Panduan Lengkap Niat Sholat Witir 1 Rakaat
Sholat Witir memegang posisi istimewa dalam khazanah ibadah seorang muslim. Ia adalah penutup, penyempurna, dan mahkota bagi ibadah malam. Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkannya, baik saat sedang mukim maupun dalam perjalanan. Keistimewaan sholat ini terletak pada jumlah rakaatnya yang ganjil (witir), melambangkan keesaan Allah SWT yang juga witir (ganjil) dan mencintai yang ganjil. Fleksibilitas dalam pelaksanaannya, mulai dari satu hingga sebelas rakaat, menunjukkan betapa Islam adalah agama yang memudahkan. Di antara berbagai pilihan tersebut, pelaksanaan sholat Witir sebanyak satu rakaat menjadi opsi yang paling ringkas namun sarat makna. Artikel ini akan mengupas tuntas segala aspek yang berkaitan dengan niat sholat witir 1 rakaat, mulai dari pemahaman mendalam tentang maknanya, lafadz niat yang tepat untuk berbagai kondisi, hingga tata cara pelaksanaan yang rinci dan doa-doa yang menyertainya.
Memahami Makna dan Kedudukan Sholat Witir
Sebelum menyelami inti pembahasan mengenai niat, sangat penting untuk membangun fondasi pemahaman yang kokoh tentang apa itu sholat Witir. Memahami hakikat, hukum, dan keutamaannya akan menumbuhkan kekhusyukan dan kesadaran saat melaksanakannya, mengubahnya dari sekadar rutinitas menjadi sebuah perjumpaan spiritual yang dinantikan.
Definisi dan Hukum Sholat Witir
Secara etimologi, kata "Al-Witr" (الوِتْرُ) dalam bahasa Arab berarti ganjil atau tunggal. Inilah esensi utama dari sholat ini, yaitu dilaksanakan dalam jumlah rakaat yang tidak genap. Secara terminologi syariat, sholat Witir adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam hari, antara setelah sholat Isya hingga terbit fajar, dengan jumlah rakaat ganjil sebagai penutup sholat-sholat malam lainnya.
Mengenai hukum pelaksanaannya, mayoritas ulama (jumhur) dari mazhab Maliki, Syafi'i, dan Hanbali berpendapat bahwa hukum sholat Witir adalah Sunnah Mu'akkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir mendekati wajib. Pendapat ini didasarkan pada banyak hadis, di antaranya adalah sabda Rasulullah ﷺ:
إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ فَأَوْتِرُوا يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ
"Sesungguhnya Allah itu ganjil (esa) dan menyukai yang ganjil, maka lakukanlah sholat Witir wahai Ahli Al-Qur'an." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Anjuran yang kuat dalam hadis ini menjadi landasan utama statusnya sebagai sunnah yang sangat ditekankan. Di sisi lain, ulama dari mazhab Hanafi memiliki pandangan yang sedikit berbeda. Mereka berpendapat bahwa hukum sholat Witir adalah wajib, namun tingkatannya berada di bawah fardhu. Argumentasi mereka bersandar pada sifat perintah yang tegas dalam hadis di atas dan hadis lain yang menyatakan, "Witir adalah hak, barangsiapa yang tidak berwitir, maka ia bukan dari golonganku." Meskipun hadis ini dinilai lemah oleh sebagian ahli hadis, ia menjadi salah satu pijakan bagi mazhab Hanafi dalam menetapkan kewajibannya. Terlepas dari perbedaan pendapat ini, semua mazhab sepakat akan pentingnya sholat Witir dan sangat tercela bagi seorang muslim untuk meninggalkannya dengan sengaja tanpa uzur.
Keutamaan Sholat Witir yang Luar Biasa
Keutamaan yang terkandung dalam sholat Witir begitu besar, sehingga Rasulullah ﷺ menggambarkannya dengan perumpamaan yang sangat bernilai. Beliau bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَمَدَّكُمْ بِصَلاَةٍ وَهِىَ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ وَهِىَ الْوِتْرُ فَجَعَلَهَا لَكُمْ فِيمَا بَيْنَ الْعِشَاءِ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ
"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla telah membekali kalian dengan satu sholat yang ia lebih baik bagi kalian daripada unta merah, yaitu sholat Witir. Allah menjadikannya untuk kalian di antara sholat Isya hingga terbit fajar." (HR. Abu Dawud)
Unta merah pada zaman itu adalah harta yang paling berharga dan menjadi simbol kekayaan tertinggi. Ketika Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa sholat Witir lebih baik dari unta merah, ini adalah penegasan betapa agungnya nilai ibadah ini di sisi Allah SWT, jauh melampaui nilai materi duniawi sebesar apa pun. Sholat Witir menjadi penanda keimanan dan ketaatan seorang hamba yang rela mengorbankan waktu istirahatnya di malam hari untuk bermunajat kepada Sang Pencipta. Ia menjadi penyempurna catatan amal sholat harian, menambal kekurangan yang mungkin terjadi pada sholat-sholat fardhu.
