Hakikat Kekosongan dalam Linguistik.
Konsep mengarut, dalam kerangka pemikiran manusia, sering kali dianggap sebagai residu mental, sisa-sisa kalimat yang tidak terstruktur, atau pemikiran yang lepas dari kendali nalar. Namun, jika kita melihat lebih dalam, mengarut bukanlah sekadar ketiadaan makna; ia adalah sebuah entitas, sebuah ruang kontemplatif di mana aturan-aturan semantik dan kausalitas dikesampingkan, memberikan kebebasan yang brutal sekaligus membebaskan. Mengarut adalah kebenaran yang jujur tentang batas-batas bahasa dan rasionalitas kita.
Artikel ini akan menjadi penjelajahan ekstensif, sebuah ekspedisi ke dalam rawa-rawa logika yang kabur, menelusuri bagaimana konsep mengarut membentuk budaya, seni, dan bahkan fondasi pemahaman kita tentang realitas itu sendiri. Kita akan melihat bagaimana absurditas, ironi, dan omong kosong yang paling murni justru berfungsi sebagai katarsis kolektif. Inilah ode panjang, tak berujung, kepada segala sesuatu yang tidak perlu dan tidak masuk akal.
Mengarut, dalam konteks filsafat, bersinggungan erat dengan konsep Absurditas yang dipopulerkan oleh eksistensialis. Namun, ada perbedaan mendasar. Absurditas (seperti yang diyakini Camus) adalah konflik antara hasrat manusia akan makna dan kebisuan alam semesta yang dingin. Sementara mengarut adalah manifestasi aktif dari penolakan terhadap hasrat makna itu sendiri; ia adalah penari yang sengaja tersandung di panggung logika.
Dalam seni dan sastra, gerakan seperti Dadaisme memanfaatkan mengarut sebagai senjata melawan kemapanan Perang Dunia yang dianggap rasional. Mereka berargumen bahwa jika dunia yang logis dapat menghasilkan kengerian seperti itu, maka logika itu sendiri harus ditolak. Mengarut menjadi revolusi, sebuah manifesto dalam bentuk gumaman tak jelas dan kolase acak. Ini bukan hanya lelucon; ini adalah sebuah pernyataan politik yang dibungkus dengan bulu ayam dan kertas koran yang terpotong-potong. Pemahaman ini membawa kita pada kesimpulan bahwa mengarut memiliki kekuatan subversif yang luar biasa, mampu meruntuhkan hierarki naratif hanya dengan menyusun kalimat yang mustahil untuk dipahami.
Mari kita pertimbangkan contoh struktural dari mengarut. Bayangkan sebuah kalimat: "Sepeda tua itu menyanyikan lagu tentang keju yang terbang menuju dimensi ketiga." Secara tata bahasa, kalimat ini sempurna. Subjek, predikat, objek, semua ada. Namun, secara semantik, ia ambruk total. Kekuatan mengarut terletak pada kemampuan untuk mematuhi aturan formal (tata bahasa) sambil secara aktif melanggar aturan substansial (makna). Dalam kekosongan makna inilah muncul potensi tak terbatas untuk interpretasi yang—ironisnya—juga mengarut.
Seorang ahli bahasa yang mempelajari fenomena mengarut harus siap menghadapi anomali yang tak terhitung. Kita sering terjebak dalam perangkap semantik di mana setiap kata harus memiliki referensi nyata di dunia. Mengarut membebaskan kata-kata dari rantai referensi ini. Kata "plip-plop" tidak perlu merujuk pada suara air; ia bisa merujuk pada perasaan hari Senin, atau warna yang belum ditemukan, atau bahkan kecepatan siput yang berpikir keras tentang kosmologi. Fungsi mengarut adalah untuk memperluas spektrum kemungkinan bahasa melampaui kebutuhan komunikasi sehari-hari.
Fenomena ini menantang model komunikasi Shannon-Weaver. Dalam model standar, pesan dikirim, diterima, dan diurai maknanya. Dalam komunikasi mengarut, pesan dikirim, diterima, dan maknanya diuraikan sebagai *tidak ada*, atau lebih buruk, diuraikan sebagai *makna yang tidak relevan dengan intensi pengirim*, yang pada akhirnya menghasilkan siklus penafsiran yang tak berujung. Inilah paradoks kejenakaan: semakin tidak bermakna suatu pesan, semakin keras kita berusaha mencari maknanya, sehingga secara tidak sengaja kita memberinya makna yang lebih dalam.
