukum pada Lafaz نَسْتَعِيْنُ
- Sifat Huruf Sin (س): Huruf Sin sukun (سْ) dibaca dengan sifat hams (aliran nafas) dan safir (desis) yang jelas.
- Pengucapan 'Ain (ع): Sama seperti pada نَعْبُدُ, huruf 'Ain (ع) harus diucapkan dengan benar dari makhrajnya.
- Mad Thabi'i: Terdapat Mad Thabi'i pada Ya sukun (يْ) yang didahului oleh 'Ain berharakat kasrah (عِيْ). Dibaca panjang 2 harakat.
- Mad 'Aridh Lissukun (jika waqf): Saat berhenti di akhir ayat, hukumnya adalah Mad 'Aridh Lissukun. Huruf mad (Ya sukun) bertemu dengan Nun yang disukunkan karena waqf. Panjangnya boleh 2, 4, atau 6 harakat.
Ayat 6: Permohonan Petunjuk
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Setelah berikrar, hamba memohon hal terpenting dalam hidup: petunjuk ke jalan yang lurus. Ayat ini memperkenalkan beberapa hukum tajwid yang fundamental.
Hukum pada Lafaz اِهْدِنَا
- Hamzah Wasal: Huruf Alif di awal (اِ) adalah Hamzah Wasal. Ia hanya dibaca jika berada di awal bacaan. Jika bacaan disambung dari ayat sebelumnya (nasta'iinuhdinaa), maka Hamzah Wasal ini tidak dibaca.
- Qalqalah Sughra: Di sinilah kita bertemu hukum Qalqalah. Qalqalah adalah pantulan suara pada huruf-huruf Qalqalah (ق ط ب ج د) yang berharakat sukun. Pada kata اِهْدِنَا, huruf Dal (دْ) sukun berada di tengah kata. Ini disebut Qalqalah Sughra (pantulan kecil). Pantulannya harus ringan dan tidak terlalu kuat.
- Mad Thabi'i: Terdapat Mad Thabi'i pada alif setelah Nun (نَا), dibaca panjang 2 harakat.
Hukum pada Lafaz الصِّرَاطَ
- Alif Lam Syamsiyyah: Alif Lam tidak dibaca karena bertemu dengan huruf Shad (ص), salah satu huruf Syamsiyyah. Bacaan langsung melebur ke huruf Shad yang bertasydid.
- Sifat Huruf Isti'la: Huruf Shad (ص) dan Tha (ط) adalah huruf isti'la, artinya pangkal lidah terangkat saat mengucapkannya, menghasilkan suara yang tebal dan berat. Pastikan kedua huruf ini dibaca dengan tebal (tafkhim). Jangan sampai Shad terbaca seperti Sin (س) atau Tha terbaca seperti Ta (ت).
- Mad Thabi'i: Terdapat Mad Thabi'i pada alif setelah Ra (رَا), dibaca panjang 2 harakat. Huruf Ra di sini juga dibaca tebal (tafkhim) karena berharakat fathah.
Hukum pada Lafaz الْمُسْتَقِيْمَ
- Alif Lam Qamariyyah: Alif Lam dibaca jelas (izhar) karena bertemu dengan huruf Mim (م), salah satu huruf Qamariyyah.
- Sifat Huruf: Perhatikan sifat hams (nafas) pada huruf Ta (تْ) sukun. Juga, bedakan dengan jelas antara huruf Sin (س) yang tipis dan huruf Qaf (ق) yang tebal (isti'la).
- Mad Thabi'i: Terdapat Mad Thabi'i pada Ya sukun (يْ) yang didahului oleh Qaf berharakat kasrah (قِيْ), dibaca panjang 2 harakat.
- Mad 'Aridh Lissukun (jika waqf): Saat berhenti di akhir ayat, hukumnya adalah Mad 'Aridh Lissukun karena huruf mad bertemu dengan Mim yang disukunkan. Panjangnya 2, 4, atau 6 harakat.
Ayat 7: Penjelasan Jalan yang Lurus
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ
Ayat terakhir ini adalah yang terpanjang dan paling kompleks dari segi tajwid. Ayat ini merinci jalan lurus yang dimaksud, yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat, bukan jalan mereka yang dimurkai atau yang sesat.