Fokus Utama: Niat Sholat Witir 1 Rakaat
Inilah jantung dari setiap ibadah. Niat adalah ruh yang menghidupkan gerakan dan bacaan sholat, membedakannya dari sekadar senam atau aktivitas fisik biasa. Tanpa niat yang benar, sebuah amal ibadah bisa kehilangan nilainya di hadapan Allah SWT.
Pentingnya Niat dalam Ibadah
Fondasi utama dari seluruh amal adalah niat, sebagaimana ditegaskan dalam hadis yang sangat populer yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam konteks sholat Witir 1 rakaat, niat memiliki beberapa fungsi krusial:
- Membedakan Ibadah: Niat membedakan sholat Witir dari sholat sunnah lainnya yang mungkin dikerjakan pada malam hari, seperti sholat Tahajjud, sholat Hajat, atau sholat sunnah rawatib ba'diyah Isya.
- Menentukan Spesifikasi Ibadah: Niat menetapkan secara spesifik bahwa yang akan dikerjakan adalah sholat Witir, dengan jumlah satu rakaat.
- Menegaskan Tujuan: Niat mengarahkan tujuan akhir dari ibadah ini, yaitu semata-mata karena mengharap ridha Allah Ta'ala (lillāhi ta'ālā), bukan karena riya' atau tujuan duniawi lainnya.
Para ulama sepakat bahwa tempat niat adalah di dalam hati (mahālluhā al-qalb). Niat terjadi bersamaan dengan takbiratul ihram, yaitu saat mengangkat tangan dan mengucapkan "Allahu Akbar" untuk memulai sholat. Adapun melafalkan niat dengan lisan, hukumnya diperselisihkan. Mayoritas ulama Syafi'iyah menganggapnya sunnah, dengan tujuan untuk membantu lisan menguatkan apa yang telah terbersit di dalam hati, sehingga konsentrasi menjadi lebih penuh. Namun, yang menjadi rukun dan wajib adalah niat yang ada di dalam hati.
Lafadz Niat Sholat Witir 1 Rakaat (Sendiri / Munfarid)
Bagi Anda yang melaksanakan sholat Witir satu rakaat secara sendirian di rumah atau di mana pun, berikut adalah lafadz niat yang dapat diucapkan untuk membantu memantapkan hati:
Ushalli sunnatal witri rak'atan mustaqbilal qiblati lillāhi ta'ālā.
"Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala."
Rincian Makna Lafadz:
- أُصَلِّى (Ushalli): "Aku sholat". Ini adalah pernyataan perbuatan yang akan dimulai.
- سُنَّةَ الْوِتْرِ (Sunnatal Witri): "Sunnah Witir". Ini menegaskan jenis sholat yang dikerjakan, yaitu sholat sunnah Witir.
- رَكْعَةً (Rak'atan): "Satu rakaat". Ini secara spesifik menyebutkan jumlah rakaat yang akan dilakukan, membedakannya dari Witir tiga rakaat atau lebih.
- مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ (Mustaqbilal Qiblati): "Menghadap kiblat". Ini merupakan salah satu syarat sah sholat.
- لِلّٰهِ تَعَالَى (Lillāhi Ta'ālā): "Karena Allah Ta'ala". Ini adalah puncak dari niat, yaitu ikhlas, menyerahkan seluruh amal ibadah hanya untuk Allah semata.
Lafadz Niat Sholat Witir 1 Rakaat (Sebagai Makmum)
Ketika Anda melaksanakan sholat Witir satu rakaat secara berjamaah, misalnya setelah sholat Tarawih di bulan Ramadhan, dan Anda berposisi sebagai makmum, maka niatnya perlu disesuaikan dengan menambahkan kata "makmuman".
Ushalli sunnatal witri rak'atan mustaqbilal qiblati ma'mūman lillāhi ta'ālā.
"Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."