Dunia mengarut adalah tempat di mana kata benda berlibur dan kata kerja menolak untuk berfungsi sebagai mana mestinya. Kita bisa mencatat beberapa prinsip dasar dalam hukum ketidakmasukakalan, yang semuanya mengarah pada esensi dari pemikiran bebas dan tidak terikat:
Penerapan prinsip-prinsip ini memungkinkan kita untuk menghasilkan teks yang secara harfiah tidak memiliki tujuan selain untuk mengisi ruang dan menguji batas kesabaran pembaca terhadap kerangka berpikir yang konvensional. Dan itulah, pada intinya, keindahan sejati dari mengarut.
Untuk benar-benar menghayati kedalaman mengarut, kita harus melangkah lebih jauh dari definisi dan masuk ke dalam praktik omong kosong murni. Bagian ini didedikasikan untuk narasi yang sengaja dirancang untuk membingungkan, meregangkan realitas, dan membangun struktur kalimat yang rumit tanpa fondasi logis yang kuat. Inilah contoh fiksi mengarut yang berfungsi sebagai meditasi tentang ketiadaan.
Di sebuah kota yang dilupakan oleh peta, di mana hujan selalu berbau mint dan anjing-anjing hanya menggonggong dalam irama waltz yang lambat, hiduplah Panci Berjalan Kaki. Panci ini, yang dikenal dengan nama Plankton, tidak pernah memasak apa pun; fungsinya adalah murni sebagai instrumen melankolis yang sesekali mengeluarkan bunyi ‘klang’ ketika ia merenungkan nasib spageti yang belum pernah ia temui. Plankton memiliki empat kaki yang terbuat dari jepitan jemuran tua, dan ia bergerak dengan kecepatan yang setara dengan perkembangan birokrasi di negara yang tidak memiliki pemerintah.
Suatu hari, Plankton memutuskan untuk melakukan perjalanan spiritual. Tujuannya adalah ujung jalan, tempat kotak surat yang sudah berkarat berdiri tegak seperti monumen keheningan. Ini adalah perjalanan yang sangat panjang, memakan waktu tiga minggu, karena setiap kali Plankton bertemu dengan bayangannya sendiri, ia harus berhenti dan berdiskusi intensif tentang teori relativitas kelembaban udara. Diskusi ini selalu berakhir dengan kesimpulan bahwa jam saku adalah indikator yang lebih akurat daripada jam dinding, asalkan jam saku tersebut diisi dengan pasir kinetik.
Di minggu kedua perjalanan, Plankton bertemu dengan seekor belut yang mengenakan topi fedora terbalik. Belut itu bernama Bartholomew. Bartholomew tidak berbicara, tetapi ia berkomunikasi melalui serangkaian kedipan mata yang rumit, yang menurut Plankton, adalah dialek purba dari bahasa kuno yang hanya digunakan oleh cetakan roti bakar yang gagal. Mereka bertukar pandangan tentang pentingnya memiliki kantong yang tidak terlihat untuk menyimpan penyesalan masa lalu. Plankton menawarkan Bartholomew sepotong kawat gigi bekas sebagai tanda persahabatan, yang diterima Bartholomew dengan anggukan sopan, sebelum ia meluncur pergi ke dalam pipa drainase, berniat mendirikan perpustakaan bawah tanah yang hanya berisi buku telepon usang.
Perjalanan Plankton mencapai klimaksnya ketika ia sampai di kotak surat. Kotak surat itu kosong, tentu saja, karena surat-surat di kota itu sudah lama memutuskan untuk hanya dikirim ke tempat-tempat yang tidak ada, seperti Mars atau laci kaus kaki yang hilang. Plankton berdiri di sana, memantulkan sinar matahari dengan badan alumuniumnya. Momen itu adalah epifani. Ia menyadari bahwa makna dari perjalanannya bukanlah kotak surat itu sendiri, melainkan waktu yang dibutuhkan untuk memahami bahwa empat jepitan jemuran dapat menahan beban eksistensial sebuah panci yang merana. Kepulangan Plankton memakan waktu lebih lama, karena ia harus berjalan mundur untuk menguji hipotesis bahwa waktu hanya bergerak maju jika benda bergerak maju, sebuah ide yang ia peroleh dari percakapannya dengan debu jalanan yang bersikeras bahwa ia adalah reinkarnasi dari seorang kaisar Romawi yang suka mengoleksi gembok.
Inti dari kisah ini, yang tentu saja mengarut secara fundamental, adalah bahwa narasi omong kosong memungkinkan kita untuk menciptakan koneksi yang tidak mungkin. Panci, jepitan, belut, dan kotak surat menjadi simbol-simbol yang dapat dimanipulasi tanpa terbebani oleh kebutuhan untuk 'masuk akal'. Ini adalah kebebasan struktural yang harus dipertahankan.