Hukum pada Lafaz صِرَاطَ الَّذِيْنَ
- Sifat Huruf: Sama seperti sebelumnya, huruf Shad (ص) dan Tha (ط) dibaca tebal (tafkhim). Ra (ر) juga dibaca tebal.
- Alif Lam Syamsiyyah: Pada الَّذِيْنَ, Alif Lam melebur ke huruf Lam berikutnya yang bertasydid.
- Mad Thabi'i: Terdapat Mad Thabi'i pada Ya sukun (يْ) setelah Dzal berharakat kasrah (ذِيْ), dibaca panjang 2 harakat.
Hukum pada Lafaz اَنْعَمْتَ
- Izhar Halqi: Di sini kita bertemu dengan hukum pertama dari Ahkamun Nun Sakinah wat Tanwin. Izhar Halqi terjadi ketika Nun sukun (نْ) atau tanwin bertemu dengan salah satu dari enam huruf tenggorokan (ء ه ع ح غ خ). Pada kata اَنْعَمْتَ, Nun sukun bertemu dengan huruf 'Ain (ع). Maka, Nun sukun harus dibaca dengan jelas dan terang (izhar) tanpa dengung. Bunyi "an" harus tegas.
- Mim Sukun (مْ): Mim sukun di sini juga dibaca jelas, karena setelahnya bukan huruf Mim atau Ba.
Hukum pada Lafaz عَلَيْهِمْ
- Mad Lin: Terdapat Mad Lin pada Ya sukun (يْ) yang didahului oleh Lam berharakat fathah (لَيْ). Dibaca lembut saat wasal.
- Izhar Syafawi: Ini adalah hukum dari Ahkamul Mim Sakinah. Izhar Syafawi terjadi ketika Mim sukun (مْ) bertemu dengan semua huruf hijaiyah kecuali Mim (م) dan Ba (ب). Di sini, Mim sukun pada عَلَيْهِمْ bertemu dengan huruf Ghain (غ) pada kata berikutnya. Maka, Mim sukun harus dibaca jelas di bibir, tanpa ditahan atau didengungkan. Bibir dirapatkan dengan sempurna lalu segera dibuka untuk mengucapkan huruf berikutnya.
Hukum pada Lafaz غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ
- Mad Lin: Terdapat Mad Lin pada Ya sukun (يْ) setelah Ghain berharakat fathah (غَيْ).
- Alif Lam Qamariyyah: Lam pada الْمَغْضُوْبِ dibaca jelas karena bertemu Mim (م).
- Sifat Huruf: Huruf Ghain (غ) sukun memiliki sifat rakhawah (suara mengalir). Yang paling menantang adalah huruf Dhad (ض). Makhrajnya adalah sisi lidah (kiri atau kanan) bertemu dengan gigi geraham atas. Sifatnya adalah isti'la (tebal) dan istithalah (memanjang). Pengucapannya harus dilatih secara khusus agar tidak tertukar dengan Dzal (ذ) atau Zha (ظ).
Hukum pada Lafaz عَلَيْهِمْ
Hukumnya sama seperti lafaz عَلَيْهِمْ sebelumnya, yaitu mengandung Mad Lin dan diakhiri dengan Mim sukun yang hukumnya Izhar Syafawi karena bertemu dengan huruf Waw (و) pada kata berikutnya.
Hukum pada Lafaz وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ
- Mad Thabi'i: Pada وَلَا, terdapat Mad Thabi'i pada alif setelah Lam, dibaca panjang 2 harakat.
- Alif Lam Syamsiyyah: Lam pada الضَّالِّيْنَ melebur ke huruf Dhad (ض) yang bertasydid.
- Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal: Inilah puncak dari hukum mad dalam Surat Al-Fatihah. Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal terjadi apabila huruf mad bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam satu kata. Pada الضَّاۤلِّيْنَ, huruf mad (alif) bertemu dengan huruf Lam yang bertasydid (لّ). Hukum ini adalah mad yang paling panjang, wajib dibaca 6 harakat tanpa terkecuali. Tanda (~) di atas alif menjadi penandanya.
- Mad 'Aridh Lissukun (jika waqf): Setelah Mad Lazim, masih ada hukum lain. Jika berhenti di akhir ayat, ada pertemuan antara huruf mad (Ya sukun) dengan Nun yang disukunkan. Ini adalah Mad 'Aridh Lissukun, yang boleh dibaca 2, 4, atau 6 harakat.