Perbedaan utamanya terletak pada kata مَأْمُوْمًا (ma'mūman) yang berarti "sebagai seorang makmum". Menambahkan kata ini dalam niat menegaskan status kita dalam sholat berjamaah tersebut, yaitu sebagai pengikut imam.
Lafadz Niat Sholat Witir 1 Rakaat (Sebagai Imam)
Sebaliknya, jika Anda diberikan amanah untuk memimpin sholat Witir satu rakaat, maka niat yang dihadirkan dalam hati dan dilafalkan adalah sebagai berikut, dengan menambahkan kata "imaman".
Ushalli sunnatal witri rak'atan mustaqbilal qiblati imāman lillāhi ta'ālā.
"Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta'ala."
Kata kunci perubahannya adalah إِمَامًا (imāman) yang berarti "sebagai seorang imam". Niat ini penting bagi seorang imam untuk menyadari tanggung jawabnya dalam memimpin jamaah.
Tata Cara Pelaksanaan Sholat Witir 1 Rakaat
Pelaksanaan sholat Witir satu rakaat sangatlah sederhana dan mengikuti rukun-rukun sholat pada umumnya. Kunci utama dalam pelaksanaannya adalah tuma'ninah, yaitu ketenangan dan tidak tergesa-gesa dalam setiap gerakan dan bacaan. Berikut adalah panduan langkah demi langkah yang terperinci:
-
Berdiri Tegak Menghadap Kiblat
Mulailah dengan posisi tubuh yang sempurna, berdiri tegak menghadap kiblat. Luruskan shaf jika sholat berjamaah. Kosongkan pikiran dari urusan duniawi dan fokuskan hati sepenuhnya kepada Allah SWT. -
Takbiratul Ihram dan Niat
Angkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau telinga seraya mengucapkan takbir pembuka: "Allahu Akbar". Bersamaan dengan ucapan takbir ini, hadirkan niat di dalam hati sesuai dengan kondisi Anda (sendiri, makmum, atau imam) seperti yang telah dijelaskan di atas. Inilah momen di mana ibadah sholat secara resmi dimulai. -
Membaca Doa Iftitah
Setelah takbiratul ihram dan bersedekap, disunnahkan untuk membaca doa iftitah. Ada beberapa versi doa iftitah yang diajarkan Rasulullah ﷺ. Salah satu yang paling umum adalah:اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا. إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.Bacaan ini dibaca secara lirih (sirr). -
Membaca Surat Al-Fatihah
Setelah doa iftitah, bacalah ta'awudz ("A'ūdzubillāhi minasy-syaithānir-rajīm") dan dilanjutkan dengan membaca Surat Al-Fatihah. Membaca Al-Fatihah adalah rukun sholat yang tidak boleh ditinggalkan. Bacalah dengan tartil, jelas makhraj hurufnya, dan resapi setiap ayatnya. -
Membaca Surat Pendek
Setelah selesai membaca Al-Fatihah dan mengucapkan "Aamiin", disunnahkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Dalam sholat Witir satu rakaat, sangat dianjurkan untuk membaca tiga surat sekaligus: Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq, dan Surat An-Nas. Praktik ini didasarkan pada riwayat dari Aisyah radhiyallahu 'anha. Namun, jika hanya membaca satu surat saja (misalnya Al-Ikhlas) juga sudah sah dan mencukupi. -
Rukuk dengan Tuma'ninah
Angkat kembali kedua tangan seraya mengucapkan takbir "Allahu Akbar", lalu turun untuk rukuk. Posisikan punggung lurus sejajar dengan kepala, letakkan kedua telapak tangan di lutut, dan pandangan mata ke arah tempat sujud. Dalam posisi ini, bacalah tasbih rukuk, misalnya: "Subḥāna rabbiyal-'aẓīm" (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung) sebanyak tiga kali atau lebih dalam hitungan ganjil. Jagalah ketenangan (tuma'ninah) selama beberapa saat dalam posisi rukuk. -
I'tidal dengan Tuma'ninah
Bangkit dari rukuk seraya mengangkat kedua tangan dan membaca: "Sami'allāhu liman ḥamidah" (Allah Maha Mendengar pujian orang yang memuji-Nya). Setelah berdiri tegak lurus, lanjutkan dengan membaca: "Rabbanā wa lakal-ḥamd" (Wahai Tuhan kami, dan bagi-Mu segala puji). Berdiamlah sejenak dalam posisi ini dengan tuma'ninah sebelum bergerak ke sujud. -
Sujud Pertama