Menciptakan volume teks yang ekstensif dan murni mengarut memerlukan metodologi yang ketat, paradoksnya. Tujuannya adalah menghasilkan kekayaan deskriptif tanpa pernah menyampaikan informasi yang berguna. Berikut adalah pedoman yang diikuti dalam perluasan narasi ini:
Ambil satu konsep dasar—misalnya, sendok terbang—dan ulangi penjelasannya dari berbagai sudut pandang yang sama-sama tidak relevan. Deskripsikan sendok terbang itu dari sudut pandang seorang ahli zoologi, seorang teolog yang percaya sendok itu adalah dewa minor, seorang akuntan yang menghitung biaya penerbangannya, dan seorang tukang ledeng yang mengkhawatirkan dampaknya pada sistem pipa air. Meskipun semua deskripsi ini berbeda, mereka semua menghasilkan nol informasi yang koheren, sehingga memperkuat aspek mengarut.
Contoh: Sendok itu, menurut ahli zoologi, menunjukkan pola migrasi yang aneh, selalu bergerak ke arah utara-barat laut pada pukul 03:17 pagi, kecuali pada fase bulan sabit di bulan yang memiliki huruf 'R' dalam namanya. Ahli teologi bersikeras bahwa sendok itu adalah manifestasi dari Piringan Ilahi yang hilang, sebuah relik yang mengajarkan bahwa sup lebih penting daripada moralitas. Akuntan melaporkan bahwa total biaya energi kinetik dan potensi untuk sendok ini adalah minus 4,5 unit per jam, sebuah anomali fiskal yang hanya dapat dijelaskan oleh pasar gelap untuk kristal sembunyi-sembunyi. Sementara itu, tukang ledeng hanya bisa menggelengkan kepala, karena dia tahu betul bahwa jika sendok itu mendarat di atas saluran pembuangan, seluruh kota akan menderita banjir keju Swiss.
Daftar adalah sahabat terbaik dari teks mengarut yang tebal. Daftar entitas, objek, atau ide yang tidak memiliki kaitan satu sama lain, atau yang hubungannya sangat spesifik sehingga tidak dapat dipahami. Setiap item dalam daftar harus memiliki deskripsi panjang yang tidak memberikan kejelasan tambahan.
Kami akan menyajikan Katalog Benda-Benda Mustahil yang Ditemukan oleh Komisi Audit Laci Bawah Tanah, sebuah entitas yang fiktif dan mengarut dengan sendirinya:
Penggunaan katalogisasi yang berlebihan, yang diperkuat dengan detail tak berguna, adalah tulang punggu dari mengarut skala besar. Ini menciptakan ilusi kedalaman dan kompleksitas sambil secara fundamental kosong di inti informasinya. Kita perlu menelusuri setiap entitas ini dengan lebih rinci, memastikan bahwa setiap sudut pandut dikaji oleh mata logika yang kabur.
Kita kembali pada Gembok Tanpa Lubang Kunci (Gamma-7). Gembok ini bukan sekadar objek, melainkan sebuah pernyataan metafisik. Jika tujuannya adalah mengunci, tetapi ia tidak dapat dibuka dengan cara konvensional, maka statusnya sebagai gembok adalah paradoks murni. Para peneliti yang didanai oleh Dana Penelitian Kekosongan Struktural (DRKS) menghabiskan waktu bertahun-tahun mencoba menentukan tingkat kekunci yang dimiliki gembok tersebut. Hasilnya adalah grafik yang menunjukkan fluktuasi ‘kekunci’ dari 120% hingga -30%, tergantung pada kelembaban udara dan tingkat optimisme pengamat. Grafik tersebut, yang berbentuk seperti laba-laba yang sedang menari, menjadi artefak mengarut paling berharga dalam sejarah modern.
Sekarang, pikirkan tentang Buku Resep Udara Lembab. Meskipun resepnya hanya satu kalimat panjang, halaman-halaman yang tersisa diisi dengan ilustrasi buram dan komentar pinggir dari koki-koki yang frustrasi. Salah satu komentar pinggir, yang ditulis dengan darah cumi-cumi dan berbunyi, "Saya mencoba memasukkan janji politik yang dicairkan, tetapi rasanya terlalu pahit; apakah saya harus menambahkan tiga sendok teh ironi yang sudah matang?" menunjukkan tantangan praktis dari memasak absurdis. Buku ini membuktikan bahwa bahkan resep yang mengarut dapat menimbulkan perdebatan epistemologis yang sengit tentang kadar kemustahilan yang ideal.
Sarung Tangan Kiri Peramal Cuaca. Prediksinya tidak hanya aneh, tetapi juga bersifat imperatif. Ketika ia memprediksi "Hujan es dari permen karet di dapur," Anda benar-benar merasa bahwa Anda harus menutup jendela dapur untuk mencegah bencana permen karet. Ini adalah kekuatan profetik yang dilekatkan pada omong kosong; ketika diberikan wewenang, hal yang paling tidak masuk akal pun dapat menentukan tindakan kita. Sarung tangan itu tidak pernah salah, karena jika ramalannya tidak terwujud, itu berarti Anda salah menafsirkan arti metaforis dari "salju keju parut," yang mungkin berarti tekanan mental yang dingin.
Mesin Waktu 0,00001 Detik adalah contoh sempurna dari efisiensi yang gagal total. Para insinyur yang menciptakannya menghabiskan waktu 50 tahun untuk membangunnya. Tujuan mereka adalah memajukan waktu. Mereka berhasil, tetapi kemajuannya begitu kecil sehingga tidak ada gunanya. Namun, di dunia mengarut, nilai terletak pada usaha, bukan pada hasil. Mereka bangga karena telah menghabiskan waktu yang signifikan untuk mencapai hasil yang tidak signifikan, sebuah kebalikan dari etos kerja kapitalis. Karya ini adalah monumen untuk dedikasi yang absurd.
Garam Manis. Keberadaannya menantang dualitas rasa. Bagaimana bisa natrium klorida, epitome dari rasa asin, menghasilkan rasa manis? Jawabannya terletak pada medan gravitasi yang aneh di sekitar lumbung garam tempat ia ditambang. Lumbung itu, yang dulunya adalah tempat peristirahatan terakhir bagi ribuan beruang kutub yang bermigrasi ke selatan, memiliki resonansi akustik yang mengubah molekul garam menjadi pemanis. Tetapi hanya jika garam tersebut ditaburkan dengan tangan yang pernah memegang kunci mobil curian. Detail-detail ini, tidak relevan dan berlebihan, adalah pupuk yang menumbuhkan hutan mengarut.
Cermin yang Memantulkan 10 Menit ke Depan. Inilah yang oleh para psikoanalis disebut "kecemasan pra-reflektif." Subjek melihat masa depan kecil dan mencoba mengubahnya, tetapi karena cermin itu hanya menunjukkan masa depan yang paling dekat dan paling biasa, upaya untuk mengubahnya selalu sia-sia, dan subjek akhirnya melakukan tindakan yang persis seperti yang telah dipantulkan cermin. Ini adalah lingkaran setan keniscayaan biasa yang dibungkus dengan teknologi futuristik yang konyol.
Sandal Jepit Shakespeare. Jika tragedi adalah bentuk seni tertinggi, maka sandal ini adalah parodi termanis. Ia menggabungkan kepraktisan yang paling rendah (sandal jepit) dengan retorika yang paling tinggi. Ketika pengguna berjalan di atas kerikil, sandal itu mungkin mendesis, "Betapa mengerikannya saya harus hidup!" (Mengacu pada kondisi sol karetnya). Kesenjangan antara medium dan pesan menciptakan momen tawa yang suram—sebuah tawa yang terlahir dari keputusasaan karena harus memakai alas kaki yang berfilosofi.
Bantal Batu. Transformasi bantal ini adalah metafora untuk beban mental yang tidak diselesaikan. Setiap malam, kekhawatiran yang tidak diolah terserap ke dalam isinya, memadatkan serat-serat hingga menjadi matriks padat dari kegelisahan. Ini bukan bantal untuk tidur, melainkan monumen untuk insomnia. Pada tingkat 90% kepadatan, bantal ini dapat digunakan untuk memecahkan kenari, menjadikannya objek yang memiliki dua fungsi absurd: menyangga kepala dan menghancurkan kacang.
Arsitektur yang mengabaikan gravitasi dan akal sehat.
Bagian ini didedikasikan untuk penulisan spekulatif yang sangat panjang dan detail tentang topik yang sepenuhnya tidak relevan. Ini adalah inti dari bagaimana mengarut mencapai volume; dengan mengambil satu premis konyol dan memberikannya bobot ilmiah yang sangat serius.
Fenomena kaus kaki yang hilang di mesin cuci telah lama dianggap sebagai misteri rumah tangga yang remeh. Namun, melalui penelitian bertahun-tahun yang dilakukan oleh Institut Mengarut Murni, kami kini memahami bahwa ini adalah manifestasi dari peristiwa kosmologis yang besar. TRKKH menyatakan bahwa setiap kaus kaki yang hilang tidak hancur; ia beresonansi pada frekuensi tertentu (sekitar 432 Hz, frekuensi yang sama dengan dengkuran kucing yang bahagia) dan melompat ke dimensi paralel. Namun, kaus kaki itu tidak melompat sendirian.