Turun untuk sujud seraya mengucapkan "Allahu Akbar". Pastikan tujuh anggota sujud menempel di lantai, yaitu dahi (bersama hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki. Renggangkan lengan dari lambung dan perut dari paha (bagi laki-laki). Bacalah tasbih sujud: "Subḥāna rabbiyal-a'lā" (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi) sebanyak tiga kali atau lebih. Lakukan dengan tuma'ninah. -
Duduk di Antara Dua Sujud
Bangkit dari sujud seraya mengucapkan "Allahu Akbar" dan duduklah dengan posisi iftirasy (menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan). Dalam posisi ini, bacalah doa: "Rabbighfirlī, warḥamnī, wajburnī, warfa'nī, warzuqnī, wahdinī, wa 'āfinī, wa'fu 'annī." Lakukan dengan tuma'ninah. -
Sujud Kedua
Lakukan sujud kedua seperti sujud pertama, dengan takbir, gerakan, bacaan, dan tuma'ninah yang sama. -
Duduk Tasyahud Akhir
Bangkit dari sujud kedua seraya mengucapkan "Allahu Akbar" untuk melakukan duduk tasyahud (tahiyat) akhir. Posisi duduknya adalah tawarruk (kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, dan duduk di atas lantai). Letakkan kedua tangan di atas paha. -
Membaca Bacaan Tasyahud Akhir
Bacalah bacaan tasyahud akhir secara lengkap, mulai dari tahiyat, syahadat, shalawat kepada Nabi Muhammad, hingga shalawat Ibrahimiyah. -
Salam
Setelah selesai membaca tasyahud akhir dan doa sebelum salam, akhirilah sholat dengan mengucapkan salam. Palingkan wajah ke kanan seraya mengucapkan: "Assalāmu'alaikum wa raḥmatullāh", kemudian palingkan wajah ke kiri dan ucapkan salam yang sama. Dengan demikian, selesailah pelaksanaan sholat Witir satu rakaat.
Doa dan Dzikir Setelah Sholat Witir
Setelah menyelesaikan sholat Witir, janganlah terburu-buru beranjak. Luangkan waktu sejenak untuk berdzikir dan berdoa, karena ini adalah amalan yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah ﷺ. Ada beberapa bacaan khusus yang sangat dianjurkan untuk dibaca setelah sholat Witir.
Dzikir Singkat Penuh Makna
Dzikir yang paling utama dan selalu dibaca oleh Nabi ﷺ setelah sholat Witir adalah:
Subḥānal malikil quddūs.
"Maha Suci Raja Yang Maha Suci."
Bacaan ini diulang sebanyak tiga kali. Pada bacaan yang ketiga, dianjurkan untuk memanjangkan dan mengeraskan suara sedikit, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat An-Nasa'i dan Abu Dawud. Dzikir ini merupakan bentuk pengagungan tertinggi kepada Allah, mengakui-Nya sebagai Raja yang mutlak dan suci dari segala kekurangan dan sifat makhluk.
Doa Kamil (Doa yang Sempurna)
Selain dzikir di atas, terdapat sebuah doa panjang yang masyhur dan sering dibaca oleh kaum muslimin setelah sholat Witir, terutama saat bulan Ramadhan. Doa ini berisi permohonan yang sangat lengkap dan menyeluruh, mencakup aspek keimanan, ketakwaan, kesehatan, dan kebaikan dunia akhirat.
"Ya Allah, kami memohon kepada-Mu iman yang langgeng, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang shaleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan afiat, kami memohon kepada-Mu kesempurnaan afiat, kami memohon kepada-Mu syukur atas afiat, dan kami memohon kepada-Mu kecukupan dari manusia. Ya Allah, Tuhan kami, terimalah sholat kami, puasa kami, sholat malam kami, kekhusyukan kami, kerendahan hati kami, ibadah kami, dan sempurnakanlah kekurangan kami, ya Allah, wahai Zat Yang Maha Pengasih di antara para pengasih. Semoga shalawat Allah tercurahkan atas sebaik-baik ciptaan-Nya, junjungan kami Muhammad, serta keluarga dan sahabatnya semua, dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
Meskipun doa ini tidak secara spesifik berasal dari satu hadis shahih, isinya sangat baik dan tidak bertentangan dengan syariat, sehingga boleh dan baik untuk diamalkan sebagai wujud permohonan hamba kepada Tuhannya setelah menunaikan ibadah.