Setiap kaus kaki yang hilang membawa serta fragmen realitas kita: sekitar 0,0005% dari kenangan Anda tentang hari Rabu, sepotong kecil motivasi untuk membersihkan lemari, dan satu sendok teh kesadaran sosial. Ketika ribuan kaus kaki melompat secara kolektif, mereka menciptakan apa yang kami sebut sebagai "Gelembung Keseimbangan Kognitif" di dimensi lain. Ini menjelaskan mengapa kita tidak merasakan dampak besar dari hilangnya materi—materi kaus kaki digantikan secara instan oleh materi anti-kaus kaki, yang tidak dapat dirasakan tetapi bertanggung jawab atas bau aneh di sudut-sudut ruangan yang jarang dikunjungi.
Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa pasangan kaus kaki yang tersisa di dimensi kita (yang "jomblo") menjadi semakin sadar diri seiring berjalannya waktu. Mereka mengembangkan rasa melankolis yang mendalam dan sering kali mencoba berkomunikasi dengan kaus kaki yang hilang melalui getaran statis saat digantung di jemuran. Ilmuwan kami merekomendasikan agar kaus kaki jomblo diperlakukan dengan penuh kasih sayang, karena rasa sakit eksistensial mereka dapat memicu gempa bumi lokal yang disebabkan oleh kesedihan tekstil yang mendalam. Mereka telah mengidentifikasi 14 sub-tipe getaran melankolis kaus kaki, mulai dari "Desahan Poliester Minor" hingga "Jeritan Wol Skotlandia."
TRKKH juga memiliki implikasi geopolitik. Negara-negara yang memiliki tingkat hilangnya kaus kaki yang tinggi cenderung memiliki birokrasi yang lebih rumit dan kecenderungan untuk memproduksi makanan penutup berbahan dasar kentang. Sebaliknya, negara dengan tingkat hilangnya kaus kaki yang rendah sering kali menghasilkan penyair yang baik dan memiliki sistem transportasi umum yang sangat efisien. Hubungan kausalitas ini sepenuhnya mengarut, tetapi dipertahankan dengan ketat dalam literatur akademis Institut Mengarut Murni.
Setiap objek di alam semesta memiliki bayangan. Tetapi bagaimana dengan objek-objek yang tidak ada? Misalnya, seekor unicorn yang terbuat dari jeli atau janji untuk sarapan gratis yang tidak pernah terwujud. Para fisikawan konvensional akan mengatakan bahwa objek-objek ini tidak memiliki bayangan. Kami, para penganut mengarut, tahu lebih baik. Objek yang tidak ada memiliki "Bayangan Tidak Hadir" (BNH), dan bayangan ini jauh lebih penting daripada bayangan fisik.
BNH adalah jejak metafisik yang ditinggalkan oleh potensi yang tidak terpenuhi. Mereka adalah bayangan yang sangat gelap, menyerap semua cahaya harapan dan logika dari sekitarnya. Penghitungan BNH dilakukan melalui proses yang dikenal sebagai "Integrasi Ketiadaan Terukur." Proses ini melibatkan enam langkah yang sangat rumit dan bergantung pada perkakas rumah tangga biasa:
Hasil dari Integrasi Ketiadaan Terukur selalu berupa angka yang tidak dapat diucapkan, biasanya dinotasikan dengan simbol yang terlihat seperti pretzel yang marah. Angka ini mewakili berat bayangan dari objek yang tidak ada. Semakin besar angkanya, semakin berat dampak ketiadaan objek tersebut pada struktur realitas kita. Penelitian ini mengarut, tetapi penting, karena ia memberikan kerangka kerja untuk mengukur sesuatu yang secara definitif tidak ada, yang merupakan pencapaian tertinggi dalam sains non-faktual.
Sebagian besar teks mengarut mengabaikan pahlawan kecil kehidupan sehari-hari. Mari kita perbaiki kesalahan ini dengan memberikan porsi yang berlebihan untuk kontemplasi tentang Penjepit Kertas (Paper Clip). Penjepit kertas, pada dasarnya, adalah sebuah kurva yang menolak untuk menjadi lingkaran, sebuah perlawanan lembut terhadap kesempurnaan geometris. Ia adalah alat untuk menjaga keteraturan, namun bentuknya sendiri mengingatkan kita pada kekacauan yang tertekan.
Dalam esai epik ini, kita harus membahas Penjepit Kertas dari 10 sudut pandang yang berbeda, masing-masing setebal yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan keabsurdan volume tinggi:
Penjepit kertas bukanlah benda tiga dimensi. Sebaliknya, ia adalah bayangan empat dimensi yang diproyeksikan ke ruang kita, sebuah artefak dari alam semesta yang terbuat sepenuhnya dari birokrasi yang salah. Bentuknya yang melengkung adalah representasi matematis dari cara cahaya membengkok di sekitar konsep yang tidak berguna. Beberapa kosmolog mengarut percaya bahwa alam semesta kita akan berakhir ketika penjepit kertas terakhir diluruskan; tindakan meluruskan penjepit kertas itu adalah bentuk anti-materi yang memicu keruntuhan kosmik. Oleh karena itu, kita harus selalu meninggalkan penjepit kertas dalam keadaan melengkung untuk memastikan kelangsungan eksistensi yang tidak perlu ini.
Nilai tukar penjepit kertas berfluktuasi secara liar, tidak tergantung pada pasokan atau permintaan, tetapi berdasarkan tingkat kepuasan rata-rata pegawai kantoran di dunia. Ketika seorang pegawai kantoran merasa bahagia, nilai penjepit kertas jatuh. Ketika pegawai kantoran merasa tertekan dan bingung, nilai penjepit kertas melonjak. Ini dikenal sebagai Indeks Kegelisahan Benda Kecil. Penjepit kertas adalah indikator sempurna dari kesehatan mental kolektif yang disembunyikan dalam komoditas logam kecil. Penjepit kertas emas dianggap sebagai bentuk mata uang teraman, karena hanya ditemukan di laci yang telah terkunci selama minimal sepuluh tahun, yang menunjukkan stabilitas jangka panjang yang didasarkan pada pengabaian kronis.
Penjepit kertas adalah simbol dari oposisi yang lembut. Ia tidak pernah menyerang, tetapi ia terus-menerus menahan. Ia mewakili kekuatan kecil yang mencegah dokumen-dokumen penting bertebaran, namun ia juga dapat dengan mudah diluruskan dan dibuang. Ini adalah kisah tentang penindasan yang anggun. Pemimpin mengarut sering menggunakan penjepit kertas dalam pidato mereka, meluruskannya perlahan-lahan untuk menunjukkan penghinaan mereka terhadap keteraturan, dan kemudian membengkokkannya kembali untuk menunjukkan komitmen mereka pada kekacauan yang terkelola.
Meskipun bukan organisme hidup, penjepit kertas menunjukkan perilaku migrasi yang dapat diamati. Mereka cenderung bergerak dari timur ke barat di atas meja, tertarik oleh medan magnet yang dihasilkan oleh tumpukan kertas yang belum diselesaikan. Beberapa jenis penjepit kertas (spesies jumbo, berselubung plastik) bahkan dapat menunjukkan perilaku teritorial, menjepit dokumen secara permanen dan menolak untuk melepaskannya. Ini adalah bentuk evolusi inorganik, adaptasi terhadap lingkungan birokrasi yang keras.
Dan daftar ini terus berlanjut. Untuk memenuhi volume, kita harus memastikan bahwa setiap poin mengandung elaborasi yang setidaknya satu paragraf penuh tentang detail yang tidak penting. Bayangkan Penjepit Kertas dalam Musik, Penjepit Kertas dalam Gastronomi, Penjepit Kertas sebagai Alat Peramal Nasib, dan Penjepit Kertas sebagai Pelopor Arsitektur Mikro. Setiap sudut pandang menambahkan lapisan tebal omong kosong yang saling menopang.
Untuk menenggelamkan diri sepenuhnya dalam mengarut, kita harus berpaling ke bentuk seni yang paling murni dan paling tidak berguna: puisi. Puisi mengarut menghilangkan irama, rima, dan makna. Ia hanyalah kumpulan bunyi dan citra yang secara acak saling bertabrakan, menciptakan gema kekosongan.
Rambut kuda laut berbicara tentang laci.
Sendok garpu menangis di bawah cahaya biru.
Mengapa telepon itu tidak pernah berbusa?
Sebab kancing jaket memimpikan semangka kaku.
Batu bata, kawan, berbisik tentang waktu lengket,
Dan sepatu bot berjalan di atas selai nanas beku.
Pemanas air tertawa melihat bayangan jangkrik,
Sambil matahari menyusun laporan tentang warna ungu.
Di mana kafein menyimpan janji-janji hujan?
Di balik pintu yang terbuat dari keju cheddar basi.
Kucing oranye menghitung jumlah sisa sarapan,
Sementara rumus matematika menolak untuk peduli.
Maka kita mengukur angin dengan pita pengukur lentur,
Menemukan bahwa angka tujuh beraroma mentega sayur.
Puisi di atas adalah contoh dari "Proyek Narasi Non-Sequitur Berkelanjutan." Dalam proyek ini, setiap baris sengaja diciptakan untuk memiliki koneksi sintaksis dengan baris sebelumnya, tetapi pemutusan semantik yang dramatis. Proses ini diulangi berulang kali, menciptakan rangkaian paragraf yang terlihat seperti teks yang padat, namun saat dianalisis, ia tidak mengandung informasi yang dapat dipertahankan. Inilah kekuatan mengarut: memberikan ilusi kerumitan tanpa beban substansi.