Berbagai Pertanyaan Seputar Sholat Witir 1 Rakaat
Untuk melengkapi pemahaman, berikut adalah jawaban atas beberapa pertanyaan yang sering muncul terkait pelaksanaan sholat Witir, khususnya yang satu rakaat.
Apakah boleh sholat Witir hanya 1 rakaat saja?
Jawaban: Tentu saja boleh dan sah. Melaksanakan sholat Witir satu rakaat memiliki dasar yang kuat dari hadis Nabi Muhammad ﷺ. Beliau bersabda, "Sholat Witir itu adalah hak, maka barangsiapa yang ingin, berwitirlah dengan lima rakaat. Barangsiapa yang ingin, berwitirlah dengan tiga rakaat. Dan barangsiapa yang ingin, berwitirlah dengan satu rakaat." (HR. Abu Dawud, An-Nasa'i, Ibnu Majah). Hadis ini secara eksplisit memberikan pilihan untuk melakukan Witir satu rakaat, menjadikannya amalan yang ringan namun tetap bernilai sebagai penutup sholat malam.
Saya sudah sholat Witir setelah Tarawih, lalu bangun malam. Apakah saya sholat Witir lagi?
Jawaban: Tidak perlu. Aturan dasarnya adalah mengikuti sabda Rasulullah ﷺ: "لَا وِتْرَانِ فِي لَيْلَةٍ" yang artinya "Tidak ada dua Witir dalam satu malam." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa'i). Jika Anda telah melaksanakan sholat Witir (baik satu atau tiga rakaat) setelah sholat Tarawih, maka sholat Witir Anda untuk malam itu sudah tuntas. Jika Anda kemudian bangun di sepertiga malam terakhir dan ingin melaksanakan sholat Tahajjud atau sholat sunnah lainnya, silakan laksanakan sebanyak yang Anda mampu (misalnya dua, empat, atau delapan rakaat) tanpa perlu menutupnya lagi dengan sholat Witir.
Bagaimana jika saya terlewat waktu sholat Witir karena tertidur?
Jawaban: Islam memberikan solusi bagi mereka yang tidak sengaja terlewat waktu sholat Witir karena tertidur atau lupa. Dianjurkan untuk meng-qadha (mengganti) sholat Witir tersebut di waktu Dhuha (setelah matahari terbit hingga sebelum waktu Zuhur). Namun, cara menggantinya adalah dengan jumlah rakaat yang genap. Jika biasanya Anda sholat Witir satu rakaat, maka qadha-nya adalah dua rakaat. Jika biasa tiga rakaat, qadha-nya empat rakaat, dan seterusnya. Hal ini didasarkan pada kebiasaan Nabi ﷺ, sebagaimana diceritakan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa jika beliau terlewat sholat malam karena sakit atau tidur, beliau akan sholat di siang hari sebanyak dua belas rakaat (sebagai ganti sebelas rakaat sholat malam dan Witir beliau).
Apakah ada Qunut dalam sholat Witir 1 rakaat?
Jawaban: Ya, membaca doa Qunut dalam sholat Witir (termasuk yang satu rakaat) adalah amalan yang disunnahkan menurut sebagian mazhab, seperti mazhab Syafi'i. Waktu membacanya adalah pada rakaat terakhir, yaitu setelah bangkit dari rukuk (saat i'tidal) sebelum turun untuk sujud. Doa Qunut yang dibaca sama seperti doa Qunut pada sholat Subuh. Meskipun ini sunnah, meninggalkannya tidak membatalkan sholat.
Penutup
Sholat Witir, meskipun hanya satu rakaat, adalah sebuah amalan agung yang sarat dengan keutamaan. Ia adalah bukti cinta seorang hamba kepada Tuhannya, sebuah penutup hari yang manis dengan munajat dan pengharapan. Memahami niat sholat witir 1 rakaat dengan benar adalah kunci untuk membuka pintu kekhusyukan dan penerimaan amal. Kemudahan yang ditawarkan Islam melalui pilihan satu rakaat ini seharusnya menjadi motivasi bagi kita semua untuk tidak pernah meninggalkannya. Jadikanlah sholat Witir sebagai kebiasaan yang tak terpisahkan dari rutinitas malam kita, sebagai penyempurna ibadah dan bekal berharga untuk menghadap Allah SWT. Semoga panduan ini memberikan pencerahan dan mempermudah kita dalam mengamalkan sunnah Rasulullah ﷺ yang mulia ini.