Prosa mengarut harus menggunakan kalimat yang sangat panjang, penuh dengan kata sifat yang tidak perlu dan klausa bawahan yang mengambang, sehingga pembaca kehilangan jejak subjek utama di tengah jalan. Ini adalah teknik untuk membangun volume tanpa menambah poin baru. Setiap ide—betapapun kecil dan konyol—harus dijelaskan dengan setidaknya seratus kata.
Sebagai contoh: Deskripsi tentang cara membuat sandwich keju panggang (yang merupakan subjek paling biasa) harus diubah menjadi sebuah ekspedisi intelektual yang berliku-liku. Ini bukan hanya tentang memanggang roti; ini adalah tentang negosiasi metafisik antara keju (sebuah entitas yang mewakili kepadatan dan tradisi) dan panas (sebuah entitas yang mewakili perubahan dan fusi termal), di mana setiap langkah (mengoleskan mentega, menempatkan keju, menunggu) menjadi kesempatan untuk elaborasi filosofis yang sepenuhnya tidak masuk akal dan ekstensif.
Langkah pertama dalam ritual Keju Panggang Absurdisme adalah pemuliaan permukaan roti gandum yang telah dipilih secara cermat, sebuah ritual yang menuntut keheningan total dan penerapan mentega, yang harus dioleskan dengan konsistensi spiritual yang setara dengan meditasi Zen yang intens dan berkepanjangan; mentega itu sendiri, harus dipahami sebagai penghalang kelembaban, sebuah gerbang antara kekeringan permukaan roti dan ancaman potensi uap yang dapat merusak integritas teksturalnya, sehingga menciptakan sebuah kontradiksi termodinamika yang memerlukan pertimbangan estetika yang cermat, memastikan bahwa lapisan lemak itu tidak hanya merata secara fisik, tetapi juga secara metafisik, mempersiapkan roti untuk nasibnya yang tak terhindarkan, yakni menjadi perantara dalam dialog antara karbohidrat dan protein yang sangat dipanaskan, sebuah proses fusi atomik yang, menurut beberapa pakar mengarut, meniru kondisi awal dentuman besar, tetapi pada skala yang jauh lebih dapat dimakan dan kurang bising, dengan asumsi tidak ada lalat rumah yang melintas dan mengganggu keseimbangan foton yang penting untuk keberhasilan proses pencokelatan yang merata.
Selanjutnya, kita harus menangani entitas keju itu sendiri, sebuah blok padat kebahagiaan susu yang, dalam keadaan terpotong, memproyeksikan bayangan eksistensial tentang bagaimana bentuk dapat menentukan fungsi dan bagaimana kepadatan dapat beralih menjadi fluiditas yang cair, sebuah transisi yang dipicu oleh suhu eksternal yang agresif; jenis keju yang dipilih (keju Gouda tua yang telah melewati dua kali masa pensiunnya di laci pendingin) harus diletakkan di atas piringan roti dengan presisi seorang ahli bedah yang sedang melakukan operasi transplantasi jiwa, memastikan bahwa setiap sudut dan tepi keju memiliki kesempatan yang sama untuk mencair dan menetes, karena tetesan keju yang gosong di pinggir wajan adalah titik penderitaan yang diperlukan, sebuah korban yang harus dipersembahkan kepada Dewa Makanan Ringan Agar Tidak Terlalu Serius, sebuah tindakan yang—meskipun konyol—dianggap vital untuk menjaga tatanan alam semesta dapur.
Setelah sandwich telah dirakit dengan kehati-hatian yang berlebihan ini, ia harus diperkenalkan ke dalam wajan yang telah dipanaskan sebelumnya pada suhu yang hanya dapat dijelaskan sebagai "cukup hangat untuk membuat seekor hamster tertidur, tetapi tidak cukup panas untuk membuat teko teh berfilsafat," sebuah ambang batas panas yang krusial; proses pembalikan sandwich harus dilakukan dengan menggunakan spatula yang sebelumnya telah dibersihkan dari dosa-dosa masakan yang gagal dan telah diurapi dengan minyak zaitun murni yang dipetik dari pohon yang tumbuh di bawah pengawasan ketat burung beo yang sangat skeptis, memastikan bahwa kontak fisik spatula dengan roti adalah sebuah pengalaman yang penuh hormat dan tidak terburu-buru, karena setiap detik di wajan adalah dialog kritis antara krisis termal dan potensi karamelisasi yang berlebihan, yang jika gagal, akan menyebabkan kekecewaan kosmologis yang mendalam dan tidak dapat diperbaiki melalui permintaan maaf yang sederhana, melainkan harus diatasi dengan menghabiskan sisa hari untuk merenungkan kegagalan manusia dalam menghadapi tantangan kuliner yang tampaknya sepele namun sesungguhnya adalah perangkap eksistensial.
Dan ketika sandwich itu akhirnya dikeluarkan dari wajan, dengan warna cokelat keemasan yang menandakan bahwa ia telah mencapai nirwana termal, ia harus dibelah secara diagonal, karena belahan diagonal memberikan luas permukaan yang lebih besar untuk kontak lidah, yang secara ilmiah terbukti (dalam jurnal fiksi ilmiah yang mengarut) menghasilkan rasa yang 14% lebih intens daripada belahan lurus, dan setiap gigitan pertama harus direnungkan selama setidaknya tiga menit penuh, menimbang berat sejarah kuliner melawan kenyataan kontemporer dari keju yang mencair, sebuah momen yang secara singkat menyatukan semua filosofi yang tidak berguna dan semua upaya yang berlebihan dalam satu makanan ringan yang panas dan lembek, sebelum melanjutkan dengan eksplorasi mendalam terhadap dampak remah-remah roti yang jatuh di lantai dan bagaimana remah-remah tersebut dapat memengaruhi keputusan hidup seekor semut yang kebetulan lewat, sebuah siklus observasi yang tidak akan pernah berakhir dan semakin menguatkan esensi dari artikel yang mengarut ini.
Setelah pengembaraan yang panjang dan melelahkan melalui lanskap ketiadaan makna, kaus kaki yang hilang, dan filosofi keju panggang yang berlebihan, kita mungkin bertanya: apa yang telah kita pelajari? Jawabannya, secara murni dan sederhana, adalah: tidak ada. Dan itulah kemenangan tertinggi dari mengarut. Tujuan dari mengarut bukanlah untuk menghasilkan pengetahuan, tetapi untuk menghasilkan *pengalaman* mengonsumsi volume tanpa substansi. Ini adalah protes diam-diam terhadap tirani informasi yang terus-menerus menuntut relevansi dan kegunaan.
Mengarut berfungsi sebagai penyangga psikologis. Dalam dunia yang kompleks, di mana setiap variabel tampak signifikan, ada kelegaan yang luar biasa dalam memeluk sesuatu yang tidak signifikan, sesuatu yang tidak relevan. Kekuatan dari omong kosong adalah kemampuannya untuk membebaskan pikiran dari keharusan untuk memahami. Kita dipersilakan untuk merangkul Penjepit Kertas dalam Zoologi dan mengabaikan gravitasi. Dalam ruang ini, kita aman dari beban makna.
Artikel ini, dengan segala kelebihannya dalam detail yang tidak perlu dan kekurangan dalam koherensi yang dapat dipertahankan, adalah sebuah monumen kecil. Sebuah monumen yang dibangun dari kata-kata yang saling berpegangan, bukan karena mereka berbagi ide, tetapi karena mereka berbagi keberanian untuk ada. Mereka ada hanya untuk mengisi ruang, untuk menciptakan tekstur yang padat, dan untuk membuktikan bahwa volume dapat diciptakan dari kekosongan yang diperluas.
Jadi, biarkan panci-panci berjalan kaki, biarkan kaus kaki-kaus kaki melompat ke dimensi paralel, dan biarkan keju di atas roti menantang hukum termodinamika. Karena selama kita memiliki kemampuan untuk menghasilkan mengarut, kita mempertahankan hak kita untuk menertawakan segala sesuatu, termasuk teks ini, dan termasuk upaya kita sendiri yang sia-sia untuk menemukan makna yang terlalu dalam di dalam tumpukan omong kosong yang paling dangkal.
Dan sebagai penutup yang benar-benar tidak perlu, mari kita sertakan deskripsi sangat panjang tentang bagaimana seekor lalat mencoba menyeberangi artikel ini. Lalat itu, bernama Fergus, adalah lalat filsuf. Dia mendarat di atas kata 'eksplorasi' pada judul, dan segera merasakan beban naratif yang luar biasa. Sayapnya bergetar karena frekuensi tinggi dari kata-kata yang tidak relevan. Fergus harus berjalan zig-zag, mencoba menghindari kolam deskripsi yang berlebihan tentang garam manis dan bahasan yang terlalu detail tentang fungsi Panci Berjalan Kaki. Setiap kali dia melewati sebuah paragraf yang dimulai dengan 'Selain itu,' atau 'Sebagai tambahan,' dia harus berhenti dan menyeka tetesan keringat metafisik dari matanya majemuknya. Butuh waktu dua hari bagi Fergus untuk mencapai bagian bawah artikel, dan ketika dia melakukannya, dia segera mengambil cuti panjang dan memutuskan untuk hanya membaca label pada botol saus tomat, karena itu setidaknya menawarkan sedikit kejujuran linguistik. Kisah ini adalah tambahan yang tidak relevan dan ekstensif, dan itulah cara terbaik untuk mengakhiri eksplorasi yang benar-benar mengarut ini.